Kondisi di Asia Pasifik menjadi sangat dinamis setelah China bangkit dengan kekuatan ekonomi dan militernya.
Oleh
REDAKSI
·1 menit baca
Di tengah kebangkitan China, Australia menunjukkan perhatian besar terhadap Asia Tenggara. Kerja sama maritim dengan negara Asia Tenggara pun disiapkan.
Di acara Maritime Academic Conference dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Istimewa ASEAN-Australia pada Senin (4/3/2024) di Melbourne, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menegaskan perhatian negaranya yang besar terhadap Asia Tenggara, terutama perairannya. Dituliskan Kompas.id, Australia menginvestasikan 64 juta dollar Australia (Rp 655,8 miliar) selama empat tahun guna meningkatkan kerja sama maritim dengan negara-negara Asia Tenggara.
Dana akan dipakai meningkatkan keamanan, kemakmuran, dan kualitas pengelolaan maritim atau kelautan. Maka, target Australia agar perairan Asia Tenggara tetap terbuka dan dapat diakses secara bebas sungguh-sungguh tercapai.
Apa yang disampaikan oleh Wong dapat ditafsirkan bahwa kapasitas kekuatan maritim negara-negara Asia Tenggara akan ditingkatkan oleh Australia lewat kerja sama. Diharapkan, wilayah perairan di Asia Tenggara nantinya dapat dikelola secara baik dan mandiri oleh negara-negara di kawasan ini. Seperti diungkapkan oleh Wong, Australia ingin perairan di Asia Tenggara selalu terbuka serta bisa diakses secara bebas.
Isu kebebasan bernavigasi selalu diangkat Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya saat menghadapi tantangan di perairan Asia Pasifik. Kebebasan bernavigasi menjadi wacana tandingan terhadap tindakan China: klaim teritorial di Laut China Selatan. Sebagian besar perairan ini, menurut Beijing, bagian dari kedaulatannya. Karena itu, empat anggota ASEAN (Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei Darussalam) berselisih dengan China dalam urusan klaim di Laut China Selatan. Ketegangan terjadi terutama dengan Filipina. Kapal milik China dan Filipina berkali-kali bersitegang di dekat gugus karang di perairan Laut China Selatan.
”Sinyal peringatan” dari Melbourne kian jelas saat Wong menyatakan, di perairan Asia Tenggara, telah terjadi tindakan-tindakan pemicu destabilisasi, provokatif, dan koersif, termasuk perilaku tak aman di laut serta udara, sekaligus militerisasi di wilayah sengketa. Meski demikian, Wong menegaskan sikap negaranya yang mendukung upaya damai.
Kondisi di Asia Pasifik menjadi sangat dinamis setelah China bangkit dengan kekuatan ekonomi dan militernya. Australia pun meningkatkan hubungannya dengan sekutu-sekutunya, antara lain melalui pakta pertahanan AUKUS. Lewat pakta ini, Amerika Serikat dan Inggris membantu Australia untuk memiliki kapal selam bertenaga nuklir. Canberra juga mengumumkan rencana meningkatkan kekuatan militer maritimnya selama beberapa tahun mendatang.
Dalam situasi ini, pilihan rasional bagi ASEAN dan Indonesia sebagai negara utama di kawasan ialah terus menunjukkan sikap terbuka terhadap siapa pun yang beritikad baik untuk bekerja sama meningkatkan kemakmuran dan keamanan bersama, sekaligus menolak segala tindakan yang melanggar hukum internasional.