Meskipun Partai Nasdem, Demokrat, dan PKS sudah lama dikabarkan ingin membentuk poros koalisi, hingga saat ini belum ada tanda-tanda parpol berkoalisi. Pascapertemuan PDI-P-Nasdem, koalisi tiga parpol itu terancam gagal.
Oleh
IQBAL BASYARI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Poros koalisi yang digagas oleh Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera terancam gagal setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mulai melakukan safari politik ke parpol-parpol. PKS bahkan mulai membuka diri ke parpol lain untuk menjajaki kemungkinan koalisi. Kondisi ini berpeluang menggagalkan terbentuknya poros koalisi tiga parpol tersebut.
Meskipun sejak beberapa bulan lalu Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS santer dikabarkan ingin membentuk poros koalisi, hingga saat ini belum ada tanda-tanda ketiga parpol berkomitmen membentuk koalisi. Justru, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menunjukkan kedekatan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) seusai Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI-P Puan Maharani melakukan safari politik ke Nasdem Tower, Jakarta, Senin (22/8/2022).
Juru bicara PKS, Ahmad Mabruri, di Jakarta, Rabu (24/8/2022). mengatakan, hubungan PKS dengan Nasdem dan Demokrat tetap baik. Namun, hingga saat ini, pembicaraan di antara ketiga parpol dalam membentuk platform koalisi belum menemui kesepakatan. Oleh sebab itu, hubungan ketiganya masih cair dan PKS tetap membuka diri dengan parpol lain yang ingin bekerja sama membentuk koalisi.
Bagaimanapun Nasdem ada di parpol koalisi pendukung pemerintahan sehingga ada hal-hal yang tidak sejalan dengan kami. Sementara Demokrat ingin mengusung ketua umum Agus Harimurti Yudhoyono.
”Bagaimanapun Nasdem ada di parpol koalisi pendukung pemerintahan sehingga ada hal-hal yang tidak sejalan dengan kami. Sementara Demokrat ingin mengusung ketua umum Agus Harimurti Yudhoyono,” ujarnya.
Sebelum pertemuan antara Surya Paloh dan Puan, lanjut Mabruri, pertengahan Agustus lalu Majelis Syura PKS menugaskan DPP PKS untuk bergerilya mendekati parpol dan tokoh-tokoh calon presiden potensial. Perintah tersebut pun mulai dijalankan oleh tim yang terbagi dalam dua bagian, yakni untuk membuka komunikasi dengan parpol lain dan tokoh yang memiliki elektabilitas 10 besar dalam berbagai survei.
Ia menuturkan, Partai Golkar menjadi salah satu parpol yang memiliki hubungan cukup dekat dengan PKS. Elite parpol PKS dan Partai Golkar sudah sering bertemu, sebagian terbuka untuk publik, tetapi sebagian dilakukan di belakang layar. Jumlah kursi di Dewan Perwakilan Rakyat di antara kedua parpol tersebut juga sudah mencukupi (23,47 persen) untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri. ”Yang paling intensif dengan Golkar,” katanya.
Sementara pendekatan dengan capres mulai digencarkan dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, serta Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Sebab, selama ini, PKS sudah dekat dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sehingga mereka ingin membuka komunikasi dengan tokoh potensial yang lain.
Kami ingin mencoba mencari titik-titik temu dan upaya untuk membangun kolaborasi bersama. Insya Allah, kami akan terus menjajaki.
Selain Partai Golkar, PKS juga membuka komunikasi dengan Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo dan Presiden PKS Ahmad Syaikhu telah menggelar silaturahmi kebangsaan pada Selasa (23/8/2022). Hary menilai, pertemuan antara Perindo dan PKS merupakan langkah awal untuk membangun kolaborasi dan saling mengisi untuk kemajuan bangsa.
”Kami ingin mencoba mencari titik-titik temu dan upaya untuk membangun kolaborasi bersama. Insya Allah, kami akan terus menjajaki,” ujar Syaikhu.
Secara terpisah, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menilai, pertemuan antara Nasdem dan PDI-P merupakan bentuk komunikasi dan silaturahmi politik yang dijalankan oleh setiap parpol. Pertemuan tersebut merupakan hal yang baik karena parpol memiliki komitmen untuk membuka komunikasi dengan parpol lain yang pada akhirnya membahas tujuan yang ingin dicapai bersama ke depan.
Agus pun menegaskan, komunikasi antara Demokrat dengan Nasdem dan PKS tetap berjalan intensif meskipun PDI-P mulai melakukan safari politik ke Nasdem. ”Komunikasi yang dibangun antartokoh dan partai politik menjadi sangat penting karena inilah yang seharusnya dilakukan setiap saat, bukan hanya dalam rangka membangun koalisi,” ujarnya.
Komunikasi yang dibangun antartokoh dan partai politik menjadi sangat penting karena inilah yang seharusnya dilakukan setiap saat, bukan hanya dalam rangka membangun koalisi.
Juru bicara Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, menambahkan, Demokrat menyambut baik pertemuan antarelite parpol yang dilakukan antara Nasdem dan PDI-P. Demokrat pun membuka komunikasi dengan semua parpol, tetapi hingga saat ini yang dianggap paling dekat adalah Nasdem dan PKS. Tim dari ketiga parpol masih merumuskan platform koalisi untuk menentukan capres-cawapres yang akan diusung.
Demokrat ingin agar capres yang diusung koalisi memiliki kapasitas, integritas, dan potensi besar menang. Survei tetap diperhatikan, tetapi bukan satu-satunya yang menjadi pertimbangan. ”Aspirasi sejumlah kader Demokrat ingin agar ketua umum Agus maju menjadi capres,” ujarnya.
Belum temukan kecocokan
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, meskipun Nasdem, Demokrat, dan PKS menyatakan kedekatan sejak lama, mereka belum menemukan kecocokan. Ada ”bargaining politik” yang belum tuntas, misalnya dalam penentuan capres-cawapres. Hal itu membuat ketiga parpol tersebut hingga saat ini belum mendeklarasikan diri untuk membentuk koalisi.
Nasdem, menurut Adi, sedang berpolitik tarik ulur dengan beberapa poros. Di satu sisi terkesan ingin berpisah dengan PDI-P dan Presiden Joko Widodo, tetapi di sisi lain menunjukkan sinyal untuk membuka kemungkinan bekerja sama dengan PDI-P. ”Sikap politik Nasdem belum sepenuhnya diyakini sebagai pilihan yang rasional. Buktinya setelah kedatangan Puan, sikap Nasdem soal capres langsung goyah,” tuturnya.
Jika capres-cawapres yang akan diusung tidak mempunyai nama besar, popularitas dan elektabilitasnya rendah, koalisi akan bubar. Sebab, kecenderungan parpol ingin mencari figur kuat yang akan diusung. Partai berkoalisi ingin menang, bukan sekadar meramaikan pemilu.
Menurut Adi, belum ada koalisi yang pasti hingga masa pendaftaran capres-cawapres. Semua parpol masih bergerak dan menjajaki kemungkinan berkoalisi dengan parpol lain, termasuk Koalisi Indonesia Bersatu ataupun Koalisi Gerindra-Partai Kebangkitan Bangsa yang sudah melakukan deklarasi pun bisa bubar. Sebab, ujian koalisi sesungguhnya adalah penentuan capres-cawapres yang akan mereka usung.
”Jika capres-cawapres yang akan diusung tidak mempunyai nama besar, popularitas dan elektabilitasnya rendah, koalisi akan bubar. Sebab, kecenderungan parpol ingin mencari figur kuat yang akan diusung. Partai berkoalisi ingin menang, bukan sekadar meramaikan pemilu,” kata Adi.
Safari politik yang dilakukan Puan, lanjutnya, bahkan bisa mengubah konstelasi politik nasional. Sebab, PDI-P memiliki banyak magnet, di antaranya merupakan parpol pemenang dua kali pemilu, bisa mengusung sendiri capres-cawapres, serta memiliki tokoh potensial dengan elektabilitas tinggi. Selain itu, PDI-P memiliki dua tokoh kuat, yakni Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Jokowi yang posisi politiknya sangat menentukan.