Partai Ummat Dinilai Akan Targetkan Pemilih Islam Populis
Keluar dari PAN, Amien Rais mendirikan Partai Ummat. Pengamat menilai, pemilih tak selalu menjadikan identitas sebagai dasar pilihan partai. Identitas sebagai Muslim juga tak selalu inheren dengan pilihan partai.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Politisi Amien Rais mendirikan partai baru dengan nama Partai Ummat. Partai ini bertujuan untuk menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman secara sistematis melalui perjuangan politik. Namun, Amien berhadapan dengan basis pemilih yang tak selalu menjadi agama sebagai dasar pilihan.
Pengamat menilai Amien Rais menargetkan simpatisan Gerakan 212 yang belum tertampung dalam satu entitas politik yang solid. Ke depan, Amien akan berhadapan dengan fakta bahwa masyarakat yang tak selalu menjadikan identitas keagamaan sebagai dasar memilih partai atau pilihan.
Amien Rais melalui akun Youtube, Kamis (1/10/2020) siang, menjelaskan, Al Quran memerintahkan umat Islam untuk mengerjakan dua hal secara serentak. Pertama, menegakkan kebajikan dan memberantas keburukan. Selanjutnya, manusia harus menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman. Menegakkan keadilan, katanya, bergerak di tataran personal, familier, komunal, dan mikro. Sementara memberantas kezaliman berada di tataran nasional atau makro dan berkaitan dengan kekuasaan.
Dia melanjutkan, sejarah umat manusia menunjukkan, hanya negara yang mampu melakukan kezaliman secara kolosal. Sebaliknya, hanya negara pula yang dapat menegakkan keadilan secara merata. Dengan sarana dan aparat serta kekuasaan, negara bisa melakukan kezaliman ekonomi, politik, sosial, hukum, bahkan kemanusiaan. Namun, hanya negara pula yang dapat memberikan keadilan kepada rakyat.
Semua itu, katanya, bergantung pada pemerintah yang sedang berkuasa. Apakah sedang membela kepentingan rakyat atau justru membela kepentingan konglomerat dan korpokratokrat.
Pada akhirnya segolongan umat manusia harus berikhtiar menegakkan keadilan sekaligus melawan kezaliman secara sistematik lewat perjuangan politik. Partai Ummat insya Allah bertekad akan bekerja dan berjuang bersama anak bangsa lainnya. Melawan kezaliman dan menegakkan keadilan. Partai Ummat akan bekerja dan berjuang memegang teguh Pancasila, UUD 1945, dan semua aturan demokrasi universal.
”Pada akhirnya, segolongan umat manusia harus berikhtiar menegakkan keadilan sekaligus melawan kezaliman secara sistematik lewat perjuangan politik. Partai Ummat insya Allah bertekad akan bekerja dan berjuang bersama anak bangsa lainnya. Melawan kezaliman dan menegakkan keadilan. Partai Ummat akan bekerja dan berjuang memegang teguh Pancasila, UUD 1945, dan semua aturan demokrasi universal,” tuturnya dalam memaparkan mukadimah partai.
Dalam video itu, Amien belum memaparkan susunan pengurus partai.
Perubahan nama dan strategi menarik
Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Kacung Marijan menyoroti perubahan nama partai baru Amien Rais. Pada 10 September lalu, Amien menyebut nama partai adalah PAN Reformasi.
Perubahan dari PAN Reformasi ke Partai Ummat, menurut Kacung, merupakan strategi menarik. Ini terkait dengan segmentasi, citra, dan target pemilih. Amien tak ingin terjebak dalam perebutan suara tradisional PAN, dalam hal ini Muhammadiyah. Dia justru menyasar pemilih yang lebih besar, yaitu simpatisan Gerakan 212.
Dia melanjutkan, simpatisan Gerakan 212 lebih luas. Massanya lintas partai dan kelompok Islam populis yang turut bersimpati pada gerakan ini. Adapun partai yang turut mendukung gerakan ini adalah Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Gerindra.
Pemilih Gerindra yang menjadi simpatisan Gerakan 212 kecewa dengan bergabungnya partai itu ke pemerintahan. Namun, seberapa besar kekecewaan ini turut memengaruhi akar rumput belum bisa diukur.
”Ini untuk menggali ceruk Gerakan 212. Kalau arahnya ke sana, Partai Ummat tidak sendiri. PKS juga masih kuat terkoneksi dengan itu. Kemudian Partai Amanat Nasional. Gerindra juga masih ada walaupun Gerakan 212, terutama yang militan, kecewa berat dengan Gerindra tetapi apakah kekecewaan ini bisa sampai hingga akar rumput pemilih Gerindra?” katanya.
Tak berbanding lurus dengan suara
Agar dukungan dari simpatisan Gerakan 212 bisa diraih, Partai Ummat harus melibatkan semua aktivis Gerakan 212 dalam struktur kepengurusan. Selain itu, program partai juga harus selaras dengan kelompok tersebut.
Meski terbuka peluang, Partai Ummat juga berhadapan dengan kecenderungan pemilih di Indonesia. Sejarah menunjukkan, besarnya jumlah umat Islam di Indonesia tidak berbanding lurus dengan perolehan suara partai berbasis Islam.
Volatilitas atau kecenderungan untuk berpindah pilihan partai ini banyak sebabnya. Bisa terkait dengan figur partai, kekecewaan terhadap kebijakan yang dibuat partai, hingga demi pragmatisme sesaat, yakni memilih partai karena mendapat uang.
Dalam sejarah pemilu di Indonesia, dia menjelaskan, total perolehan suara partai-partai Islam tidak pernah mencapai 50 persen suara nasional. Capaian tertinggi partai-partai Islam terjadi di pemilu tahun 1955 dengan perolehan sekitar 40 persen suara nasional. Setelah reformasi, total perolehan suara partai-partai Islam selalu berada di bawah 40 persen suara nasional meskipun tren simbolisasi Islam menguat pascareformasi.
Menurut Kacung, hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia tidak selalu menjadikan identitas sebagai dasar memilih partai. Identitas sebagai Muslim tidak selalu inheren dengan pilihan terhadap partai politk. Di samping itu, volatilitas pemilih Indonesia cukup tinggi.
”Volatilitas atau kecenderungan untuk berpindah pilihan partai ini banyak sebabnya. Bisa terkait dengan figur partai, kekecewaan terhadap kebijakan yang dibuat partai, hingga demi pragmatisme sesaat, yakni memilih partai karena mendapat uang,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum PAN Viva Yoga Mauladi mengatakan, sudah menjadi hak politik setiap warga negara untuk membentuk partai politik. Tak terkecuali Amien Rais. Dengan Amien mendirikan partai politik baru, masyarakat akan menilai PAN tidak akan identik lagi dengan Amien Rais. Publik akan menilai Amien Rais telah meninggalkan dan keluar dari PAN. Efek elektoral terhadap PAN juga tak akan terlalu signifikan. Sebab, dalam kondisi saat ini, upaya untuk membangun identitas partai politik membutuhkan perjuangan dan sumber daya partai yang besar (Kompas, 11/9/2020).