Tahun Ini, Mereka Kembali Mencoba Peruntungan Menjadi Aparatur Sipil Negara
Perekrutan calon pegawai negeri sipil sudah di depan mata. Sebagian warga kembali bersiap memperebutkan posisi yang bakal ditawarkan pemerintah.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pelamar untuk posisi aparatur sipil negara mulai mempersiapkan diri mengikuti ujian calon pegawai negeri sipil 2021. Ancaman pemutusan hubungan kerja di masa pandemi Covid-19 membuat keinginan menjadi abdi negara semakin memuncak.
Pemerintah telah membuka peluang rekrutmen 1,3 juta aparatur sipil negara (ASN) pada tahun 2021. Formasi akan diumumkan pada Maret ini, sedangkan proses seleksi berlangsung pada Juni. Total 1,3 juta ASN ini meliputi tiga kebutuhan, yakni 1 juta guru pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK), 189.000 jabatan selain guru di pemerintah daerah, dan 83.000 jabatan untuk instansi pemerintah pusat.
Tujuh tahun bekerja sebagai pegawai kontrak di salah satu instansi Pemerintah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tidak menyurutkan minat Lukman (29) untuk menjadi ASN. Tahun ini, dia berencana mengikuti ujian masuk calon pegawai negeri sipil (CPNS) untuk keempat kalinya. Bahkan, dia sudah memantau informasi penerimaan CPNS 2021 sejak Desember 2020.
”Untuk instansi pilihan masih menunggu formasi dulu yang cocok. Di instansi mana saja tidak masalah, tak harus di instansi saat ini,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (3/3/2021) pagi.
Sejak akhir tahun lalu, Lukman terus mengasah diri. Di waktu senggangnya, dia kerap menonton tayangan di Youtube yang membahas soal-soal tes CPNS. Menurut dia, kegagalan pada ujian masuk CPNS lalu membuatnya lebih siap.
”Kalau administrasi, seperti legalisasi ijazah, transkip nilai, dan sertifikat, aku sudah siap juga. Tetapi, surat keterangan catatan kepolisian (SKCK) belum ada. Menunggu syarat dari formasi dulu. Biasanya, kan, SKCK ada yang diminta di depan, ada yang di akhir,” tuturnya.
Lulusan Pendidikan Sejarah dari Universitas Negeri Semarang ini berencana untuk memilih formasi yang memiliki peluang lolos paling besar. Sebelumnya Lukman sudah tiga kali mengikuti ujian CPNS. Dua di antaranya adalah formasi guru.
Tahun ini, peluangnya mendaftar formasi guru juga dipastikan tertutup jika hanya disediakan jalur PPPK. Selain diprioritaskan untuk guru honorer, jalur PPPK ditujukan bagi sarjana pendidikan yang telah menjalani Pendidikan Profesi Guru (PPG). Lukman jelas bukan salah satunya.
Selama tiga kali mengikuti tes CPNS, tahapan paling jauh yang pernah dilalui Lukman adalah seleksi kompetensi bidang (SKB) pada tahun 2018. Sementara pada ujian CPNS 2020 lalu dia mandek pada tahapan kedua, yakni seleksi kompetensi dasar (SKD).
”Tahun lalu cuma sampai SKD. Waktu itu sudah lolos passing grade, tetapi gagal lanjut ke SKB,” ungkapnya.
Hasrat Lukman untuk menjadi ASN cukup tinggi. Ini lantaran sejauh ini belum ada anggota keluarga ataupun kerabatnya yang menjalani profesi ini. Dia bertekad menjadi yang pertama sekaligus memicu suksesor lain di keluarganya.
Andy (28), karyawan swasta asal Semarang, Jawa Tengah, juga akan berjuang agar bisa lolos ujian masuk CPNS tahun ini. Secara administrasi, semua persyaratan sudah dia siapkan. Untuk materi, dia mengaku akan menyiapkannya sebulan sebelum tes dimulai.
”Sama kayak tahun-tahun kemarin. Belajarnya satu bulan sebelumnya. Kalau buku buat tes CPNS, aku sudah punya sejak 2018, tinggal dibuka lagi,” ujarnya.
Selama tiga kali mengikuti tes CPNS, Andy selalu gagal pada tahapan SKD. Meski sudah belajar, dia mengaku sulit berkonsentrasi. Sebab, selama menjalani tiga kali tes, dia mengaku tidak pernah sarapan.
”Aku enggak pernah sarapan, soalnya pasti jadi kebelet pas ujian. Karena kan panik ya. Jadi pelajaran juga buat tahun ini. Lebih nyiapin mental,” ungkapnya.
Pandemi Covid-19 membuat keinginan Andy untuk menjadi ASN semakin memuncak. Pasalnya, di tempat kerjanya saat ini, dia selalu dibayang-bayangi isu PHK. Apalagi Andy baru saja menikah dan tidak lama lagi akan menjadi seorang ayah. Setidaknya sudah 20 karyawan di perusahaannya yang terkena PHK selama pandemi.
Menurut Andy, ancaman tersebut tidak akan pernah dia dapatkan jika bekerja sebagai ASN. Selain kepastian kerja tersebut, dia menilai kesejahteraan ASN juga amat terjamin, bahkan saat menjalani hari-hari tua.
”Aku lihat ayahku, pas tua tidak pernah merepotkan anaknya. Semuanya serba terjamin,” katanya.
Iseng mendaftar
Bagi Zena (28), karyawan swasta asal Jakarta Pusat, mengikuti ujian masuk CPNS seperti halnya mengikuti undian berhadiah. Kemungkinan lolos, menurut dia, tidak sampai 1 persen. Namun, meski kemungkinannya kecil, dia akan tetap berpartisipasi dalam ujian masuk CPNS 2021.
”Aku tetap daftar meskipun kemungkinan diterimanya nol koma sekian persen. Keterima ya alhamdulillah, tidak ya enggak masalah,” katanya.
Persiapan untuk mengikuti tes CPNS juga dijalani ala kadarnya. Dia biasanya hanya belajar soal-soal tes CPNS jika sudah memasuki satu hari sebelum tes.
”Kalau tahun kemarin sih lumayan belajarnya agak jauh-jauh hari. Tapi, sebelum-sebelumnya, H-1 baru baca-baca,” ujar pria yang sudah tiga kali mengikuti tes CPNS ini.
Zena sebenarnya lebih tertarik berwirausaha ketimbang menjadi pekerja. Sayang, dia belum memiliki modal yang cukup untuk memulai usaha. Dia membayangkan, gaji besar yang dia dapatkan jika menjadi ASN bisa dijadikan modal usahanya kelak.
Hal yang sama diungkapkan Bhakti (30), karyawan swasta asal Semarang. Kegagalan dari ujian-ujian CPNS sebelumnya membuatnya kurang percaya diri. Meski begitu, dia akan tetap mengikuti tes CPNS 2021 tanpa beban.
”Iseng-iseng aja nyoba lagi. Siapa tahu lolos. Aku paling kewalahan kalau mengerjakan soal Matematika soalnya,” ungkapnya.
Menurut pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Agus Pambagio, pandemi Covid-19 akan membuat jumlah pelamar CPNS semakin membeludak. Karyawan yang merasa tidak aman bekerja di tempat kerjanya saat ini akan ikut mengincar kursi ASN.
”Profesi ASN dianggap enak. Tidak mungkin di-PHK. Secara kultural menjadi pegawai di pemerintahan masih dianggap prestise. Apalagi di daerah,” katanya.
Agus menilai transparansi dalam proses rekrutmen ASN masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah saat ini. Berdasarkan temuannya di lapangan, praktik kecurangan masih kerap terjadi.
”Budaya menitipkan saudara, teman, atau anak teman masih ada. Sulit menghilangkan hal ini karena mungkin yang saat ini sudah menjadi ASN dulu juga pernah ditolong,” ujarnya.