Elektabilitas Prabowo Turun, Gerindra Tetap Percaya Diri
Strategi yang telah diterapkan selama ini akan dioptimalkan Gerindra. Adapun PDI-P mengklaim munculnya sejumlah kader PDI-P di survei capres oleh Litbang ”Kompas” merupakan bukti keberhasilan kaderisasi partai.
Oleh
KURNIA YUNITA RAHAYU/RINI KUSTIASIH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Gerindra tetap percaya diri mencalonkan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden 2024 sekalipun elektabilitasnya, berdasarkan hasil survei terbaru Litbang Kompas, menurun. Strategi yang telah diterapkan selama ini akan dioptimalkan untuk meningkatkan elektabilitas Prabowo dan Gerindra.
Hasil survei terbaru Litbang Kompas pada Oktober 2021 menunjukkan, Prabowo yang sebelumnya selalu menduduki peringkat pertama elektabilitas bakal calon presiden (capres) kini tersusul oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Elektabilitas keduanya kini sama-sama di angka 13,9 persen.
Khusus elektabilitas Prabowo menurun dari sekitar 3 persen jika dibandingkan dengan survei pada April 2021. Saat itu, elektabilitas Prabowo mencapai 16 persen sedangkan Ganjar masih 7 persen. Begitu pula jika dibandingkan dengan survei pada Oktober 2019 dan Agustus 2020, elektabilitas Prabowo saat ini lebih rendah. Elektabilitas Prabowo saat ini hanya lebih tinggi dari survei yang dilakukan pada Januari 2021.
Survei terbaru Litbang Kompas ditempuh melalui wawancara tatap muka ini dari 26 September-9 Oktober 2021. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian lebih kurang 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman yang dihubungi pada Selasa (19/10/2021) tak terlalu gusar dengan penurunan elektabilitas itu. Pasalnya, elektabilitas Prabowo masih tetap di papan atas. ”Kami tidak ambil pusing persentase sedikit menurun karena kian lama kian banyak calon bermunculan, tetapi kan beliau tetap nomor satu,” ujarnya.
Meski demikian, ia memastikan Gerindra tak akan kendur. Gerindra akan terus menerapkan strategi yang telah dijalankan selama ini untuk meningkatkan elektabilitas Prabowo, juga Gerindra. ”Strategi kami sejak kemarin-kemarin, saat ini, dan ke depan, ya, kerja saja yang maksimal untuk rakyat, baik di eksekutif maupun legislatif,” ujarnya.
Untuk diketahui, sudah banyak pengurus daerah Gerindra meminta agar Prabowo kembali maju sebagai capres pada Pilpres 2024. Begitu pula sejumlah elite Gerindra di pusat. Namun, hingga kini Prabowo belum pernah menyatakan kesediaannya untuk mencalonkan diri kembali pada pilpres. Dalam wawancara dengan influencer Deddy Corbuzier pada Juni lalu, Prabowo tak menolak jika memang diusung kembali menjadi capres pada 2024. Namun, ia masih akan melihat peta politik jelang pilpres.
”Ya, kalau untuk mengabdi dan diberi kepercayaan, kenapa enggak. Tetapi, menuju itu faktornya banyak, faktor dukungan, enggak bisa maju sendiri, harus ada dukungan kanan kiri,” ujar Prabowo saat ditanya tentang keinginan menjadi capres kembali.
Bukan angka optimistis
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai, tingginya elektabilitas Prabowo di sejumlah hasil survei, termasuk survei terbaru Litbang Kompas, sebagai sesuatu hal yang wajar.
Sebab, Prabowo sudah dikenal publik. Selain itu, elektabilitas tersebut merupakan buah dari investasi politik yang sudah dilakukannya sejak pertama kali ikut dalam pemilu presiden, yakni saat menjadi calon wakil presiden dari capres Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009.
Meski demikian, angka elektabilitas yang saat ini diperoleh Prabowo dilihatnya tak menjanjikan. Selain trennya menurun, sejumlah figur lain yang dipilih publik tren elektabilitasnya justru meningkat.
”Angkanya bukan angka optimistis, sebagai sosok yang pernah beberapa kali maju dalam pilpres, semestinya elektabilitas Prabowo minimal mencapai 40 persen,” katanya.
Adapun terkait dengan Ganjar Pranowo berikut tiga kader PDI-P lain, yakni Menteri Sosial Tri Rismaharini, Ketua DPR Puan Maharani, dan eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama, yang juga dipilih responden sebagai capres 2024 dalam survei terbaru Litbang Kompas, politisi PDI-P, Andreas Hugo Pareira, menilai, hal itu menunjukkan keberhasilan kaderisasi di PDI-P.
”Kesempatan yang diberikan oleh partai kepada kader-kadernya untuk menduduki berbagai jabatan publik mendapat respons dan kepercayaan publik untuk jabatan kepemimpinan nasional,” katanya, Senin (18/10/2021).
Dengan banyaknya kader PDI-P yang dipilih publik, lanjutnya, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri memiliki banyak opsi saat memutuskan capres yang akan diusung PDI-P pada 2024. ”Ini memungkinkan ketua umum, yang diberikan mandat oleh kongres partai untuk memutuskan calon presiden, memunyai opsi-opsi dalam memutuskan. Memilih satu dari beberapa lebih baik ketimbang hanya punya satu-satunya calon sehingga hanya opsi tunggal,” katanya.
Dalam survei terbaru Litbang Kompas, Tri Rismaharini memiliki elektabilitas 4,9 persen, Basuki Tjahja Purnama sebesar 4,3 persen sedangkan Puan Maharani masih di bawah 1 persen.
Meski demikian, ia menekankan, elektabilitas dan hasil survei bukan satu-satunya faktor bagi Megawati dalam menjatuhkan pilihan. Hasil survei hanya menjadi salah satu pendekatan dalam pengambilan keputusan.
”Tentu ada pertimbangan lain yang penting juga menjadi faktor yang ikut menentukan. Karena memutuskan seseorang menjadi capres adalah tanggung jawab menentukan nasib bangsa ini selama lima tahun ke depan. Mengingat dalam sistem presidensiil yang sekarang kita praktikkan, presiden mempunyai otoritas dan kewenangan yang sangat besar dalam membawa nasib bangsa ini,” ujarnya.
Andreas menyadari semua mata kini tertuju pada PDI-P. Sebab, ketika PDI-P menentukan siapa capresnya, dinamika politik akan bergerak dalam konstelasi penentuan calon lainnya. ”Saya selalu katakan ’kotak pandora’ ada di PDI Perjuangan. Semua menunggu Ketua Umum PDI Perjuangan membuka kotak pandoranya,” kata Andreas.
Andreas pun meyakini ketika nama capres diputuskan Megawati, semua kader akan solid mendukung. Menurut dia, soliditas partai telah teruji karena selama ini PDI-P dikenal sebagai partai dengan ”party id” (tingkat kesukaan pemilih pada partai politik) tertinggi. ”PDI-P juga mempunyai kader-kader di legislatif dan eksekutif yang solid dan siap bergotong royong bertarung untuk memenangkan capres apabila sudah diputuskan oleh ketua umum,” ujarnya.
Di luar nama Prabowo, Ganjar, dan sejumlah kader PDI-P, hasil survei terbaru Litbang Kompas juga memperlihatkan sejumlah nama lain yang dipilih publik.
Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan elektabilitas 9,6 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 5,1 persen, dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno 4,6 persen. Kemudian, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono 1,9 persen, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD 1,2 persen, serta mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo 1,1 persen.