Sejumlah pihak mengaktifkan kembali Partai Masyumi yang dibubarkan Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1960. Masyumi diaktifkan dengan maksud untuk merajut semua kekuatan politik Islam.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah tokoh mulai mendeklarasikan pengaktifan kembali Partai Masyumi sebagai wadah kekuatan politik Islam di Indonesia. Keberadaan partai itu diharapkan bisa mempersatukan seluruh kekuatan umat Muslim.
Partai Masyumi diinisiasi pertama kali oleh tokoh-tokoh dari sejumlah organisasi Islam dan diputuskan menjadi partai politik pada 7 November 1945. Namun, partai tersebut dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1960 melalui Keputusan Presiden Nomor 200 Tahun 1960.
Muttaqin Fajriudin dalam bukunya, Sejarah Pergerakan Nasional (2015), mengungkapkan sejumlah penyebab pembubaran partai tersebut, di antaranya perbedaan prinsip mengenai demokrasi, dan diduga mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).
Setelah 75 tahun berlalu, sejumlah tokoh mulai mendeklarasikan keberadaan partai itu kembali dengan sebutan Masyumi Reborn.
Namun, setelah 75 tahun berlalu, sejumlah tokoh mulai mendeklarasikan keberadaan partai itu kembali dengan sebutan Masyumi Reborn. Pembacaan deklarasi dipimpin oleh Ketua Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Partai Islam Ideologis (BPU-PPII) Ahmad Cholil Ridwan.
”Kami mendeklarasikan kembali aktifnya partai politik Islam Indonesia yang bernama Masyumi. Kami berjanji akan berjuang demi terlaksananya ajaran dan hukum Islam, serta syariat Islam di Indonesia melalui Masyumi,” ujar Cholil dalam Tasyakuran Milad Partai Masyumi, yang disiarkan secara virtual, Sabtu (7/11/2020).
Ketua Panitia Persiapan Pendirian Partai Islam Ideologi (P4II) Masri Sitanggang menyampaikan, panitia pendirian partai Islam ideologis ini telah bekerja sekitar 1 tahun 4 bulan. Ia mengklaim, dari 34 provinsi, panitia telah terbentuk di 29 provinsi.
”Lima lagi masih berupa mandat dan surat tugas,” kata Masri.
Masri menyebut, antusiasme umat Islam untuk bergabung dengan partai baru ini sangat tinggi. Sejauh ini, ada sejumlah anggota di dalamnya, antara lain berasal dari Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al-Irsyad.
Tak menutup kemungkinan, lanjut Masri, Partai Masyumi akan merangkul Partai Ummat besutan Amien Rais. ”Kami akan menghimpun semua potensi umat dalam rangka mewujudkan partai ideologis milik umat yang berpengaruh kuat dan besar,” katanya.
Pengaktifan kembali Partai Masyumi bertujuan untuk merajut kembali semua kekuatan politik Islam.
Inisiator Masyumi Reborn, yang juga mantan Menteri Kehutanan, MS Kaban, pun menambahkan, pengaktifan Masyumi bertujuan untuk merajut kembali semua kekuatan politik Islam. ”Kami semua merindukan ada kekuatan politik Islam yang kuat di negeri ini,” ujarnya.
Atas dasar itu, kata Kaban, Partai Masyumi yang baru ini akan menampung nama-nama yang diusulkan dari organisasi-organisasi keislaman sebagai calon Majelis Syuro. Nama-nama yang sudah diusulkan, misalnya, mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abdulah Hehamahua, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Majelis Ulama Indonesia Bachtiar Nasir, Fuad Amsyari, dan Amin Djamaluddin.
”Mudah-mudahan dalam rangka kesatuan umat, kami bisa bersama-sama membangun kekuatan politik Islam ke depan yang betul-betul bisa membangun sebuah peradaban di Indonesia,” ujar Kaban.
Sementara itu, Amien Rais menilai, Partai Masyumi baru ini telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik, seperti anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART), logo, dan narasi.
Namun, itu tidak cukup. Ia mengingatkan bahwa sebuah partai harus memiliki pengikut yang besar. Selain itu, partai juga harus mampu menyelesaikan segala persoalan negeri secara obyektif. Dengan begitu, partai akan terus membesar.
Jika Partai Masyumi ini kelak memiliki kekuatan yang besar, Partai Ummat akan dibubarkan.
Amien pun tak menutup kemungkinan, jika Partai Masyumi ini kelak memiliki kekuatan yang besar, Partai Ummat akan dibubarkan.
”Kalau Masyumi setelah satu tahun mengguncangkan perpolitikan ini, ya sudah di sini berlaku bahwa pahala imam dan makmum sama saja. Kalau Masyumi lebih besar, Partai Ummat saya bubarkan, ikut Masyumi,” katanya.