RI Borong Puluhan Alutsista dari Perancis, DPR: Harus Dipastikan Baru
Indonesia berencana membeli 42 unit pesawat tempur Rafale, dua unit kapal selam kelas Scorpene, pengadaan satelit pertahanan, dan kerja sama untuk pembuatan amunisi kaliber besar.
Oleh
IQBAL BASYARI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Indonesia akan membeli puluhan alat utama sistem persenjataan atau alutsista, di antaranya berupa pesawat tempur, kapal selam, dan satelit pertahanan, dari Perancis. Kerja sama itu diharapkan dapat memperkuat hubungan pertahanan bilateral antara Indonesia dan Perancis di masa mendatang. Apapun pilihan pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat meminta pembelian alutsista baru, bukan bekas.
Penguatan kerja sama pertahanan antara Indonesia dengan Perancis terjadi seusai Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis Florence Parly mengadakan kunjungan kehormatan ke Indonesia, Kamis (10/2/2021). Parly beserta rombongan bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka dan dilanjutkan dengan pertemuan dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
Dalam pertemuan di kantor Kemhan, Prabowo dan Parly membahas peningkatan kerja sama di bidang pertahanan. Kerja sama itu diharapkan dapat memperkuat hubungan antara Indonesia dan Perancis yang sudah mulai dibangun sejak 1950. Kemhan pun menyambut baik rencana pengembangan mekanisme kerja sama 2+2 antara Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan kedua negara untuk peningkatan kerja sama bilateral.
"Saat ini, status hubungan bilateral kita di bidang pertahanan berada dalam status tertinggi, yaitu kita telah menandatangani Persetujuan Kerja sama Pertahanan/ Defence Cooperation Agreement (DCA) pada 28 Juni 2021. Tentunya ini butuh ratifikasi dari parlemen kita untuk bisa dilaksanakan dengan baik,” ujar Prabowo saat konferensi pers bersama Parly.
Prabowo menuturkan, Indonesia dan Perancis telah menjalin kerja sama pertahanan. Di bidang pendidikan dan pelatihan yakni kegiatan program pertukaran kunjungan dan rencana kunjungan marinir Indonesia ke Kaledonia Baru. Selanjutnya, ada lebih dari 300 personel militer Indonesia telah menyelesaikan program pendidikan dan pelatihan di Perancis. Program pendidikan yang dilaksanakan di Perancis pada 2021 adalah pendidikan setingkat Seskoad dan Sekolah Spesialisasi Angkatan Laut.
Puluhan pesawat tempur
Kerja sama di bidang alat utama sistem persenjataan (alutsista) pun diperkuat dengan penandatangan nota kesepahaman perjanjian kerja sama yang disaksikan kedua menteri itu. Prabowo mengatakan, Indonesia berencana membeli 42 unit pesawat tempur Rafale buatan perusahaan dirgantara Perancis, Dassalut Aviation.
"Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk enam pesawat yang akan disusul dalam waktu dekat dengan kontrak untuk 36 pesawat lagi dengan dukungan latihan persenjataan dan simulator-simulator yang dibutuhkan," ujarnya.
Selain membeli pesawat temput, PT Dirgantara Indonesia juga melakukan kerja sama dengan Dassault untuk perawatan, perbaikan, dan overhaul untuk pesawat-pesawat buatan Perancis yang akan digunakan atau sudah digunakan Indonesia.
Pembelian kapal selam
Selanjutnya, penandatanganan kota kesepahaman kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan mengenai kapal selam antara PT PAL dengan Naval Grup, produsen kapal selam asal Perancis. Kerja sama ini akan mengarah pada pembelian dua unit kapal selam kelas Scorpene.
Kerja sama lain di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group yang nantinya berujung pada pengadaan satelit pertahanan. Ada pula kerja sama antara PT Pindad dan Nexter Munition untuk pembuatan amunisi kaliber besar bagi persenjataan darat.
Parly mengatakan, Perancis bertekad mendukung secara aktif program-program strategis besar Indonesia dan mendukung pengembangan industri pertahanan Indonesia yang solid. Penandatanganan kontrak antara Indonesia dan Perancis yang baru saja dilaksanakan ini dianggap sebagai tahap penting dalam proses pengadaan alutsista Indonesia. Ia berharap kontrak kerja sama yang sudah ditandatangani itu dapat diaktifkan sesegera mungkin.
"Indonesia yang menjatuhkan pilihan untuk menggunakan pesawat Rafale menunjukkan kepercayaan Indonesia kepada Perancis dan menjadi bukti bahwa kemitraan strategis kedua negara sangat kuat dan dinamis," ujarnya.
Secara terpisah, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Bobby Adhityo Rizaldi menyambut baik pembelian peswat tempur dari Perancis untuk memenuhi kebutuhan postur pertahanan wilayah udara. Secara politik, pilihan untuk melakukan pembelian alutsista dari Perancis juga baik karena bisa membina hubungan pertahanan dengan negara yang memiliki Hak Veto di Dewan Keamanan PBB.
Dari sisi teknis, pembelian diharapkan bisa dilengkapi dengan persenjataan terkini yang mampu menandingi kekuatan udara negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia. Jangan sampai pembelian pesawat tempur seperti masa lalu yang tidak bisa dipersenjatai.
"Apapun pilihan pemerintah, harus dipastikan alutsista baru, bukan bekas atau retrofit. Bukan bekas seperti pembelian Rafale oleh Kroasia ataupun campuran Rafale baru dan bekas seperti yang dibeli Yunani," ucap Bobby.