Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merayakan ulang tahunnya yang ke-75 pada Minggu (23/1/2022). Selain ucapan selamat ulang tahun, sejumlah tokoh menyampaikan kesan-kesannya terkait Megawati.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri merayakan ulang tahunnya yang ke-75 pada Minggu (23/1/2022). Dalam perayaan ulang tahunnya, sejumlah tokoh mengungkapkan Megawati sebagai sosok dengan prinsip yang kuat dan taat konstitusi.
Ini seperti disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto dan dua mantan sekjen PDI-P, Pramono Anung dan Tjahjo Kumolo.
”Di luar kekuasaan atau di dalam kekuasaan, Bu Mega itu selalu mengajarkan taat terhadap konstitusi,” kata Pramono yang kini menjabat Sekretaris Kabinet pada acara bertajuk ”Sikap Hidup Merawat Pertiwi” dalam rangka perayaan hari ulang tahun ke-75 Megawati melalui siaran Youtube PDI Perjuangan.
Pramono mencontohkan, sekitar 2005 atau 2006, ada anggota DPR dari Fraksi PDI-P yang menginterupsi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan pidato nota keuangan dalam sidang paripurna 17 Agustus. Mengetahui itu, Megawati sangat marah.
”Waktu itu saya masih sekjen. ’Siapa pun yang melakukan interupsi kepada presiden, saya akan pecat pada saat itu juga’,” kata Pram mengulang pesan Megawati. Ia mengungkapkan, hal itu dilakukan karena Megawati menjaga marwah konstitusi.
Hasto Kristiyanto mengatakan, Megawati memiliki prinsip yang kuat. Kesolidan menjadi kekuatan partai yang terus menyatu dengan rakyat. Karena itu, Megawati mengajarkan prinsip yang fundamental tentang bangsa, negara, dan partai. Megawati juga dikenal sebagai sosok yang visioner, detail, dan kokoh pada prinsip.
Tjahjo Kumolo juga menyebut Megawati memiliki prinsip hidup yang kokoh. ”Ibu selalu menyampaikan kepada saya dan seluruh kader, jadilah banteng sejati di dalam membela keberagamaan dan kebinekaan. Jadilah garda terdepan, menjadi tameng yang kokoh untuk mempertahankan NKRI. Karena itu, selama NKRI ini ada, PDI Perjuangan sebagai penerus Partai Nasional Indonesia yang didirikan Bung Karno harus tetap ada,” kata Tjahjo yang kini menjabat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Adapun kakak kandung Megawati, Mohammad Guntur Soekarnoputra, menceritakan pengalamannya saat menjadi mahasiswa ITB tahun 1962. Guntur mengatakan, dirinya bersama Megawati aktif sebagai aktivis mahasiswa dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
”Dia (Megawati) sering ikut pawai alegoris, pawai unjuk kekuatan. Dia juga sering ikut melakukan urban ke daerah-daerah,” kata Guntur.
Sebagai pengurus GMNI cabang Bandung, Guntur menjadi pengurus dengan jabatan ketua tim indoktrinasi dasar. Materi sejarah perjuangan dan situasi kondisi Indonesia harus diberikan kepada seluruh anggota. Ia mengatakan, Megawati lulus dalam uji kelayakan dan kepatutan pada materi tersebut dengan predikat sangat baik.
Menurut Guntur, Megawati sangat menguasai ketika ditanya tentang masalah sejarah, situasi, dan kondisi Indonesia, bahkan mengenai ilmu dari fasisme.
Bermain bola
Tak hanya itu, ia mengungkapkan sisi lain Megawati. Semasa kecilnya, Megawati disebut Guntur mahir bermain sepak bola hingga memanjat pohon. ”Iya, saya kalau tahun 1949, Bu Mega jadi seperti teman main saja. Sebagai kakak ngajak dia main itu yang sudah saya tulis di artikel. Mega itu begitu-begitu jago main bola, loh. Main bola, manjat pohon, jago. Dan kan banyak yang enggak tahu itu,” ungkap Guntur.
Adapun putri Bung Hatta, Meutia Hatta, menuturkan, sejak usia delapan tahun Megawati telah mencintai tanaman dan hingga kini menghargai aset-aset sumber daya alam (SDA) Indonesia.
Di ulang tahunnya ke-75, tugas Megawati akan semakin banyak. Menurut Meutia, Indonesia semakin membutuhkan tokoh yang memenuhi cita-cita nasional yang disampaikan para pendiri negara, yaitu Indonesia merdeka, berdaulat, bersatu, serta mencapai masyarakat adil dan makmur. Meutia mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendukung kepemimpinan Megawati sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) demi kemajuan Indonesia.
Duduk di kokpit
Pilot Megawati ketika menjadi presiden, Agus Sudarya, turut menceritakan sisi lain Megawati. Menurut dia, kebiasaan Megawati ketika masih menjabat sebagai wakil presiden ataupun saat sebagai presiden adalah suka duduk di kokpit. ”Pada saat terbang di ketinggian 1.500, Ibu (Megawati) selalu duduk di kokpit. Sama seperti ayahnya, Bung Karno, juga suka di kokpit,” kata Agus.
Agus menceritakan, pesawat yang kerap digunakan Megawati adalah Hercules A-1341 dan C 130. Selama bertahun-tahun Megawati duduk di kokpit, sosok Presiden ke-5 RI itu memperhatikan bagaimana cara kopilot bekerja. Pada penerbangan kenegaraan dengan rute Jakarta-Bali dan Bali-Madiun, saat rute Bali-Madiun, misalnya, Megawati yang duduk di belakang pilot meminta duduk di kursi kopilot. Megawati pun fasih berkomunikasi dengan pemandu lalu lintas udara.
Ajudan Presiden Soekarno, Sidarto Danusubroto, mengatakan, sosok Megawati masih sangat diperlukan baik di Indonesia maupun PDI-P untuk menjaga soliditas partai.
Sidarto menuturkan, yang terpenting bagi Megawati adalah sepanjang republik ini berdiri, PDI-P harus tetap ada sebagai salah satu partai penjaga Republik Indonesia.