Kerja Sama Pertahanan Indonesia-Perancis Jangan Hanya Fokus Pembelian Alutsista
Kedua negara, Indonesia dan Perancis, diharapkan memikirkan pula pengembangan dan produksi bersama alutsista, alih teknologi, serta investasi di bidang industri pertahanan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Perancis diharapkan tidak hanya terfokus pada pembelian alat utama sistem persenjataan. Hal yang juga mesti dipikirkan kedua negara adalah menyangkut pengembangan dan produksi bersama, alih teknologi, serta investasi di bidang industri pertahanan.
Harapan ini disampaikan Presiden Joko Widodo saat menerima kunjungan Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis Florence Parly di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (10/2/2022). Pada pertemuan tersebut, Presiden Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Adapun Menteri Angkatan Bersenjata Perancis didampingi Duta Besar Perancis untuk Republik Indonesia Olivier Chambard.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi dan Menteri Florence Parly membahas sejumlah hal, termasuk mengenai kerja sama pertahanan kedua negara. Presiden Jokowi menyambut baik penandatanganan beberapa nota kesepahaman (MoU) kerja sama pertahanan, termasuk dalam hal kerja sama maintenance, repair, overhaul (MRO), pengembangan kapal selam, pengadaan satelit, hingga produksi amunisi kaliber besar.
”Saya harap kerja sama pertahanan tidak hanya terfokus pada pembelian alutsista (alat utama sistem persenjataan), tetapi juga memikirkan pengembangan dan produksi bersama, alih teknologi, serta investasi di bidang industri pertahanan,” ujar Presiden Jokowi.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi membahas mengenai kerja sama Indo-Pasifik.
Presiden Jokowi dan Presiden Perancis Emmanuel Macron telah sepakat menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera. Untuk itu, penguatan kerja sama ekonomi diperlukan. ”Mekanisme dialog 2+2 kita akan menjadi forum yang strategis untuk mewujudkan visi Indo-Pasifik yang damai dan sejahtera,” ujar Presiden Jokowi.
IEU-CEPA dan G-20
Selain itu, Kepala Negara juga berharap negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Indonesia dan Uni Eropa dapat mengalami kemajuan di bawah presidensi Perancis di Uni Eropa. Presiden Jokowi juga meminta dukungan Perancis terhadap presidensi G-20 Indonesia.
”Indonesia mengharapkan dukungan Perancis terhadap presidensi Indonesia di G-20, terutama mengenai kerja sama konkret yang dapat dihasilkan dari kerja G-20,” kata Presiden.
Sebelum mengakhiri pertemuan dengan Menteri Florence Parly, Presiden Jokowi juga meminta dukungan Perancis agar olahraga pencak silat dapat masuk dalam pertandingan ekshibisi pada Olimpiade 2024 di Paris, Perancis.
”Terima kasih sekali lagi untuk tim Ibu Menteri atas peran dan kerja kerasnya memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Perancis. Mohon sampaikan salam hangat saya kepada Presiden Macron,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.
Sebelumnya, saat menyampaikan keterangan seusai mendampingi Presiden Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 di La Nuvola, Italia, pada 30 Oktober 2021, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan dukungan yang datang dari Presiden Perancis Emmanuel Macron kepada Indonesia dalam presidensi G-20.
Presiden Jokowi saat itu meminta akselerasi dalam pembentukan IEU-CEPA yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Akselerasi tersebut juga diharapkan meningkatkan ekspor Indonesia ke Eropa dan begitu pula sebaliknya. Indonesia, sebagai pemegang presidensi G-20, diharapkan mempunyai daya tawar tinggi. ”Diharapkan, presidensi Indonesia di G-20 dan presidensi (Perancis) di IEU ada manfaat untuk menyelesaikan itu,” kata Airlangga.