Posisi KRI Nanggala-402 Tidak Berubah, Rencana Pengangkatan Dimatangkan
Investigasi tenggelamnya KRI Nanggala-402 sedang berjalan. Perkembangan situasi terkini posisi kapal terus dipantau. Pengangkatan kapal sudah diajukan dengan bantuan SKK Migas.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Investigasi menyeluruh terhadap penyebab tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 sedang berjalan. Pada saat bersamaan, tim penyelamat dan pertolongan terus memantau perkembangan situasi terkini posisi kapal. Kegiatan pengangkatan kapal sudah diajukan dengan bantuan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan yang dilakukan oleh tim penyelamatan dan pemberian pertolongan, sampai saat ini posisi kapal selam KRI Nanggala-402 belum berubah. Artinya kapal masih berada di dasar laut dengan kedalaman 838 meter.
Selain pemantauan, pengamanan kapal selam juga terus dilakukan. Ke depan, sudah diajukan pengangkatan atau evakuasi kapal,” ujar Yudo Margono di sela-sela kunjungannya ke rumah Komandan Satuan Kapal Selam Koarmada II Kolonel Harry Setyawan di Kompleks Rumah Dinas TNI AL, Tebel, Gedangan, Sidoarjo, Selasa (27/4/2021).
Yudo mengatakan, terkait dengan rencana pengangkatan badan kapal selam, pihaknya sudah berkoordinasi dengan SKK Migas. Hal itu dilakukan karena SKK Migas memiliki kapal yang bisa digunakan untuk mengangkat badan kapal selam KRI Nanggala-402.
Dia berharap, kapal yang akan diperbantukan oleh SKK Migas ini mampu mengangkat Nanggala-402 dengan baik. Untuk melakukan pengangkatan badan kapal selam ini, diperlukan persiapan yang matang. Salah satu persiapannya adalah menghitung secara detail berat kapal yang akan diangkat.
”Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama, kapal selam ini sudah bisa diangkat. Mohon doa dari semua pihak agar proses pengangkatan kapal ini berjalan lancar,” kata Yudo.
Kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan hilang kontak pada Rabu (21/4/2021) sekitar pukul 03.00 di perairan utara Bali. Kapal selam yang dikomandani oleh Letnan Kolonel Heri Octaviawan itu hilang setelah diizinkan melakukan penembakan torpedo dalam kegiatan latihan perang bersama.
Setelah dilakukan operasi pencarian selama beberapa hari, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, KRI Nanggala-402 dipastikan tenggelam dan 53 awaknya dinyatakan gugur. Operasi pencarian kapal selam dipusatkan di Banyuwangi dan dipimpin oleh Kepala Staf TNI AL.
Musibah yang menimpa KRI Nanggala-402 menambah panjang daftar kecelakaan alutsista milik TNI. Berdasarkan catatan Laboratorium Indonesia 2045, misalnya, setidaknya telah terjadi 13 kecelakaan kapal perang TNI AL dalam kurun waktu 2004-2021. Beberapa di antaranya berusia tua, seperti KRI Nanggala-402 yang dibuat di Jerman tahun 1977.
Berdasarkan catatan Kompas, alutsista matra TNI lainnya juga beberapa kali mengalami kecelakaan. Akhir Juni 2015, pesawat Hercules C-130 buatan 1961 milik TNI AU Jatuh di Medan, Sumatera Utara. Semua kru dan penumpang yang berjumlah 113 orang tewas. Awal Juni 2020, helikopter MI-17 milik TNI AD jatuh di Kendal, Jateng. Empat penerbang menjadi korban.
Pendampingan psikologi
KSAL mengatakan, setelah memimpin operasi pencarian kapal selam, kini giliran dia bertemu dengan keluarga awak kapal. Selasa pagi, dia mengunjungi keluarga awak kapal yang tinggal di Bogor. Sore harinya, dengan didampingi ibu Veronica Yudo Margono, Yudo mengunjungi keluarga awak KRI Nanggala-402 di Sidoarjo.
Yudo mengatakan, TNI AL sudah meminta Dinas Psikologi TNI AL untuk mendatangkan para senior. Kedatangan mereka itu untuk memberikan penguatan moral dan suntikan semangat bagi keluarga awak kapal yang tengah berduka.
”Bisa dimaklumi kondisi psikologis masing-masing orang berbeda. Ada yang sudah siap menerima kabar duka, ada yang belum. Hal itu wajar. TNI AL tetap mendampingi sampai mereka benar-benar bisa mengerti atau memahami situasi ini,” ucap Yudo.
Pihaknya juga sudah mendata putra-putra para awak Nanggala-402 untuk dibantu dalam mencari pekerjaan dan akses mendapat pendidikan. Kemendikbud dan pemerintah daerah juga berkomitmen tinggi memberikan kemudahan akses pendidikan dan dunia kerja.
TNI AL tetap mendampingi sampai mereka benar-benar bisa mengerti atau memahami situasi ini.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali menginstruksikan kepada seluruh jajaran organisasi perangkat daerah, badan usaha milik daerah, dan lurah/kepala desa untuk mengibarkan bendera setengah tiang. Hal itu sebagai bentuk penghormatan kepada 53 awak KRI Nanggala-402 yang gugur dalam menjalankan tugas negara.
Dari 53 awak kapal tersebut, sebanyak 47 orang merupakan warga Jatim. Dari 47 warga Jatim itu, sebanyak 14 orang merupakan warga Sidoarjo. Oleh karena itu, masyarakat Sidoarjo berduka yang teramat dalam pada musibah ini.
Pengibaran bendera setengah tiang itu dilakukan pada 27-29 April 2021. Kebijakan itu tertuang dalam surat edaran bernomor 180/045/438.1.1.3/2021. Pemkab Sidoarjo menyampaikan duka mendalam atas gugurnya para patriot bangsa dan mengajak masyarakat turut bersimpati kepada keluarga yang ditinggalkan.
Selain pengibaran bendera setengah tiang, Mudhlor juga mengajak masyarakatnya menggelar shalat gaib dan mendoakan arwah para patriot. Doa juga dipanjatkan untuk keluarga yang ditinggalkan agar diberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan tersebut.
”Pemkab Sidoarjo akan memfasilitasi apa pun kebutuhan keluarga awak kapal selam KRI Nanggala-402 ini. Dukungan ini tidak sebanding dengan dedikasi dan pengabdian yang tulus dari para patriot yang tabah hingga akhir menjalankan tugas negara,” ujar Muhdlor.