Prabowo Subianto-Surya Paloh Sepakat Jaga Stabilitas Nasional
Empat jam lebih Prabowo Subianto dan Surya Paloh bertemu dan berdiskusi. Tidak hanya soal Pemilu 2024, keduanya berkomitmen untuk mempertahankan Pancasila dan UUD 1945 serta pentingnya menciptakan stabilitas nasional.
Oleh
NORBERTUS ARYA DWIANGGA MARTIAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menemui Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. Selama empat jam lebih pertemuan berlangsung. Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin partai politik itu memastikan komitmen mereka bersama untuk mempertahankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta pentingnya stabilitas nasional bagi bangsa ini.
Prabowo Subianto tiba di Nasdem Tower, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (1/6/2022) sekitar pukul 11.45, dengan didampingi Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani. Prabowo dan rombongan baru keluar sekitar pukul 16.15 dengan didampingi Surya Paloh.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Prabowo menuturkan, dalam pertemuan tersebut dibahas banyak hal. Salah satunya mengenai masa depan bangsa. ”Kita ingin laju pembangunan, kita ingin arah pembangunan bangsa itu mantap stabil. Kita berkomitmen kepada persatuan nasional, kerukunan toleransi. Kita berkomitmen untuk memantapkan Pancasila kepada anak muda kita. Kita berkeyakinan, tanpa Pancasila, Indonesia tidak bisa survive,” kata Prabowo.
Hal senada diungkapkan Surya Paloh. Menurut dia, dari pembicaraan tersebut, keduanya menyepakati bahwa pembangunan harus berlanjut. Namun, agar tujuan itu bisa terlaksana, diperlukan stabilitas nasional.
”Nah, konsen kita sebenarnya pada itu. Betapa mahalnya, betapa strategisnya arti keberadaan kita sebagai satu bangsa yang memiliki suatu suasana stabilitas nasional yang mumpuni,” ujar Surya.
Oleh karena itu, ia bersama Prabowo mengajak elite bangsa menyadari pentingnya stabilitas nasional. Dengan demikian, meskipun setiap elite politik bersama partai politiknya memiliki kepentingan dan strategi masing-masing dalam menghadapi Pemilu 2024, stabilitas nasional harus dijaga.
Pemilu 2024
Terkait dengan kemungkinan koalisi antara Partai Gerindra dan Partai Nasdem pada Pemilu 2024, Prabowo tidak mengiyakan atau menampik. Menurut dia, sebagai pemimpin partai politik, baik dirinya maupun Surya Paloh memiliki tanggung jawab kepada partai dan konstituen masing-masing. ”Tetapi, bahwa kita komit, apa pun terjadi. Kita komit untuk bersama-sama menjaga Pancasila, menjaga keutuhan RI. Jadi, kita tidak hanya untuk pemilu, kita lebih dari itu,” kata Prabowo.
Demikian pula terkait kandidat calon presiden (capres), menurut Prabowo, setiap warga negara Indonesia, sejauh sehat jasmani dan rohani, bisa menjadi capres. Namun, Prabowo menggarisbawahi bahwa yang diperlukan bangsa ini adalah sosok yang sungguh-sungguh berkomitmen dan setia kepada Pancasila dan UUD 1945. ”Saya kira itu kriteria yang paling penting. Dan juga kalau bisa yang berpengalaman,” ujarnya menambahkan.
Adapun menurut Surya, kemungkinan terbuka bagi Gerindra dan Nasdem untuk berkoalisi. Sebab, kedua partai memiliki modal yang cukup besar, yaitu pertemanan antara dirinya dan Prabowo yang mencapai 40 tahun. Namun, Surya mengakui bahwa hubungannya dengan Prabowo juga diwarnai pasang surut meski ia meyakini mereka berdua memiliki niat yang sama untuk memajukan bangsa ini.
Oleh karena itu, kesepakatan antara Nasdem dan Gerindra pertama-tama adalah menjaga stabilitas nasional. Pemilu mendatang menjadi momen untuk membangun budaya politik yang sehat dan saling menghormati antara satu dan yang lain, alih-alih berkompetisi dengan saling menjatuhkan.
”Agar politik-politik identitas, politik-politik aliran, politik-politik ajaran dengan kebebasan sosial media yang ada saat ini mudah sekali untuk mencurigai, menghujat, nah, kalau bisa kita alihkan kepada pikiran-pikiran yang mengajak bahwa kita satu bangsa,” tutur Surya.
Poros baru
Melihat munculnya Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan) ataupun pertemuan antara Prabowo Subianto dan Surya Paloh, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar menilai, dinamika politik hingga saat ini masih sangat cair. Menurut dia, belum ada koalisi yang sangat matang dan kuat sehingga masih memungkinkan untuk berubah.
Dalam situasi tersebut, lanjut Muhaimin, terbuka kemungkinan bagi PKB untuk membuat poros koalisi baru. Oleh karena itu, PKB membuka diri untuk menjalin koalisi dengan parpol mana pun. Namun, PKB mematok posisi tawar bahwa sosok capres dalam koalisi tersebut adalah dirinya.
”Ya, saya capresnya. Kalau capres mereka bukan saya, ya, tentu saya tidak gabung dengan mereka,” kata Muhaimin seusai menonton bareng film Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama di Jakarta, Rabu.
Untuk itu, dirinya akan berdiskusi dengan para ketua umum parpol guna membahas kemungkinan koalisi. Komunikasi tersebut juga akan dilakukan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra. Namun, ia mengaku, diskusi sejauh ini belum mengerucut pada kesimpulan tertentu.