Penerapan Kata ”Sebuah” untuk Semua Benda
Kecenderungan memadatkan penggolongan aneka macam benda dengan kata ”sebuah” kini sedang menggejala. Bagaimana penggunaan kata penggolong itu menurut aturan bahasa?
//Engkau bilang padaku, ”Baik-baik, sayang”
”Abang pasti cepat pulang”
Kau janjikan padaku sebongkah berlian
Sesuap nasi pun jarang//
Ungkapan demi sesuap nasi dan sebongkah berlian kerap dijumpai di media sosial dan di lirik beberapa lagu. Salah satunya pada penggalan lagu ”Bang Jono” di atas, yang dipopulerkan oleh pedangdut Zaskia Gotik.
Menarik mencermati pemilihan kata sesuap nasi dan sebongkah berlian. Ungkapan litotes itu terasa tepat, antara lain, ditimang dari cara seseorang menikmati hasil kerja.
Sesuap nasi, ya, karena caranya hanya bisa dinikmati sesuap demi sesuap saja yang masuk ke mulut meski memiliki daya beli makanan.
Sebongkah berlian, tentu saja, mencerminkan pencapaian dari ikhtiar luar biasa pejuang rupiah untuk ”bongkah-bongkah” harta yang bisa dinikmati secara bersama semua anggota keluarga.
Sesuap dan sebongkah merupakan contoh kata penggolong. Ada juga yang mengistilahkan penyukat. Kata penggolong bertugas untuk menggolongkan kata benda alias nomina. Kata ini biasanya terletak di belakang kata bilangan serta membentuk satu frasa bilangan yang memungkinkan letaknya di depan kata benda (contoh: tiga buah rumah).
Ada aneka ragam penyukat benda-benda dalam bahasa Indonesia. Untuk benda yang tipis dan halus, biasanya disebut helai; misalnya dua helai kertas, tiga helai rambut, dan empat helai kain.
Baca juga: Makna Negeri Jiran dan Penulisannya
Untuk benda yang bulat dan kecil, umumnya disebut butir; seperti sebutir telur dan dua butir kelereng.
Untuk barang yang luas dan datar, galibnya dikatakan bidang; antara lain dua belas bidang sawah dan sebidang tanah.
Untuk benda yang berbentuk bulat panjang, lazimnya dikatakan batang; di antaranya sebatang pohon dan dua belas batang rokok. Contoh lainnya, sebilah pedang, dua biji mata, sekuntum bunga, dua laras senapan, dan sekerat daging.
Kini, muncul kecenderungan memadatkan penggolongan aneka macam benda dengan kata sebuah. Kata sebuah dipakai untuk apa saja. Bisa untuk menggantikan kata penggolong benda-benda berwujud batang, utas, tangkai, potong, rumpun, keping, kuntum, dan sebagainya.
Contohnya pada kalimat berikut. Mereka pergi ke sebuah toko buku. Keduanya pengin membeli dua buah boneka, dua buah batu akik, dan dua buah senapan mainan. Besoknya mereka tamasya ke sebuah pulau dengan naik sebuah pesawat.
Soal kata buah, memang bukan semata bahwa ia merujuk pada buah-buahan. Selain bermakna ’bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik yang biasanya berbiji’, buah juga memiliki arti sebagai ’kata penggolong bermacam-macam benda; sebagai pokok, bahan (contohnya pokok pembicaraan); dan sebagai hasil (contohnya hasil jerih payah dari kerja keras)’. Adapun sebuah bermakna ’satu buah’ (contoh: sebuah lagu dangdut).
Baca juga: Dari "Demam Bola" hingga "Demam Cinta"
Kehadiran kata penggolong macam-macam benda ini bisa bersifat manasuka, ada pula yang bersifat wajib ada. Kita cermati contoh kalimat berikut.
1. Tiga buah kapal bersandar di pelabuhan.
2. Tiga kapal bersandar di pelabuhan.
Penghapusan buah pada kalimat kedua itu dibenarkan dalam bahasa Indonesia yang baku.
Keberadaan kata penggolong yang wajib ada, tidak bisa dihapus, seperti pada contoh kalimat berita di Kompas.id berikut. Tim penegak hukum gabungan di Kota Bogor, Jawa Barat, menyita 10.140 batang rokok ilegal atau rokok yang tidak memiliki cukai.
Apabila penggolong batang pada contoh di atas dihapus, informasi yang diterima bisa multitafsir. Bisa 10.140 bungkus rokok, bisa juga pembaca menebak 10.140 kardus rokok. Sesungguhnya rokok yang disita 10.140 batang atau 507 bungkus.
Pertarungan Alot "Amendemen" dan "Amandemen"
Penggolong manusia dan hewan
Selain penggolong untuk aneka macam benda, ada juga penggolong untuk manusia dan binatang. Manusia disertai oleh penggolong orang, sedangkan binatang oleh penggolong ekor. Kehadirannya dalam kalimat bisa opsional.
Kita perhatikan contoh kalimat di bawah ini.
1. Empat belas orang pelajar di SMP itu mendapatkan vaksinasi dosis kedua.
2. Empat belas pelajar di SMP itu mendapatkan vaksinasi dosis kedua.
3. Sebanyak 450 ekor sapi didatangkan dari Sidrap, Sulawesi Selatan, ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
4. Sebanyak 450 sapi didatangkan dari Sidrap, Sulawesi Selatan, ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Pembuangan kata orang pada contoh kalimat kedua dan penghilangan kata ekor pada contoh kalimat keempat di atas disahkan dalam aturan berbahasa yang baik dan benar.
Tampak bahwa penyukat untuk bahasa Indonesia terkelompokkan dalam tiga kategori, yakni manusia, binatang, dan buah (bukan manusia ataupun binatang).
Pengategorian ini semata-mata didasarkan pada permufakatan (konvensi) masyarakat pemakai bahasa. Akan tetapi, untuk keperluan praksis penulisan, layak dipertimbangkan efektivitas kalimat tatkala menggunakan kata penggolong ini.
Didik Durianto, Penyelaras Bahasa Kompas