logo Kompas.id
OpiniGamelan sebagai Wahana...
Iklan

Gamelan sebagai Wahana Pendidikan Politik Kebudayaan

Gamelan tidak sekadar mampu menggelorakan spirit kemanusiaan, tetapi juga merupakan sebuah politik kebudayaan. Pada masa Orde Baru, misalnya, politik kebudayaan gamelan dibunyikan untuk melegitimasi kekuasaan.

Oleh
A WINDARTO
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/t6_tM96KQVV2jdHqVSPyA2KXqq8=/1024x575/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F01%2F20211230-OPINI-Gamelan-Sebagai-Wahana-Pendidikan-Politik-Kebudayaan_1640876817.jpg
Kompas

Supriyanto

Opini Purnawan Andra berjudul ”Gamelan, Kemanusiaan dan Masa Depan Kebudayaan” (Kompas.id, 18/12/2021) menarik untuk dikaji ulang. Sebab, gamelan tidak sekadar mampu menggelorakan spirit kemanusiaan, tetapi juga merupakan sebuah politik kebudayaan. Dalam konteks ini, keputusan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang menetapkan gamelan sebagai warisan budaya tak benda mendapatkan saat dan tempat yang tepat untuk digaungkan sebagai wahana pendidikan politik kebudayaan.

Pengamat kebudayaan Jawa, John Pemberton, dalam kajiannya yang berjudul Musical Politics in Central Java (or How Not to Listen to a Javanese Gamelan), (Indonesia 44, 1987) pernah berpendapat bahwa gamelan adalah musik tradisional yang berperan penting dan menentukan dalam sebuah acara ritual, seperti perayaan pernikahan. Maksudnya, musik yang biasanya diputar sebagai pengiring dalam acara ritual tersebut ditujukan untuk meredam segala bunyi yang ada di sekitarnya agar tidak terdengar sebagai suatu kegaduhan.

Editor:
Yovita Arika
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000