Airlangga: Rawat Komitmen terhadap Demokrasi Menuju Indonesia 2045
"Dengan berdemokrasi, kita dapat mengelola keragaman kehendak, keinginan, dan aspirasi masyarakat Indonesia yang majemuk dan plural,” kata Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dalam Pidato Kebangsaan di CSIS.
Oleh
IQBAL BASYARI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Partai Golkar mengajak seluruh elemen masyarakat merawat komitmen terhadap demokrasi sebagai jalan untuk memastikan tata kelola politik dan pemerintahan yang baik. Sistem politik yang demokratis menjadikan keberagaman dan kemajemukan bisa dikelola dengan baik sehingga mampu mengantarkan pada visi Indonesia 2045.
Komitmen tersebut ditegaskan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat membawakan pidato bertajuk ”Demokrasi, Kebangsaan, dan Kesejahteraan” dalam Pidato Kebangsaan Ketua Umum Partai Politik memperingati 50 tahun Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Selasa (10/8/2021).
Hadir dalam acara yang diselenggarakan secara virtual itu, antara lain, Direktur Eksekutif CSIS Philips J Vermonte, pendiri CSIS Jusuf Wanandi dan Harry Tjan Silalahi, serta pengurus Golkar.
Sebagai sebuah sistem, menurut Airlangga, praktik demokrasi di Indonesia selalu mengalami pasang surut seiring dengan dinamika kehidupan sosial politik yang terjadi pada setiap masa. Menurut dia, kini demokrasi di Indonesia pada era reformasi terus mengalami penyempurnaan seiring dengan dinamika kehendak rakyat di mana kedaulatan berada.
”Partai Golkar sebagai salah satu partai politik yang menjadi pilar demokrasi selalu berkomitmen untuk menjaga dan mempertahankan demokrasi. Dengan berdemokrasi, kita dapat mengelola keragaman kehendak, keinginan, dan aspirasi masyarakat Indonesia yang majemuk dan plural ini,” tuturnya.
Merujuk pada laporan Indeks Demokrasi 2020 yang diluncurkan The Economist Intelligence Unit (EIU) pada 3 Februari 2021, pandemi memengaruhi kualitas demokrasi secara global, tak terkecuali Indonesia. Skor Indeks Demokrasi Indonesia pada 2020 adalah 6,3, turun dari setahun sebelumnya, 6,48. Raihan itu merupakan yang terendah selama 14 tahun terakhir.
Indonesia pun berada dalam kategori negara demokrasi yang belum sempurna seperti negara-negara lain di Asia Tenggara. Dari lima indikator, Indonesia mengalami penurunan di dua indikator, yakni dalam hal budaya politik dan kebebasan sipil.
Partai Golkar sebagai salah satu partai politik yang menjadi pilar demokrasi selalu berkomitmen untuk menjaga dan mempertahankan demokrasi. Dengan berdemokrasi, kita dapat mengelola keragaman kehendak, keinginan, dan aspirasi masyarakat Indonesia yang majemuk dan plural ini.
Menurut Airlangga, budaya politik sangat penting untuk menopang tumbuhnya demokrasi agar lebih berkualitas. Sebab, masih ada penilaian masyarakat yang kurang percaya atau bahkan tidak percaya terhadap efektivitas sistem demokrasi. Oleh karena itu, pendidikan politik secara mendalam harus terus dikembangkan mulai dari tingkat elite hingga akar rumput.
”Sementara dalam kebebasan sipil, kita harus meningkatkan penghormatan atas kemajemukan, meningkatkan toleransi dalam kehidupan beragama, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia,” tuturnya.
Atas laporan indeks demokrasi, kata Airlangga, Golkar berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan kualitas demokrasi yang ditunjukkan dengan berbagai kebijakan dan program partai yang lebih terbuka, responsif, dan demokratis. Di sisi lain, Golkar mendirikan Golkar Institute sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kader dengan tiga pilar kemampuan, yaitu ekonomi, politik, dan kepemimpinan.
”Pendidikan politik dengan penguatan tiga pilar tersebut harus dilihat agar parpol sebagai pilar demokrasi dapat melahirkan sumber daya manusia untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap politik sebagai instrumen untuk transformasi politik bagi generasi muda ke arah yang lebih baik lagi di masa mendatang,” paparnya.
Dengan ideologi kekaryaannya, Golkar mengklaim dalam setiap fase perjalanannya telah konsisten memainkan peran yang sangat penting dan strategis dalam mengawal dan mendukung proses pembangunan bangsa. Golkar juga mampu beradaptasi terhadap berbagai dinamika dan perubahan dalam berbagai bidang, baik politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun kemajuan teknologi.
”Sebagai partai yang memiliki kursi terbesar kedua di parlemen, Partai Golkar terus melakukan review terhadap berbagai regulasi yang menjadi kendala bagi terwujudnya iklim ekonomi yang sehat dan kondusif bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat,” kata Airlangga.
Dalam sektor ekonomi, pandemi Covid-19 juga mengakibatkan Indonesia yang pada 2019 telah masuk dalam kategori negara berpenghasilan menengah tinggi (upper-middle income) menjadi turun kembali pada kategori negara berpenghasilan menengah rendah (lower-middle income).
Indonesia telah melakukan berbagai upaya penanganan pandemi, antara lain memperkuat penanganan kesehatan, pemberian bantuan sosial, dan vaksinasi. Tanda-tanda ke arah membaiknya pemulihan ekonomi sudah terlihat positif dengan pertumbuhan ekonomi 7,07 persen pada kuartal kedua 2021. Tren yang positif ini diharapkan akan terus meningkat sehingga upaya pemulihan ekonomi bisa mempercepat Indonesia keluar dari krisis.
”Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini membuat kita harus melakukan restarting dan rebooting tentang skenario untuk mewujudkan visi 2045,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut.
Golkar, kata Airlangga, tetap meyakini bahwa Indonesia akan menjadi negara maju dan sejajar dengan negara ekonomi besar lain di dunia pada capaian 100 tahun kemerdekaan RI. Sesuai visi Indonesia 2045, ada empat pilar yang ingin dicapai, yakni pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.
Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini membuat kita harus melakukan restarting dan rebooting tentang skenario untuk mewujudkan visi 2045.
Terkait dengan visi tersebut, Airlangga juga menyebut, Golkar meyakini bahwa Pancasila seharusnya dijadikan berkat tenun kebangsaan. Sebab, perbedaan serta kemajemukan nilai-nilai dan wawasan kebangsaan merupakan prasyarat mutlak yang harus dijaga demi tetap tegar dan utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurut Airlangga, kemajemukan dan keragaman suku, budaya, bahasa, etnis, golongan, dan agama di satu sisi merupakan kekayaan yang dapat menjadi kekuatan positif dalam pembangunan bangsa. Namun, dari segi kualitas, hal itu perlu terus ditingkatkan dan mendapatkan perhatian.
”Disiplin budaya, etos kerja, jiwa nasionalisme, dan kegigihan haruslah menjadi karakter bangsa karena merupakan prasyarat agar kita mencapai target visi Indonesia 2045 sebagai negara maju di tengah kemajemukannya,” tuturnya.
Philips menilai, pandangan dan pengalaman Golkar sebagai parpol selalu memberikan solusi teknokratis menuju kesejahteraan, baik melalui jalan politik, ekonomi, maupun sosial. Apa yang diharapkan Golkar tentang Indonesia 2045 pun sama dengan CSIS yang selalu menaruh perhatian besar pada riset-riset pembangunan manusia.
”Meskipun tantangan zaman yang kita hadapi begitu besar, Golkar selalu utuh bersama rakyat dan lebih maju dari sebelumnya,” ucap Jusuf Wanandi menambahkan.