Apa yang harus dilakukan ketika kita dihadapkan pada gangguan sulit tidur? Intinya, ketika mengalami gangguan tersebut, berpikir lebih tenang itu lebih baik daripada menjadi panik.
Oleh
Kristi Poerwandari
·4 menit baca
ARSIP PRIBADI
Kristi Poerwandari
Apakah Anda mengalami gangguan tidur? Berbahagialah yang tidak mengalaminya. Kita baru menyadari betapa sangat tidak enaknya tidak dapat tidur itu ketika kita mengalami persoalan tersebut.
Ada beberapa tampilan dari gangguan tidur. Kita mungkin sulit untuk bisa mengantuk, padahal hari sudah sangat larut dan sebenarnya badan dan otak sudah terasa lelah. Atau, meski bisa tidur, kita mudah berulang terbangun di tengah malam. Gangguan yang lain adalah ketika kita terbangun terlalu pagi dan tidak dapat kembali tidur atau seolah tidur, tetapi dengan kualitas yang tidak baik.
Akibatnya kepala panas, badan lemas, dan secara umum tubuh terasa melayang-layang dan tidak sehat. Kita sulit berkonsentrasi atau memusatkan perhatian sehingga dengan sendirinya pekerjaan sulit diselesaikan dengan efektif dan efisien.
Apabila mengalami gangguan tidur, banyak orang akan merasa panik. Kita lalu mengembangkan berbagai pemikiran negatif, yang ternyata malah menjadi seperti lingkaran setan yang menyulitkan kita keluar dari gangguan tidur.
Yang terpikir, antara lain, ”Wah, bahaya kalau tidak bisa tidur. Kan, harus tidur minimal delapan jam sehari. Kalau tidak bisa sakit. Padahal, kerjaan banyak.” Atau, ”Ada apa ini, kok, saya tidak bisa tidur? Apakah ada masalah serius yang tidak saya sadari?” Bahkan, ”Mengapa saya sampai tidak bisa tidur berhari-hari? Apa ada yang menjahati saya?”
Ada pula yang akan menyalahkan gangguan tidur sebagai sumber dari masalah-masalah lain yang terjadi. Misal, terlambat berangkat, tidak menyelesaikan tugas tepat waktu, atau ada konflik dengan orang dekat. Padahal, mungkin saja masalah tersebut tidak langsung terkait dengan gangguan tidur.
Berpikir lebih tenang itu lebih baik daripada menjadi panik.
Pemikiran negatif membuat cemas, mengundang pemikiran-pemikiran negatif lain, dan otot-otot menjadi tegang. Lalu, kita mungkin melakukan kebiasaan baru dengan tujuan ingin memaksa diri supaya dapat tidur.
Misalnya, mulai bergantung pada obat tidur. Atau dalam usaha agar dapat mengantuk, akan menonton TV atau bermain gawai sambil berbaring di ranjang. Kebiasaan baru ini tidak akan membantu dan mungkin memperparah keadaan.
Cara mengatasi
Sebenarnya, gangguan tidur amat bervariasi penyebabnya, yang dapat berbeda antara satu individu dan yang lain. Kecemasan, kondisi kesehatan yang menurun, konsumsi obat tertentu, atau sedang mengalami masalah khusus, akan dapat mengganggu tidur. Peristiwa menyakitkan dan mengguncang atau lingkungan yang tidak aman atau tidak nyaman juga dapat mengganggu tidur.
Hal lain, yaitu jika otak dipaksa bekerja secara maksimal dalam jangka panjang untuk mengerjakan tugas penting atau sulit. Atau jika kita beraktivitas yang berlawanan dengan ritme alam, misalnya harus bekerja sif malam.
Kita perlu memahami perbedaan individual. Yang kita pelajari, yaitu bahwa kita perlu tidur delapan jam sehari agar sehat. Meski demikian, barangkali ada orang yang memerlukan waktu lebih, ada pula yang telah cukup dengan tidur 5-6 jam sehari.
Ketika mengalami gangguan, daripada berpikir: ”Wah, saya mengalami gangguan serius ini”, mungkin baik berpikir: ”Coba kucek. Ada apa ya, apakah ada stres kerja? Atau aku memaksa otakku terus bekerja dan kurang istirahat?” Intinya, berpikir lebih tenang itu lebih baik daripada menjadi panik.
Dengan mengikuti ritme alam (siang untuk bekerja dan malam untuk tidur) atau mengikuti ritme kita sendiri yang sudah berjalan dengan baik, sebaiknya ada rutinitas beraktivitas untuk memastikan tidur tidak terganggu.
Barangkali kita perlu mengatur asupan makanan agar dapat mengonsumsi yang lebih sehat atau mengolah tubuh secara rutin. Bagi sebagian orang, yoga dan meditasi akan membantu.
Apabila situasi lingkungan tidur kurang nyaman, kita dapat berupaya memperbaikinya. Misal, mengganti alas tidur, meredupkan cahaya, memasang kipas agar panas berkurang, atau memasang gerendel pintu jika sebelumnya merasa kurang aman.
Saya pernah mengalami gangguan tidur yang cukup parah dan itu tampaknya karena otak saya paksa terus bekerja sehingga meski sudah diminta untuk berhenti, seperti komputer yang hang, ia tidak dapat mengistirahatkan diri. Karena itu, beberapa saat menjelang waktu tidur, sebaiknya aktivitas kerja sudah diturunkan.
Kita hanya dapat tidur jika otak dibantu untuk dapat beristirahat. Karena itu, pastikan ada waktu istirahat yang cukup bagi otak. Musik pengiring tidur untuk sebagian orang membantu. Pasang dalam volume lirih karena jika tidak, otak bukannya beristirahat, tetapi malah seperti terus bekerja untuk berkonsentrasi mendengarkan musik.
Setelah gangguan tidur yang cukup panjang, dalam periode pemulihan mungkin kita mengalami situasi tubuh mudah mengantuk yang seolah harus ditidurkan. Jangan merasa bersalah, ambil waktu beristirahat dan tidur. Apabila perlu, beri tahu rekan kerja mengenai hal tersebut agar mereka mengerti. Lebih baik kita terlambat 1-2 hari dari rencana kita sebelumnya daripada gangguan tidur terus berlanjut atau kesehatan menjadi terganggu.
Kadang gangguan tidur terus berlanjut dan sulit ditanggulangi sendiri. Atau selain gangguan tidur, kita merasa ada persoalan-persoalan lain yang membingungkan dan membuat takut. Misalnya, menghayati rasa sedih berkepanjangan, mengalami naik turun emosi yang sulit dikendalikan, sangat cemas, atau seperti melihat sesuatu atau mendengar suara-suara.
Apabila mengalami hal di atas, kita perlu meminta pertolongan profesional kesehatan mental, seperti psikolog klinis atau psikiater. Semoga akar masalah dapat ditemukan, kesempatan tidur dapat dimanfaatkan dengan baik, dan hidup kita menjadi lebih berkualitas.