Uji Reaksi Publik di Balik Pertemuan Ridwan Kamil-Anies Baswedan
Pertemuan Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dibalut program kerja sama kedua daerah, Jumat (11/6/2021), dinilai terkait Pilpres 2024. Ada tujuan publisitas dan uji reaksi publik.
Oleh
IQBAL BASYARI/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·4 menit baca
Pertemuan antarelite politik yang dikemas dengan beragam kegiatan terus bermunculan. Meskipun tidak secara eksplisit membahas isu politik menuju Pemilu Presiden 2024, pertemuan-pertemuan itu dinilai bisa menjadi pintu masuk untuk penjajakan politik.
Yang terbaru adalah pertemuan antara Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada Jumat (11/6/2021). Keduanya bertemu sejak pagi hari di Sumedang, Jabar. Diawali dengan shalat Subuh bersama di Masjid Agung Sumedang. Kemudian berlanjut sarapan bersama dengan kudapan antara lain tahu sumedang dan teh botol Sosro.
”Kami melakukan penjajakan, kami membahasnya cukup mendalam, serius, terkait kolaborasi pangan,” ujar Anies saat penandatanganan kerja sama Badan Usaha Milik Daerah PT Kampung Makmur Sumedang dengan PT Food Station Tjipinang Jaya dan Perumda Pasar Jaya DKI Jakarta di Sumedang.
Keduanya menampik pertemuan itu bermuatan politis, apalagi untuk kepentingan Pilpres 2024. Pertemuan itu diakui sebagai bentuk kerja sama kedua provinsi dalam mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 di sektor ketahanan pangan.
”Saya hadir di sini karena ini adalah implementasi dari strategi pemulihan ekonomi Jabar. Di mana, pasca-Covid-19 ini ketahanan kedaulatan pangan harus diutamakan,” kata Kamil.
Seusai bertemu Anies, Kamil bertolak menuju Bogor untuk menghadiri pengukuhan gelar Guru Besar Tidak Tetap Ilmu Pertahanan Bidang Kepemimpinan Strategik kepada Presiden ke-5 RI yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri dari Universitas Pertahanan.
Kamil merupakan salah satu dari dua kepala daerah yang hadir di acara tersebut, selain Gubernur Sulawesi Utara yang juga kader PDI-P, Olly Dondokambey. Ia duduk di baris ketiga dari depan. Adapun undangan lain yang turut hadir adalah Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang duduk di antara Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo.
Pertemuan-pertemuan antarelite politik dan partai di acara-acara non-kepartaian seakan tak berjeda dalam beberapa pekan terakhir. Termasuk di dalamnya, figur-figur kepala daerah yang masuk dalam sepuluh besar sejumlah survei calon presiden.
Akhir April lalu, misalnya, Anies pun bertemu dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Ngawi dengan agenda yang mirip saat dia bertemu Kamil. Begitu pula Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang tak luput ditemui oleh Anies.
Manuver tak hanya santer dilakukan gubernur. Sejumlah elite partai politik pun telah melakukan safari politik ke sejumlah gubernur. Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono telah menemui Anies dan Kamil. Begitu pula Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yang sudah bertemu dengan Kamil.
Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto, menilai, aspek politis dari pertemuan formal berbalut kerja sama pemda antara Anies dan Kamil tidak bisa terelakkan. Kegiatan itu menjadi salah satu upaya membangun publisitas politik sebagai bagian menuju kontestasi Pilpres 2024.
Safari Anies ke gubernur-gubernur yang potensial diusung pada Pilpres 2024, seperti Kamil, Ganjar, dan Khofifah, ditengarai menjadi bagian dari uji reaksi publik di daerah lain. Sebab, selama ini, Anies mayoritas beraktivitas di Jakarta sehingga popularitasnya di daerah lain cenderung kurang kuat.
”Anies yang diposisikan di Jakarta saja tidak cukup kuat. Perlu mencari market baru di luar Jakarta untuk menarik perhatian,” ujar Gun Gun.
Panggung Anies
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, pertemuan dengan pola kerja sama antarpemerintah daerah merupakan bagian dari pencitraan sekaligus memperkuat posisi untuk Pilpres 2024. Pertemuan-pertemuan teknokratik itu menjadi salah satu panggung bagi Anies sebelum jabatannya sebagai gubernur berakhir tahun depan.
Manuver yang dilakukan Anies, menurut Yunarto, merupakan bagian dari kesadaran Anies karena jabatannya sebagai gubernur berakhir pada 2022. Oleh sebab itu, ia memanfaatkan sisa jabatan sebagai panggung sebelum hilang. ”Konsekuensinya, Anies akan ngebut melakukan pengenalan dan pencitraan untuk kepentingan elektoral,” ujarnya.
Namun, ia mengingatkan kepala daerah dan pejabat publik dengan kondisi pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Manuver-manuver itu harus diimbangi dengan kerja teknokratik agar tidak menjadi blunder karena dianggap melupakan tugas utama sebagai pihak terdepan dalam menangani pandemi.
”Saya agak menyayangkan Anies yang ke luar kota di saat kasus Covid-19. Jika terlalu banyak melakukan kerja politik dibandingkan penanganan Covid-19, bisa menjadi blunder,” kata Yunarto.