Apakah Mantan Danjen Kopassus Itu Akan Menduduki Kursi Wakil Ketua DPR?
Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus, mantan Danjen Kopassus, diprediksi bakal menduduki jabatan Wakil Ketua DPR, menggantikan Azis Syamsuddin. Jawaban akan prediksi itu akan ditentukan Rabu sore ini.
Menurut rencana, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto akan menyerahkan nama Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat yang baru untuk menggantikan Azis Syamsuddin, Rabu (29/9/2021) sore. Nama Lodewijk F Paulus mencuat sebagai salah satu kader yang dipertimbangkan oleh Golkar sebagai pengganti Azis.
Hingga Rabu siang, semua petinggi dan pejabat Golkar masih belum mau menyebutkan nama pasti pengganti Azis. Namun, pada Minggu (26/9/2021), Wakil Ketua Bambang Soesatyo mengonfirmasi nama Lodewijk sebagai kandidat terkuat pengganti Azis. Kepastian mengenai hal itu akan diumumkan oleh Airlangga saat bertemu dengan Ketua DPR Puan Maharani, Rabu sore ini.
Sesuai ketentuannya, penggantian pimpinan DPR diusulkan oleh masing-masing partai kepada ketua DPR. Selanjutnya, nama yang diusulkan oleh partai itu akan dibawa ke dalam rapat badan musyawarah (bamus) untuk diputuskan penetapannya di dalam rapat paripurna DPR.
Ketua Badan Advokasi Hukum dan HAM DPP Partai Golkar Supriansa mengatakan, nama itu akan diumumkan sendiri oleh Ketum Partai Golkar Airlngga Hartarto. Ia juga mengonfirmasi Lodewijk merupakan salah satu calon yang dipertimbangkan oleh Airlangga. Nama pengganti Azis sebenarnya telah diputuskan pada Senin (27/9/2021) malam, saat rapat pleno di kantor DPP Partai Golkar di Anggrek Neli, Jakarta Barat. Meski demikian, nama itu baru akan disampaikan oleh Airlangga ketika menyerahkan nama tersebut kepada Puan Maharani, Rabu ini.
”Kalau boleh saya perkecil, pilihannya ada tiga, yakni Ketua Fraksi Partai Golkar Kahar Muzakir, Wakil Ketua Komisi III Adies Kadir, dan Sekretaris Jenderal Lodewijk F Paulus,” ucapnya.
Baca juga: Golkar Redam Potensi Gejolak di Internal
Saat ditanya lebih lanjut mengenai potensi Lodewijk menjadi pengganti Azis, Supriansa berkelit dan mengatakan hal itu keputusan prerogatif ketua umum. ”Yang pasti, dia adalah kader terbaik dari Golkar. Semua nama yang muncul itu pun kader-kader terbaik Golkar. Semua kader Golkar memiliki kemampuan rata-rata yang baik sehingga siapa pun yang dipilih dan disampaikan oleh ketum nanti adalah yang terbaik dari Golkar,” ucap anggota Komisi III DPR ini.
Menilik dari rekam jejak Lodewijk, pensiunan tentara Angkatan Darat berpangkat akhir letnan jenderal ini adalah Danjen Kopassus ke-24 yang menjabat sejak 4 Desember 2009. Lodewijk menggantikan Mayor Jenderal (Mayjen) Pramono Edhie Wibowo yang berpindah tugas sebagai Panglima Kodam III/Siliwangi. Lodewijk menjabat Danjen Kopassus hingga 8 September 2011 sebelum digantikan oleh Mayjen Wisnu Bawa Tenaya.
Menilik dari rekam jejak Lodewijk, pensiunan tentara Angkatan Darat berpangkat akhir letnan jenderal ini adalah Danjen Kopassus ke-24 yang menjabat sejak 4 Desember 2009. Lodewijk menggantikan Mayor Jenderal (Mayjen) Pramono Edhie Wibowo yang berpindah tugas sebagai Panglima Kodam III/Siliwangi.
Lodewijk yang lahir di Kota Manado, Sulawesi Utara, kemudian menjadi Panglima Kodam I/Bukit Barisan dari September 2011 hingga Juni 2013. Sebelum pensiun, ia menjadi Komandan Komando Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI AD sejak Juni 2013 hingga Juli 2015. Dari arsip Kompas, Lodewijk adalah lulusan Akabri 1981 dan pernah pula menjadi Direktur Latihan Kodiklat.
Saat menjadi Danjen Kopassus, Lodewijk pernah membantah berita yang ditulis Allan Nairn, seorang wartawan Amerika Serikat. Allan Nairn menulis dalam blognya, saat Pemilihan Umum 2009, beberapa aktivis partai lokal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dibunuh prajurit Kopassus yang mendapat perintah dari petinggi di Jakarta.
”Itu omong kosong. Sejak perjanjian Helsinki (perdamaian RI- Gerakan Aceh Merdeka), semua prajurit Kopassus ditarik dari sana. Itu berarti sudah tidak ada prajurit Kopassus di NAD sejak 15 Agustus 2005,” katanya (Kompas, 24/3/2010).
Lodewijk membantah ada prajurit Kopassus yang ditugaskan setelah itu. Ia juga membantah kemungkinan adanya beberapa prajurit yang ditugaskan secara perseorangan. Menurut Lodewijk, bisa saja berita itu dibuat oleh pihak-pihak dengan kepentingan tertentu. ”Memangnya kita pasukan liar? Kita diperintahkan keluar, ya, kita keluar,” katanya, ketika itu.
Lodewijk juga cukup vokal mengenai peran-peran tentara dalam penanggulangan terorisme. Dalam sebuah diskusi di Jakarta, 3 Agustus 2011, ia mengajukan persoalan mengenai dasar hukum yang tidak sinkron antara UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penanggulangan Terorisme dan UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI. UU No 15/2003 tentang Penanggulangan Terorisme membatasi teroris tidak boleh tewas, sementara UU No 34/2004 menyatakan TNI bisa menanggulangi terorisme.
”Masalahnya kalau tentara salah tembak langsung kena HAM. Masih multitafsir kapan TNI boleh masuk, yaitu ketika hukum tidak bisa atasi, di luar kemampuan polisi, dan keputusan politik presiden,” kata Lodewijk (Kompas, 4/8/2011).
Karier melesat
Seusai pensiun pada 2015, Lodewijk masuk ke dunia politik. Ia masuk saat Setya Novanto masih menjadi ketua partai berlambang pohon beringin itu, 2016. Baru setahun masuk partai, ia langsung dipercaya mengemban posisi sebagai Sekjen Partai Golkar, menggantikan Idrus Marham.
Sejumlah informasi yang dikumpulkan Kompas menyebutkan, karier Lodewijk memang sangat cepat di Golkar. Hal ini pun sempat menjadi pertanyaan di benak sejumlah kader Golkar. ”Dia baru masuk partai 2016, lalu menjadi sekjen partai. Dia pun baru menjadi anggota DPR di Pemilu 2019, atau baru sekali ini menjadi anggota DPR, dan sekarang akan menjadi Wakil Ketua DPR. Kalau diperhatikan memang kariernya sangat cepat,” ucap narasumber Kompas yang tidak mau disebutkan namanya.
Lodewijk, yang kelahiran 27 Juli 1957, memang secara umur lebih senior daripada kader-kader lain yang namanya sempat mengemuka sebagai calon pengganti Azis, seperti Adies Kadir, Kahar Muzakir, dan Wakil Ketua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia Tandjung. Namun, dari sisi struktur dan organisasi kepartaian, Lodewijk baru lima tahun di Golkar dan dua tahun di DPR. Jika dibandingkan dengan kader Golkar lainnya, termasuk Azis, yang sudah tiga kali menjadi anggota DPR, pengalaman Lodewijk di DPR sebenarnya baru dua tahun.
Merujuk pada pengalaman penentuan pimpinan DPR dari Golkar di era Akbar Tandjung hingga Jusuf Kalla, keputusan diambil secara kolektif kolegial. Oleh karena itu, dalam penentuan pimpinan DPR dapat saja berakhir dengan voting manakala belum tercapai kesepakatan dalam rapat pleno. Penentuan pimpinan DPR dengan menyerahkan kepada ketua umum saja bukan hal yang biasa terjadi di Golkar.
Baca juga: Airlangga Belum Mau Ungkap Pengisi Jabatan Wakil Ketua DPR dari Golkar
Pada kenyataannya, dalam menentukan siapa pengganti Azis, kali ini semua pejabat teras Partai Golkar seolah menunggu diumumkan oleh Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto. ”Belum tahu siapa penggantinya karena nanti akan diumumkan oleh ketum. Hal itu menjadi hak prerogatif ketum untuk menyampaikan,” kata Firman Subagyo, anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR dari Fraksi Golkar.
Firman menegaskan, siapa pun nama yang diumumkan oleh Airlangga, Rabu ini, akan disepakati dan diterima oleh semua kader tanpa terkecuali. Ia menampik kekhawatiran terjadi friksi di internal Golkar terkait dengan penentuan pengganti Azis. ”Tidak ada itu perpecahan. Semua akan menerima nama yang diputuskan oleh ketum,” ujarnya.
Peneliti Akbar Tandjung Institute, Alfan Alfian, mengatakan, kalau dilihat dari tradisi Golkar selama ini, pertimbangan memilih orang dengan resistensi paling kecil akan dilakukan oleh Airlangga Hartarto.
Peneliti Akbar Tandjung Institute, Alfan Alfian, mengatakan, kalau dilihat dari tradisi Golkar selama ini, pertimbangan memilih orang dengan resistensi paling kecil akan dilakukan oleh Airlangga Hartarto. Dengan segala rekam jejaknya, Lodewijk memenuhi kriteria itu. Resistensi terhadap Lodewijck di internal Golkar relatif kecil, apalagi dia juga menjabat Sekjen Golkar.
”Dia Sekjen Golkar sehingga untuk konsolidasi internal tentu akan lebih mudah. Pemilihan atas dirinya tentu secara politis akan lebih aman bagi soliditas internal Golkar,” kata Alfan.
Namun, apakah sungguh Lodewijk yang akan diusulkan Golkar sebagai pengganti Azis? Permainan nasib akan ditentukan di dalam dokumen yang akan diserahkan kepada Puan, Rabu sore ini.