Angkatan Laut China Siapkan Tiga Kapal Bantu Evakuasi KRI Nanggala
Pemerintah China menyiapkan tiga kapal ”salvage” untuk membantu evakuasi kapal selam KRI Nanggala-402 dari perairan Bali. Pengerahan ketiga kapal itu sebagai bantuan kemanusiaan dari Pemerintah China kepada Indonesia.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Kapal selam KRI Nanggala-402 merapat di Dermaga Madura Komando Armada RI Kawasan Timur di Surabaya, Senin (6/2/2012). Kedatangan KRI Nanggala setelah menjalani perbaikan di Korea Selatan disambut langsung oleh Kepala Staf TNI Angkalan Laut Laksamana Soeparno dan anggota Komisi I DPR. Pada 24 April 2021, kapal ini mengalami musibah di perairan Bali dan semua anak buah kapalnya gugur.
JAKARTA, KOMPAS — Angkatan Laut China akan membantu evakuasi kapal selam KRI Nanggala-402 dari perairan Bali. KRI Nanggala-402 mengalami musibah saat melaksanakan latihan penembakan torpedo dan dinyatakan tenggelam pada 24 April lalu.
Selain itu, melalui kerja sama dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, TNI Angkatan Laut juga tengah berupaya mengangkat badan kapal selam tersebut beserta anak buah kapal yang gugur.
Ada tiga kapal salvage yang dikerahkan Pemerintah China untuk membantu mengangkat KRI Nanggala-402 yang kini berada di dasar laut. Kapal yang diperbantukan ke Indonesia itu adalah kapal Ocean Salvage and Rescue Yongxingdao-863, Ocean Tug Nantuo-185, dan Scientific Salvage Tan Suo 2.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Julius Widjojono mengatakan, bantuan Angkatan Laut China (Chinese People’s Liberation Army Navy/PLA Navy) kepada Indonesia itu berawal dari tawaran Duta Besar China untuk Indonesia kepada Menteri Pertahanan RI sebagai bantuan kemanusiaan. Untuk itu, Pemerintah China menyiapkan kapal salvage atau pekerjaan bawah air untuk penanganan KRI Nanggala-402.
”Tawaran bantuan kemanusiaan ini disambut dengan senang hati Pemerintah Indonesia,” kata Julius, melalui siaran pers, Sabtu (1/5/2021).
Ada tiga kapal salvage yang dikerahkan Pemerintah China untuk membantu mengangkat KRI Nanggala-402 yang kini berada di dasar laut. Kapal yang diperbantukan ke Indonesia itu adalah kapal Ocean Salvage and Rescue Yongxingdao-863, Ocean Tug Nantuo-185, dan Scientific Salvage Tan Suo 2.
Secara rinci, kapal Ocean Salvage and Rescue Yongxingdao-863 memiliki panjang 156 meter, lebar 21 meter, dan tinggi 7,5 meter. Kapal ini memiliki robot, sonar, dan side scane sereta boat rescue. Sementara Ocean Tug Nantuo-185 memiliki panjang 119 meter, lebar 16 meter, dan tinggi 6,5 meter. Adapun Scientific Salvage Tan Suo 2 memiliki panjang 87,2 meter, lebar 18 meter, dan tinggi 7 meter.
Ketiga kapal salvage ini memiliki kemampuan daya selam sampai kedalaman 4.500 meter.
Selain bantuan dari Pemerintah China, TNI AL juga akan bekerja sama dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang akan mengoperasikan kapal Timas 1201 untuk mengangkat badan KRI Nanggala-402 beserta anak buah kapal yang gugur.
Kapal yang akan dioperasikan ini memiliki spesifikasi panjang 162,3 meter; lebar 37,8 meter; dan tinggi 16,1 meter. Kapal ini menggunakan crane berkapasitas 1.200 ton metrik yang cocok untuk instalasi platform konvensional.
KRI Karel Satsuit Tubun-356 dipandu kapal tunda saat hendak bersandar di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Kamis (22/4/2021). Sejumlah KRI dikerahkan untuk mengevakuasi KRI Nanggala 402 yang hilang sejak Rabu (21/4/2021) dini hari saat hendak mengikuti latihan penembakan torpedo di perairan Bali.
Evaluasi
Analis Utama Politik Keamanan Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45) Iis Gindarsah mengatakan, pimpinan TNI harus berusaha seoptimal mungkin menggunakan sumber daya yang ada dalam melakukan operasi pencarian dan penyelamatan (SAR).
Iis menuturkan, pada 2004-2021 tercatat 13 kecelakaan laut yang dialami TNI. Agar hal serupa tidak terjadi, Kementerian Pertahanan dan Markas Besar TNI harus melakukan evaluasi menyeluruh untuk menerapkan pendekatan ”daur hidup” pada semua alutsista Indonesia.
Pada 2004-2021 tercatat 13 kecelakaan laut yang dialami TNI. Agar hal serupa tidak terjadi, Kementerian Pertahanan dan Markas Besar TNI harus melakukan evaluasi menyeluruh untuk menerapkan pendekatan ”daur hidup” pada semua alutsista Indonesia. (Iis Gindarsah)
Pendekatan ini mengharuskan adanya program berkesinambungan dalam pengadaan alutsista mulai dari riset dan pengembangan, produksi/pengembalian, perawatan operasional, hingga pengakhiran masa pakai alutsista.
Selain itu, menurut Iis, idealnya negara operator kapal selam juga memiliki kemampuan SAR bawah laut. Analisis kebutuhan menunjukkan, keniscayaan TNI AL untuk mengoperasikan kapal selam penyelamat di Asia Pasifik.