Parpol Masih Perjuangkan Kader Sendiri untuk Pilpres 2024
Hasil survei Litbang Kompas pada Januari lalu, menunjukkan, figur berlatar belakang militer (32,5 persen) dan kepala daerah (32,3 persen) dianggap paling cocok menjadi capres.
Oleh
IQBAL BASYARI, RINI KUSTIASIH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah partai politik masih mengupayakan kadernya agar bisa maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Umum Presiden 2024. Tantangan berat bakal dihadapi karena selain elektabilitas beberapa di antara mereka tak meyakinkan, mayoritas publik menilai figur berlatar belakang kepala daerah atau militer lebih cocok sebagai calon presiden.
Mengutip hasil survei Litbang Kompas pada Januari lalu, ada setidaknya 13 figur yang dirujuk masyarakat untuk menjadi calon presiden (capres). Tiga figur dengan elektabilitas tertinggi yaitu Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Jika diakumulasi, elektabilitas ketiganya melebihi 50 persen.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Hasil survei juga menunjukkan, figur berlatar belakang militer (32,5 persen) dan kepala daerah (32,3 persen) dianggap paling cocok menjadi capres. Adapun yang menganggap cocok capres berlatar belakang birokrat, seperti menteri dan kepala lembaga negara, 8,3 persen, sedangkan yang berlatar belakang pimpinan atau pengurus parpol 2,6 persen.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung mengatakan, Selasa (22/2/2022), meski elektabilitas Ketua Umum Airlangga Hartarto belum masuk di tiga besar capres rujukan publik, Golkar tetap optimistis menyosialisasikannya sebagai capres. Sosialisasi disebut kian intens sejak tiga bulan terakhir bersamaan dengan Airlangga yang kian intens turun ke daerah dan akan terus berlanjut hingga mendekati Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
Respons dari publik akan terus dipantau sebagai masukan untuk menyusun strategi. Hasil survei sejumlah lembaga juga dijadikan bahan evaluasi selain survei dari internal. "Sejauh ini, respons masyarakat masih bagus. Memang masih ada gap, artinya Pak Airlangga turun dalam posisi yang tidak bisa 100 persen sebagai ketum partai, tidak bisa betul-betul sebagai capres, karena Pak Airlangga turun juga dalam rangka melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Menko Perekonomian. Tapi masyarakat juga tidak bisa kita nafikan bahwa Pak Airlangga sudah dicalonkan Golkar," ujar Doli.
Selain mengintensifkan sosialisasi, Golkar mulai menjajaki kemungkinan pembentukan poros koalisi dengan membangun komunikasi dengan parpol lain. "Golkar membuka diri untuk bisa bekerja sama dengan kekuatan parpol mana pun dalam membangun koalisi dan kerja sama menghadapi Pemilu 2024," katanya.
Senada dengan Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga terus mengupayakan agar Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar bisa maju pada Pilpres 2024. Wakil Sekjen PKB Neng Eem Marhamah menuturkan, kader-kader partainya telah menyepakati agar PKB mengusung Muhaimin.
PKB tidak risau dengan elektabilitas Ganjar dan Anies yang meningkat karena mereka saat ini memiliki panggung sebagai kepala daerah. Namun, keduanya belum tentu diusung parpol. ”Harus diingat politik ini dinamis, apalagi ini waktunya masih lama,” katanya.
Tunggu Megawati
Adapun bagi PDI-P, keputusan belum diambil meski empat kader partainya, yakni Ganjar, Tri Rismaharini, Basuki Tjahaja Purnama, dan Puan Maharani, disebut dalam survei. Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, partai masih menunggu pertimbangan dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.
”Proses pertimbangan ini mendengarkan suara kebatinan rakyat,” ujarnya.
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, saat wawancara dengan Kompas, awal Februari lalu, pun menyatakan masih menunggu sikap Prabowo. Sekalipun seluruh kader solid menginginkan Prabowo maju kembali di pilpres, hingga kini Prabowo belum memberikan jawaban.
Meski demikian, Gerindra, disebut Muzani, telah mulai menyimulasikan sejumlah nama sebagai calon wakil presiden dari Prabowo. Komunikasi dengan parpol lain juga dijalin guna membangun koalisi pilpres.
Catatan bagi parpol
Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional, Firman Noor, melihat, sejumlah figur capres dari parpol belum cukup meyakinkan publik bahwa mereka layak memimpin negeri ini sehingga lebih dipilih yang berlatar belakang kepala daerah atau militer. Khusus Prabowo, ia menilai, elektabilitasnya tinggi karena publik masih melihatnya sebagai figur berlatar belakang militer. Adapun Ganjar karena posisinya sebagai gubernur.
”Ini menjadi catatan bagi parpol karena mereka perlu kerja keras untuk dapat meyakinkan masyarakat umum bahwa kader parpol memiliki kapabilitas menjadi seorang capres,” ujarnya.
Ia pun meyakini, sejumlah parpol akan tetap menyosialisasikan kadernya sebagai capres di Pilpres 2024 karena ini strategi guna mendongkrak elektabilitas parpol. Namun, mendekati pemilu, parpol diprediksi bakal lebih realistis, terutama jika elektabilitas kadernya tak beranjak naik. Parpol diyakini akan lebih memilih figur dengan elektabilitas tinggi.
"Jika trennya tetap sama, kepentingan parpol untuk mencalonkan ketua umum harus mengalah demi elektabilitas karena karena targetnya menjadi pemenang pilpres," kata Firman.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno memprediksi, pertarungan menuju Pilpres 2024 hanya didominasi oleh tokoh-tokoh yang memiliki pasar pemilih dan pemilik tiket pencapresan.
"Pertarungan Pilpres 2024 ini murni akan menjadi pertarungan antara elite parpol dengan tokoh yang memiliki pasar politik," katanya.
Kemungkinan adanya turbulensi yang bisa mengubah peta politik sangat kecil karena setiap tokoh selalu berhati-hati dalam bertindak, terutama dalam hal yang bisa menggerus elektabilitas. Setiap langkah politik pasti diperhitungkan dengan sangat matang.