PDI-P menggelar Festival Kopi Tanah Air untuk semakin menggairahkan perkopian di Tanah Air. Namun, tak hanya itu, acara ini dilihat sebagai upaya PDI-P menggaet pemilih pada Pemilu 2024, utamanya pemilih muda.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
Area Parkir Timur Selatan Senayan di kompleks Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, sejak Jumat (27/5/2022) siang padat dikunjungi masyarakat. Pengunjung yang sebagian besar anak muda datang untuk menikmati berbagai kopi dari sejumlah daerah di Nusantara dalam Festival Kopi Tanah Air yang diselenggarakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Jumat-Minggu (27-29/5/2022).
Ketika awal pembukaan, sebagian besar pengunjung mengenakan pakaian berwarna merah khas partai berlambang banteng dengan moncong putihnya. Namun, ketika petang, pengunjung yang hadir kian beragam dengan didominasi anak muda. Setelah menyeruput kopi, mereka pun duduk di depan panggung untuk menyaksikan pergelaran musik yang malam itu dimeriahkan oleh penyanyi Rizky Febian.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Meskipun acara diselenggarakan oleh PDI-P, dalam tata letak festival, panggung, ataupun stan peserta pameran amat jarang ditemui bendera ataupun logo PDI-P layaknya sebuah acara yang diselenggarakan oleh partai politik (parpol). Satu-satunya logo PDI-P hanya ditemukan pada logo HUT ke-49 PDI-P yang berada di lingkaran kosong angka sembilan karena acara ini merupakan rangkaian penutup dari HUT Ke-49 PDI-P.
Bahkan, elite PDI-P yang datang saat pembukaan festival tersebut, seperti Ketua DPP PDI-P sekaligus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani dan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto, tak terlalu menonjolkan identitas sebagai kader PDI-P. Puan, misalnya, mengenakan topi merah bergambar banteng, sedangkan Hasto mengenakan kaus merah bertuliskan PDI-P di dada tanpa ada embel-embel lain.
Puan mengatakan, saat berkeliling di sejumlah daerah, hampir selalu menemukan kedai kopi di setiap kota yang ditujunya. Bahkan, di Jakarta, kedai kopi bertebaran, beberapa kedai bahkan terpisah jarak hanya beberapa ratus meter. Jumlahnya pun terus bertambah seiring tingginya minat anak muda mengonsumsi kopi.
Menurut dia, biji-biji kopi dari banyak daerah dijual di mana-mana dan berkualitas tinggi sehingga diburu di mancanegara. Ia pun mengajak kader PDI-P untuk memberikan kopi sebagai suvenir kepada tamu yang datang sebagai bentuk dukungan kepada petani kopi. ”Jadi, sudah sewajarnya kita sebagai kader-kader PDI-P membawa Indonesia menjadi juara dunia kopi,” ujarnya.
Ketua Panitia Festival Kopi Tanah Air Ono Surono mengatakan, dalam acara bertajuk Festival Kopi Kebangkitan Nasionalisme Indonesia itu terdapat beberapa rangkaian kegiatan, antara lain pameran, ekshibisi, uji cita rasa, dan sulang kopi secara hybrid. ”Di mana uji cita rasa kopi oleh panitia disiapkan on the spot dan secara hybrid dengan target minimal 2.500 orang. Mudah-mudahan mendapatkan penganugerahan rekor Muri (Museum Rekor-Dunia Indonesia,” katanya.
Ekshibisi kopi menghadirkan pegiat kopi dari Aceh sampai Papua yang menampilkan kopi dari 26 provinsi. Lima kementerian juga akan terlibat, yakni Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Pertanian, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Hasto mengatakan, Festival Kopi Tanah Air digelar untuk menggelorakan nasionalisme dan menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negeri yang subur. Kopi pun telah menjadi bagian dari identitas anak muda dan mampu membawa nama Indonesia di dunia internasional.
”Ibu Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDI-P) yang mengikuti secara daring juga mengharapkan agar dari kopi ini, anak-anak muda terus mengembangkan seluruh kreativitas menjadikan kesuburan Tanah Air berdaya guna di dalam membangun Indonesia yang berdiri di atas kaki sendiri,” ucapnya.
Tak hanya bicara kekuasaan
Menurut Hasto, Festival Kopi Tanah Air ini merupakan bukti bahwa kerja-kerja PDI-P tidak melulu berbicara soal kekuasaan. Megawati selalu memberikan arahan agar kader PDI-P terus menjalankan kerja-kerja politik kerakyatan dan turun membantu rakyat.
”Kami berharap festival ini akan membangkitkan kopi Tanah Air, membangkitkan petani Indonesia, dan membangkit semangat rakyat Indonesia sehingga akhirnya kopi Tanah Air merupakan kebangkitan nasional Indonesia,” katanya.
Peneliti pada Pusat Penelitian Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional, Wasisto Raharjo Jati, menilai, kerja-kerja parpol seperti yang dilakukan oleh PDI-P merupakan upaya untuk menjangkau segmen pemilih muda lewat pendekatan budaya pop. ”Hal ini bertujuan mendesakralisasi peran parpol yang selalu elitis,” katanya.
Cara-cara seperti itu efektif dalam menjangkau segmen pemilih kelas menengah urban. Terlebih minum kopi kini juga telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, terutama anak muda. PDI-P menangkap pesan itu sebagai upaya memopulerkan partai lewat kopi.
Menurut dia, belum banyak parpol yang melakukan kerja-kerja seperti ini. Hal ini dikarenakan setiap parpol memiliki orientasi yang berbeda dalam mencari segmen pemilih. Ada parpol yang melakukan pendekatan lewat pasar murah untuk mendekati emak-emak, ada pula yang lewat pengajian untuk mendekati kalangan pemilih religius.
”Sementara kalau minum kopi ini, kan, sifatnya informal dan lintas kelas. Jadi, inilah yang memungkinkan PDI-P menembus sekat-sekat pemilih potensial tanpa melihat latar belakangnya,” tutur Wasis.