Survei nasional Poltracking merekam figur capres dengan elektabilitas tertinggi masih Ganjar, Prabowo, dan Anies. Dalam kondisi ini, parpol perlu menawarkan capres alternatif.
Oleh
EDNA CAROLINE PATTISINA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi partai dengan elektabilitas tertinggi, sementara Ganjar Pranowo sebagai kader PDI-P juga menjadi kandidat calon presiden dengan elektabilitas tertinggi. Namun, muncul pendapat lain yang menilai bahwa masyarakat membutuhkan capres alternatif. Hal ini terlihat dari stagnasi elektabilitas capres yang ada.
Survei nasional yang dilakukan Poltracking merekam 10 nama teratas sebagai figur capres untuk Pemilu Presiden 2024. Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda, Rabu (31/8/2022), mengatakan, dari 10 nama itu ada tiga kandidat terkuat dengan elektabilitas di atas 10 persen, yaitu Ganjar Pranowo (26,6 persen), Prabowo Subianto (19,7 persen) dan Anies Baswedan (17,7 persen).
Survei ini dilaksanakan tanggal 1-7 Agustus 2022 pada 1.220 responden di seluruh Indonesia dengan menggunakan metode stratified multistage random sampling. Adapun tingkat kepercayaan survei ini mencapai 95 persen.
Hanta juga menyampaikan, ada pula capres dengan elektabilitas di bawah 5%, yakni Agus Harimurti Yudhoyono (4,7 persen), Ridwan Kamil (3,9 persen), Erick Thohir (2,8 persen), Sandiaga Uno (2,4 persen), Puan Maharani (2,2 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,2 persen), dan Airlangga Hartarto (1,7 persen).
Terkait dengan partai politik, menurut Hanta, elektabilitas PDI-P berada pada urutan teratas dengan 20,4 persen suara. Elektabilitas PDI-P ini dua kali lipat dari Partai Gerindra yang berada pada urutan kedua dengan 10,5 persen, kemudian disusul Golkar dengan 9,5 persen.
Poltracking juga menemukan elektabilitas PPP ada di bawah ambang batas 4 persen untuk bisa masuk parlemen dengan 3,1 persen, sementara Perindo 1,9 persen.
Perlu ada wacana capres alternatif. Hal ini akan mendorong substansi Pilpres 2024.
Poltracking juga melakukan simulasi pilpres berdasarkan nama-nama figur capres yang muncul belakangan ini. Ada tujuh skenario yang ditampilkan dengan capres Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Puan Maharani. Dengan simulasi berbagai pasangan, terlihat bahwa responden yang tidak tahu/tidak menjawab dan tidak mau menjawab mencapai sekitar 40 persen.
Capres alternatif
Dalam kesempatan terpisah, pemerhati politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti, mengatakan, perlu ada wacana capres alternatif. Hal ini akan mendorong substansi Pilpres 2024. Ia berargumen, masyarakat jenuh dengan nama-nama yang sudah beredar.
”Capres alternatif itu bukan sekadar figur yang juga populer, melainkan figur yang memiliki gagasan dan terasosiasi dengan isu dan substansi tertentu,” kata Ray dalam acara diskusi bertajuk ”Mencari Capres Alternatif dan Membaca Arah Koalisi” yang diselenggarakan oleh Para Syndicate, di Jakarta.
Ray mengatakan, calon alternatif akan memberikan efek kejut bagi partai yang mendukungnya. Masyarakat juga diharapkan tidak ragu untuk menuntut partai menyediakan capres alternatif.
Ari Nurcahyo dari Para Syndicate mengatakan, capres alternatif bisa menjadi tantangan bahwa elektabilitas, popularitas, dan akseptabilitas hanya satu variabel dalam penentuan capres. ”Nama-nama capres alternatif masih mungkin dimunculkan biar substansi dan minat publik pada pilpres meningkat,” kata Ari.
Dalam diskusi itu, Toto Suryaningtyas, peneliti Litbang Kompas, pun memaparkan bahwa hasil penelitian Litbang Kompas yang dilakukan pada Januari dan Juni 2022, merekam tiga nama, yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan, memang masih menjadi tiga besar. Namun, ia menggarisbawahi bahwa terjadi stagnasi.
”Belum ada satu pun capres yang benar-benar memiliki elektabiltas yang sangat tinggi. Ada ruang 15 persen untuk capres alternatif,” kata Toto.