PDI-P Mendekati Publik Melalui Budaya, Tanam Pohon, hingga Kuliner
PDI-P menggunakan pendekatan kultural untuk mendekatkan diri pada publik jelang Pemilu 2024. Kepada publik, PDI-P memperkenalkan politik bukan hanya ekonomi dan kekuasaan, melainkan juga budaya, tanam pohon, dan kuliner.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDI-P menggunakan pendekatan kultural untuk mendekatkan diri pada publik jelang perhelatan Pemilu 2024. Pendekatan ini diharapkan bisa membuat orang memiliki preferensi pada PDI-P.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, jelang Pemilu 2024, PDI-P mengadakan berbagai kegiatan yang bertujuan membangun kesadaran kultural, seperti ”Banteng Ride And Night Run 2022” yang diselenggarakan di kawasan Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (27/3/2022). Kegiatan bersepeda dan berlari ini merupakan rangkaian perayaan hari ulang tahun ke-49 PDI-P.
Sebelumnya, PDI-P juga menggelar kegiatan serupa, seperti ”Senam Indonesia Cinta Tanah Air” dan gerakan merawat lingkungan. ”Sekiranya kesadaran kultural itu bisa terbangun, maka otomatis orang akan memiliki preferensi kepada partai. Jadi, kita balik. Kalau kegiatan sejak awal dirancang hanya untuk sekadar elektoral, maka hasilnya jangka pendek dan kemudian lebih kepada image building (membangun citra),” kata Hasto.
Menurut Hasto, pembangunan kultural harus dimulai dari cara berpikir dan tindakan positif yang dilakukan secara berulang-ulang. Cara tersebut akan menghasilkan kebiasaan positif yang sesuai dengan nilai PDI-P. Untuk menghasilkan kultur tersebut harus dilakukan secara kolektif secara disiplin.
Hasto menegaskan, pendekatan yang dilakukan PDI-P bukan mendesain aspek elektoral, melainkan mendorong gerakan kultural yang secara otomatis berimplikasi terhadap elektoral.
Kepala Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI-P Aria Bima mengungkapkan, kegiatan yang dilakukan PDI-P merupakan strategi partai yang berkomitmen terhadap ideologi Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika. Ideologi tersebut disampaikan dengan kegiatan kreatif dan cerdas.
”Jadi kita tidak hanya sekadar menarasikan bagaimana politik itu hanya ekonomi dan kekuasaan, tetapi politik juga lebih diisi dengan narasi-narasi yang lebih teduh dalam hal ini (melalui kegiatan) budaya, kesenian, olahraga, tanam pohon, dan kuliner,” kata Aria.
Menurut Aria, kegiatan tersebut menjadi sebuah keteladanan di masyarakat dan menjadi suatu gerakan dari pusat sampai ke daerah. Setelah di Jakarta, ”Banteng Ride And Night Run 2022” akan diselenggarakan di Likupang (Sulawesi Utara), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Danau Toba (Sumatera Utara), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), dan Mandalika (Nusa Tenggara Barat).
Hasto menegaskan, pendekatan yang dilakukan PDI-P bukan mendesain aspek elektoral. Namun, mendorong gerakan kultural yang secara otomatis berimplikasi terhadap elektoral.
Aria menegaskan, PDI-P lebih memprioritaskan pada penguatan ideologi, bukan ketokohan sebagai strategi menghadapi pemilu. Penguatan ideologi tersebut akan membuat banyak tokoh tertarik bergabung dengan PDI-P.
”Pancasila jangan hanya menjadi narasi elite. Bhinneka Tunggal Ika jangan hanya narasi elite. Kita jadikan narasi publik terutama untuk kader simpatisan PDI-P. Inilah strategi kita di dalam positioning elektoral dan positioning strategis kita,” kata Aria.
Meningkatkan soliditas
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, kegiatan mengumpulkan massa seperti yang dilakukan PDI-P sangat penting dilakukan untuk meningkatkan soliditas di daerah. Namun, strategi ini membutuhkan biaya yang mahal dan jangkauannya terbatas. Kegiatan ini dilakukan dengan basis massa yang biasanya merupakan kader partai.
Menurut Arya, situasi demokrasi saat ini telah berubah dengan tingginya akses publik terhadap internet dan media sosial. Apalagi, pemilih muda pada Pemilu 2024 bertambah banyak. Dengan situasi itu, maka pendekatan kepada publik yang paling efektif dan cepat bagi partai yakni melalui sosial media.
PDI-P lebih memprioritaskan pada penguatan ideologi, bukan ketokohan sebagai strategi menghadapi pemilu. Penguatan ideologi tersebut akan membuat banyak tokoh tertarik bergabung dengan PDI-P.
Dalam promosi di media sosial, kata Arya, partai perlu aktif mempromosikan kebijakan partai seperti yang dilakukan PDI-P. ”Ada kecenderungan partai hanya promosikan ketua umumnya saja,” kata Arya.
Dalam pendekatan pada publik, kata Arya, ada kecenderungan partai merekrut tokoh populer seperti artis atau profesional. Popularitas mereka akan memudahkan partai dalam melakukan sosialisasi. Namun, tidak semua artis bisa mendatangkan kemenangan untuk partai. Menjadi lebih baik apabila artis tersebut memiliki pengalaman dalam memimpin.