Di arena Muktamar ke-34 NU, konsolidasi aktif diadakan para pendukung calon ketum PBNU. Setidaknya ada dua nama calon yang muncul, yaitu Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Oleh
Rini Kustiasih/Iqbal Basyari
·5 menit baca
Sehari sebelum pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, konsolidasi masih dilakukan oleh para calon ketum PBNU. Ada yang menggunakan jaringan Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan ada pula yang melakukan strategi silaturahmi ke rumah-rumah kiai.
Setidaknya dua nama mengerucut dan menunjukkan sinyal untuk maju dalam ”kontestasi” ketum PBNU. Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj sejak dua pekan lalu telah mendeklarasikan kesediaannya untuk maju sebagai calon ketum PBNU. Adapun Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyebutkan telah mendapatkan dukungan dari 474 pengurus wilayah dan cabang NU.
Di arena muktamar, beredar pula nama mantan Wakil Ketua Umum PBNU yang juga mantan Wakil Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) KH As’ad Said Ali. Ia sebelumnya juga pernah menjadi calon ketum PBNU pada Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur.
Sejak Selasa (21/12/2021) malam, sejumlah pimpinan wilayah dan pimpinan cabang pendukung Gus Yahya berkumpul di Gedung Graha Wangsa, Jalan Yos Sudarso, Bandar Lampung. Silaturahmi itu dipimpin oleh KH Saifullah Yusuf atau Gus Ipul. Mereka mengonsolidasikan dukungan kepada Gus Yahya dalam Muktamar ke-34.
Hadir dalam silaturahmi konsolidasi itu, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dari Maluku, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Papua Barat, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Jambi. Total, ada 474 wilayah dan cabang NU yang diklaim telah mendukung Gus Yahya.
”Sebagian besar dari bapak-bapak sudah ketemu langsung dengan saya. Selama sekitar dua bulan terakhir ini saya sudah bertemu langsung dengan 474 PWNU dan PCNU seluruh Indonesia. Dan setiap kali saya bertemu, bahkan ketika pertama kali bertemu saya selalu merasakan getaran kehangatan hati,” kata Gus Yahya dalam forum silaturahmi itu.
Upaya konsolidasi pendukung Gus Yahya itu dimungkinkan karena bekal jaringan organisasi yang kuat, khususnya GP Ansor.
Wakil Ketua PWNU Jatim KH Ahmad Fahrur Rozi yang hadir dalam forum silaturahmi itu mengatakan, pihaknya solid mendukung Yahya. Selain itu, pada 2019 sudah ada Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) PWNU Jatim di Probolinggo, yang meminta pembatasan masa jabatan ketum PBNU selama dua periode.
Fahrur mengatakan, upaya konsolidasi pendukung Gus Yahya itu dimungkinkan karena bekal jaringan organisasi yang kuat, khususnya GP Ansor. Penggalangan dukungan kepada Gus Yahya pun banyak dilakukan melalui jalur GP Ansor.
Di Jatim, misalnya, Gus Yahya sangat kuat karena faktor Gus Ipul. Di Ansor dikenal trio pemimpin Ansor dari generasi ke generasi, yakni Gus Ipul, Nusron Wahid, dan Yaqut Cholil Qoumas, yang kini menjadi Menteri Agama.
”Yang generasi Gus Ipul sekarang sudah menjadi pengurus PW dan PC semua. Koalisi ansor lintas generasi yang jadi kunci kekuatan Gus Yahya, selain kedekatan dengan kiai sepuh yang sudah terbentuk. Bapaknya tokoh kuat, alumnus (Pondok Pesantren) Lirboyo, jaringannya sangat kuat. Hubungan dengan kiai juga sudah lama,” kata Fahrur.
Fahrur meyakini tidak akan ada perubahan sikap dari PWNU dan PCNU pendukung Gus Yahya kendati ada kekhawatiran mengenai politik uang yang menyeruak di arena muktamar.
Strategi kultural
Jika pihak Gus Yahya mengandalkan jaringan Ansor, pihak Kiai Said mengandalkan gerakan silaturahmi dan ziarah. Direktur Said Aqil Siroj Institute, Imdadun Rahmat, saat ditemui pada Rabu (22/12) mengatakan, Kiai Said mengandalkan jaringan kultural dan fokus pada silaturahmi kepada kiai-kiai di berbagai daerah. Kiai Said telah ”bergerilya” untuk meminta restu dari para kiai. Selain itu, Kiai Said juga selalu berziarah ke makam para wali dan ulama besar di berbagai daerah untuk bertafakur.
”Kami bukan tim pemenangan politik sehingga gerakannya berbasis kultural. Kiai Said turun ke lapangan untuk sowan kepada kiai-kiai dan permintaan restu itu pesannya sudah mendalam,” katanya.
Imdadun mengatakan, sampai saat ini sudah ada 364 PWNU dan PCNU yang meminta Kiai Said untuk maju sebagai Ketum PBNU. Dukungan itu pun diyakini tidak akan bergeser karena alasan apa pun, baik itu politik uang maupun intervensi dari pihak luar.
Bendahara Umum Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sudarto mengatakan, sejak Selasa, Kiai Said juga telah bersilaturahmi dengan 24 PWNU di Kompleks Perumahan Gunung Terang, Lampung.
Kekuatan Kiai Said, menurut Imdadun, ialah kesediaannya untuk turun ke lapangan, mendekat kepada kiai-kiai, bahkan di daerah pelosok sekalipun. ”Kiai Said dipandang sebagai tipe pemimpin yang kakinya mau becek, atau turun ke lapangan. Selama menjadi ketum PBNU, Kiai Said juga selalu punya waktu untuk mengajar kitab kuning, mengisi pengajian, dan bersilaturahmi dengan jemaah NU,” tuturnya.
Bendahara Umum Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sudarto mengatakan, sejak Selasa, Kiai Said juga telah bersilaturahmi dengan 24 PWNU di Kompleks Perumahan Gunung Terang, Lampung. Klaim dukungan dari kubu Gus Yahya pun dipandang berlebihan.
”Klaim dari Gus Ipul sangat menggelikan dan sekaligus membuktikan kepanikan kubu mereka atas pencapaian dukungan suara Kiai SAS (Said Aqil Siroj) yang semakin tidak terbendung,” kata Sudarto.
Dari pertemuan pada Selasa malam itu, Sudarto mengklaim koordinator Kiai Said Aqil Siroj telah bertemu dengan para ketua PCNU. Totalnya, 327 pemilik suara dari PCNU. Daftar hadirnya komplet,” ujarnya.
Dinamika menuju pemilihan ketum PBNU pun diperkirakan akan terus meninggi hingga Kamis (23/12). Selain saling klaim dukungan dan adu konsolidasi intensif antarpendukung, dinamika juga menguat di arena muktamar. Dalam pembahasan tata tertib muktamar di Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, Rabu, keributan sempat terjadi di ruang rapat pleno.
Keributan dipicu oleh sejumlah muktamirin yang keberatan karena ada beberapa pengurus cabang yang belum mengantongi surat keputusan (SK). Beberapa di antaranya sampai berteriak lantang dan saling menuding memprotes situasi itu. SK dinilai sangat penting. Sebab, tanpa SK kepengurusan yang sah, mereka tidak akan memiliki hak suara. Hal ini akan berdampak pada hilangnya potensi suara dukungan bagi calon Ketum PBNU. Karena muncul protes keras, rapat beberapa kali harus diskors oleh pimpinan rapat, Muhammad Nuh.
Hingga Rabu malam, belum ada keputusan mengenai tata tertib muktamar. Sekali lagi, kedewasaan NU dalam menjalankan demokrasi di tubuh organisasi akan diuji....