Kabar lapisan ozon berangsur pulih semerdu mendengar betapa berartinya langkah kecil individu dalam kerja sama global memulihkan Bumi. Kisah tak sedih sepatutnya ditularkan seperti lagu Koes Plus.
Oleh
NELI TRIANA
·3 menit baca
SUPRIYANTO
Neli Triana, wartawan Kompas
Januari yang baru saja lewat mewariskan kabar baik. Lubang pada lapisan ozon semakin mengecil. Pahlawan penambal ozon itu ternyata kita semua, termasuk miliaran warga kota, yang mau mengurangi hingga menghentikan pemakaian bahan perusak ozon, seperti bahan berbahaya pada pendingin ruangan ataupun kulkas kita.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 9 Januari 2023 kembali mengabarkan, pemulihan lapisan ozon berjalan sesuai target berkat keberhasilan penerapan Protokol Montreal. Lapisan ozon ditemukan rusak atau berlubang di atas Antartika pada 1985. Di beberapa kawasan lain, kerusakan juga ditemukan.
Sebelumnya, laporan Program Lingkungan PBB (UNEP) menyatakan, jika upaya baik berlanjut, 40 tahun ke depan selubung tameng Bumi itu kembali seperti kondisi tahun 1980 atau jauh lebih baik dibandingkan saat ini.
Kerusakan ozon karena berbagai sebab, di antaranya penggunaan masif berbagai barang yang menggunakan bahan klorofluorokarbon (CFC), seperti pada pendingin udara, kulkas, cairan pembersih, hingga produk aerosol keluaran berbagai industri dan dipakai sehari-hari oleh miliaran orang. Wilayah perkotaan menjadi konsumen terbesar produk-produk penunjang kemudahan dan kenyamanan hidup tersebut.
CFC terdiri atas karbon, fluor, dan klorin yang tidak membuat udara tercemar. Namun, ozon di lapisan stratosfer lambat laun akan dirusak oleh bertumpuknya CFC di sana. Satu molekul CFC disebut dapat menghancurkan 10.000 molekul ozon. Lapisan ozon yang rusak hingga berlubang menyebabkan paparan radiasi sinar ultraviolet (UV) dari matahari bebas masuk ke Bumi.
NASA MELALUI AP
Warna biru dan ungu menunjukkan lubang di lapisan ozon pelindung Bumi di atas Antartika, 5 Oktober 2022. PBB menyebutkan, lapisan ozon perlahan pulih dengan kecepatan yang akan sepenuhnya memperbaiki lubang di Antartika sekitar 43 tahun ke depan.
Selain memicu kenaikan suhu Bumi, paparan radiasi sinar UV mengancam makhluk hidup. Manusia makin rentan terkena penyakit kanker kulit dan katarak. Beberapa jenis tanaman, termasuk tanaman pangan dan plankton di lautan, rentan mati. Berkurangnya tanaman berarti berkurangnya medium penangkap dan penyimpan gas berbahaya lain, di antaranya karbon dioksida (CO2).
CO2 mencemari udara dan jika terlepas ke udara bebas secara berlebihan bersama senyawa lain, seperti karbon monoksida (CO), metana (CH4), juga CFC, akan membentuk lapisan gas rumah kaca (GRK). GRK makin tebal karena CO2, CO, dan gas belerang dioksida (SO2), juga gas oksida nitrogen (NOx) terus dipompakan ke udara lewat asap kendaraan bermotor, meluasnya perumahan, aktivitas pabrik, pertambangan, penggundulan hutan, peternakan, serta banyak aktivitas tak ramah lingkungan lainnya.
GRK menahan radiasi inframerah sehingga tidak dapat terpantul keluar dari atmosfer alias terperangkap. Konsekuensinya, suhu Bumi pun makin naik, yang kemudian memunculkan istilah pemanasan global yang senada dengan efek rumah kaca. Dampak buruk berikutnya seirama dengan rusaknya lapisan ozon.
Mengatasi ozon berlubang dan GRK butuh strategi berbeda. Protokol Montreal yang secara khusus memupuk kerja sama global mengatasi kerusakan ozon lahir pada 16 September 1987. Dalam beberapa tahun, semua negara anggota PBB meratifikasi protokol itu. Tiap negara menyumbang kebijakan berbeda sesuai kemampuannya dalam kerja sama global tersebut.
Orang yang ada di kawasan car free day di Jalan Imam Bonjol, Jakarta, menandatangani dukungan untuk menjaga lapisan ozon pada perayaan Hari Ozon Internasional, Minggu (16/9/2018).
Untuk membantu memulihkan lingkungan, setiap individu sangat bisa memulai melangkah seringan mungkin dan tak harus mengubah kebiasaan secara drastis.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, sejak 1992 di Indonesia bergulir aturan demi aturan mengadopsi Protokol Montreal. Secara bertahap, impor bahan perusak ozon (BPO) dilarang sejak 2008. Pelarangan itu dikuatkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 83/M-DAG/PER/10/2015 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon.
Sejak 1 Juli 2008, BPO jenis CFC, R-500, R-502, dan halon dilarang dipakai pada pendingin ruangan dan kendaraan bermotor, lemari es tipe rumah tangga, mesin pendingin, serta aerosol dan alat pemadam api.
Secara bertahap, Indonesia membatasi penggunaan hidroklorofluorokarbon (HCFC) yang sebelumnya dipakai sebagai pengganti CFC. Impor barang berbasis sistem pendingin yang menggunakan refrigerant HCFC-22 dilarang per 1 Januari 2015 sesuai Permendag No 55/M/-DAG/PER/9/2014. Mulai 31 Desember 2030, penggunaan HCFC dilarang di semua produk.
Andil publik
Sebagai konsumen, masyarakat dapat lebih berperan dengan memilih produk yang tidak merusak lingkungan. Dalam pemakaian sehari-hari, pendingin ruangan disarankan dipasang pada suhu sedang, tidak pada suhu terendah atau tertinggi. Disarankan pula untuk mencari alternatif produk nonaerosol dan lebih ramah lingkungan untuk minyak wangi, perawatan tubuh, dan pelbagai bahan pembersih rumah tangga ataupun di kantor.
Kolom merah menunjukkan target Indonesia menekan penggunaan bahan perusak ozon (BPO) dan biru target Protokol Montreal (Montreal Protocol/MP).
Untuk membantu memulihkan lingkungan, setiap individu sangat bisa memulai melangkah seringan mungkin dan tak harus mengubah kebiasaan secara drastis. Kuncinya, berkomitmen menyesuaikan gaya hidup mengurangi polusi.
Setelah beranjak ikut andil memperbaiki ozon, mengapa tidak mencoba turut mengikis gas rumah kaca. Menanam walau hanya satu pot tanaman pun sudah menjadi bagian dari upaya menambah pundi-pundi tabungan penyerap gas buang. Apalagi jika tanaman itu berbunga atau berbuah, yang akan menghadirkan rasa senang pemiliknya.
Cara lain, bagaimana jika kemudian memakai angkutan umum ke tempat kerja sehari-dua hari dulu dalam sepekan? Gerakan menggunakan transportasi publik akan semakin memotivasi pemerintah kota dan pusat untuk lebih serius membangun sistem angkutan umum yang cakupannya luas dan terintegrasi.
Seiring semakin banyaknya pengguna rutin angkutan umum, maka akan menggeser pemakaian kendaraan bermotor pribadi yang berarti mengurangi produksi gas buang. Apalagi jika transportasi publik kelak semua bertenaga listrik. Cita-cita gas buang nol, menekan GRK dan efeknya, hingga kemacetan terurai pun bakal terwujud. Hal yang tidak akan tercapai jika hanya mengalihkan kendaraan bermotor pribadi berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik.
Lapisan ozon yang berangsur pulih—juga berartinya langkah-langkah kecil setiap individu dalam kerja sama global—jelas bukan kisah sedih di hari Minggu ini. Bagi kaum urban, ini kisah yang enak didengar dan ditularkan lagi dan lagi seperti lagu Koes Plus. Gaya hidup hijau layak mewabah dan dikobarkan terus-menerus, yang pada gilirannya akan mengikis kisah-kisah sedih lainnya.