Keputusan Nasdem mengusung Ganjar Pranowo, Andika Perkasa, atau Anies Baswedan di Pilpres 2024 masih bisa berubah. Alasannya, situasi politik yang dinamis. Selain itu, Nasdem tergantung parpol lain dalam hal pencalonan.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Nasdem membuka kemungkinan mencalonkan figur lain di luar tiga nama bakal calon presiden yang dihasilkan dalam Rapat Kerja Nasional Nasdem, Juni lalu. Perubahan ini bergantung pada dinamika politik, apalagi Nasdem menyadari harus berkoalisi dengan partai lain untuk mengusung calon presiden-calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024. Sementara itu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tidak ingin terburu-buru menjalin koalisi dengan partai lain.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Bidang Politik dan Keamanan PDI-P Puan Maharani mengawali safari politik PDI-P dengan bertemu Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, di Nasdem Tower, Jakarta, Senin (22/8/2022).
Puan datang bersama Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto, Bendahara Umum DPP PDI-P Olly Dondokambey, dan Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDI-P Bambang Wuryanto.
Kedatangan Puan disambut sejumlah pejabat teras Nasdem, di antaranya Sekjen Nasdem Johnny G Plate, Wakil Ketua Umum Nasdem Ahmad Ali, anggota Majelis Tinggi Nasdem Lestari Moerdijat, dan Ketua DPP Nasdem Willy Aditya. Kemudian, Puan langsung diarahkan menuju ke ruangan Paloh. Saat bertemu, keduanya langsung berpelukan. Setelah itu, pertemuan berlangsung secara tertutup sekitar 2,5 jam. Pertemuan diakhiri dengan makan siang bersama.
Seusai pertemuan, Paloh menyampaikan dirinya dan Puan saling memberikan pandangan serta koreksi atas hal-hal kekinian yang menyangkut kemaslahatan bangsa.
Saat ditanya apakah dalam pertemuan tersebut juga disinggung hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Nasdem, Juni lalu, yang telah memunculkan tiga bakal calon presiden (capres), salah satunya Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDI-P, Ganjar Pranowo, Paloh langsung tertawa.
Ia menyebut, Rakernas Nasdem memang menempatkan Ganjar sebagai bakal capres di Pilpres 2024. Selain Ganjar, ada dua nama lain, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Namun, lanjut Paloh, suasana politik akan terus berkembang dan sangat dinamis. Menurut dia, kedatangan Puan ke Nasdem juga patut dipertimbangkan untuk masuk dalam radar bakal calon presiden yang diusung Nasdem.
”Kalau saya pribadi, subyektifnya, tidak boleh melarang Mbak Puan maju (Pilpres 2024). Saya kedatangan Mbak Puan ini, kan, saya lihat-lihat juga. Sudah bertemu begini, masak enggak masuk dalam radar (bakal capres yang akan diusung Nasdem). Mari kita lihat perkembangan ke depan,” ujar Paloh.
Saat ditanya apakah artinya hasil Rakernas Nasdem bisa berubah, Paloh sekali lagi menekankan bahwa perkembangan politik sangat dinamis. Dengan begitu, banyak hal kemungkinan akan terjadi.
Adapun Puan mengungkapkan, pertemuan dengan Paloh bukan sekadar silaturahmi politik belaka, melainkan silaturahmi antara seorang keponakan dan pamannya. Setelah bertemu Paloh, dirinya juga akan bersilaturahmi ke ketua umum (ketum) partai politik lain guna menjajaki kerja sama politik dan membuka ruang komunikasi jelang Pemilu 2024.
”Tidak adanya komunikasi membuat ruang itu tertutup dan menjadi miskomunikasi. Apa pun yang akan menjadi keputusan dalam dinamika politik akan datang, kita harus bersepakat kapan kita harus bertanding, kapan kita harus bersanding untuk Indonesia,” tutur Puan.
Puan berpandangan, kondisi perpolitikan masih dinamis hingga 1,5 tahun ke depan. Karena itu, sependapat dengan Paloh, semua masih bisa terjadi.
”Masih panjang untuk menentukan siapa, bagaimana, dan apa yang kita tuju pasca-2024, pilpres dan pileg (pemilihan legislatif) akan datang. Boleh saja kami berbeda parpol, artinya PDI-P dan Nasdem. Namun, kami meyakini tujuan yang akan diambil oleh PDI-P dan Nasdem sama, yaitu kami bersepakat, pertama, untuk menjalankan cita-cita Bung Karno. Kedua, membuat Indonesia yang raya sejati,” ucap Puan.
Tidak egois
Ahmad Ali mengatakan, pertemuan antara Puan dan Paloh sebenarnya ingin menunjukkan bahwa tidak ada keretakan hubungan antara keluarga besar Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Paloh sebagaimana yang menjadi opini publik belakangan ini.
”Hari ini sebenarnya dijawab dengan simbolik dan gestur tubuh antara Pak Surya dan Mbak Puan, begitu dekat. Saya pikir, dari semua ketum parpol yang datang, tidak ada yang diperlakukan seperti Mbak Puan,” ujarnya.
Berkaitan dengan koalisi partai, Ali menegaskan, masih sangat cair. Antara PDI-P dan Nasdem, diskusi-diskusi lanjutan untuk menyamakan pandangan dan persepsi terkait Pilpres 2024, sangat mungkin terjadi.
Terkait tiga bakal capres hasil Rakernas Nasdem, menurut dia, hal itu merupakan keputusan resmi yang menjadi pegangan Ketua Umum Nasdem untuk membangun komunikasi dengan parpol lain. Ia tak menampik bahwa tiga nama itu bisa berubah. Semua bergantung pada arah koalisi dengan partai lain.
”Apakah (tiga nama bakal capres usungan Nasdem) itu mungkin berubah? Bisa saja. Kalau kemudian itu berubah, maka itu harus diubah dalam rakernas kembali. Karena keputusan itu diambil dalam mekanisme organisasi yang mengikat. Partai Nasdem tentunya harus menyadari dirinya bahwa untuk ikut kontestasi pencalonan presiden 2024, dia harus berkoalisi dengan partai lain. Tentunya, kita tidak boleh juga kemudian ego bahwa kami sudah memutuskan (tiga nama bakal capres) ini. Kami, kan, harus ikut kontestasi,” ujar Ali.
Namun, sebelum mengubah keputusan rakernas, Willy Aditya menegaskan, Nasdem akan berikhtiar menawarkan tiga bakal capres usungan Nasdem kepada partai lain. Perubahan keputusan yang dinilainya sangat kecil kemungkinannya, baru terjadi jika yang diusulkan Nasdem tak didukung partai politik lain. ”Kecuali, apa yang diusulkan Nasdem itu tidak memiliki kecukupan kursi, baru kemudian harus ada arrangement baru lagi,” katanya.