Musim Baru, Persaingan Baru
Tenis memasuki musim persaingan di lapangan tanah liat. Persaingan berbeda dihadapi Djokovic, Sinner, dan Alcaraz.
Apakah Jannik Sinner bisa memperpanjang kesuksesannya sejak awal tahun? Bisakah Carlos Alcaraz menggantikan posisi Rafael Nadal yang cedera? Apakah Novak Djokovic bisa kembali ke performa terbaik di antara dua rival mudanya itu?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul menjelang berlangsungnya ATP Masters 1000 Monte Carlo, 7-14 April. Ini adalah turnamen pertama pada 2024 berlevel Masters 1000 yang berlangsung di lapangan tanah liat.
Baca juga: Sinner Juara dan Menggeser Alcaraz
Usai persaingan di lapangan keras pada tiga bulan pertama di Australia dan Amerika Serikat, persaingan tenis profesional beralih ke lapangan tanah liat di Eropa pada April hingga Juni. Puncak dari kompetisi ini adalah Grand Slam Perancis Terbuka di Roland Garros yang pada tahun ini akan berlangsung di Roland Garros, Paris, 26 Mei-9 Juni.
Setelah persaingan petenis top putri dimulai dengan turnamen WTA 500 Charleston, AS, pada pekan ini, petenis-petenis elite putra akan akan berkompetisi di Monte Carlo, turnamen Masters 1000 di lapangan tanah liat selain Madrid (24 April-5 Mei) dan Roma (8-19 Mei). Semua petenis ranking 10 besar berpartisipasi, termasuk tunggal putra nomor satu dunia, Novak Djokovic, yang absen di Miami Masters 1000 pada 20-31 Maret.
Absennya Djokovic di Miami menjadi bagian dari perjalanannya yang tak begitu baik pada 2024. Untuk petenis lain, hasil semifinal Grand Slam Australia Terbuka dan babak ketiga ATP Masters 1000 Indian Wells mungkin bisa dibilang tak terlalu buruk. Namun, dengan berbagai rekor yang dipegangnya serta ambisi menjadi petenis terbaik yang tak pernah hilang, Djokovic memiliki standar tersendiri.
Kekalahan dari Sinner di Australia Terbuka menjadi yang pertama baginya dalam enam tahun terakhir. Djokovic adalah pemilik 24 gelar juara Grand Slam, yang terbanyak dibandingkan tunggal putra lain, serta memegang rekor sebagai petenis nomor satu dunia terlama yaitu selama 419 pekan.
Baca juga: Djokovic Antusias Kembali ke Indian Wells
Setelah tersisih pada babak ketiga di Indian Wells, dia memilih absen di Miami untuk menyeting ulang semuanya. Dia, bahkan, membuat keputusan memutus hubungan kerja dengan mantan petenis Kroasia, Goran Ivanisevic, yang menjadi salah satu pelatihnya sejak 2018 dan menjadi pelatih utama sejak 2022.
Djokovic menjelaskan, hubungan dia dan Ivanisevic di lapangan naik-turun, tetapi mereka tetap berteman. Sementara, Ivanisevic bercerita bahwa mereka sudah berada pada titik tidak bisa bekerja sama lagi. Bersama Ivanisevic, Djokovic menjuarai 12 dari total 24 gelar juara Grand Slam.
Saat ini, saya sedang membangun permainan untuk tanah liat. Ekspektasi di Monte Carlo tidak terlalu besar. Saya ingin puncak penampilan saya ada di Paris.
Setelah tak mendapat hasil memuaskan pada tiga bulan pertama 2024, dia bersiap menjalani musim baru di turnamen tanah liat Monte Carlo, kota di Monako tempat Djokovic memiliki tempat tinggal sejak 2019, selain di tanah airnya, Serbia. Dia dua kali menjuarai Monte Carlo Masters, pada 2013 dan 2015, tetapi tak pernah melewati perempat final dalam tujuh penampilan terakhirnya di sana.
Djokovic, bahkan, tak bisa melewati babak ketiga sejak 2019. Tiga kekalahannya pada babak ketiga 2021, babak kedua 2022 dan babak ketiga 2023, dialami dari Dan Evans, Alejandro Davidovich Fokina, dan Lorenzo Musetti yang tak pernah menembut peringkat sepuluh besar dunia dan tak pernah mengalahkan Djokovic sebelum bersaing di Monte Carlo.
Baca juga: Antara Djokovic dan Gen Z di Melbourne Park
Maka, banyak pertanyaan akan menyertai kehadiran Djokovic di Monte Carlo kali ini. Apakah dia masih bisa menunjukkan sebagai salah satu petenis tanah liat terbaik dengan absennya Nadal karena cedera? Atau, seperti yang terjadi di lapangan keras pada tiba bulan sebelumnya, Djokovic berada di bawah bayang-bayang generasi yang lebih muda?
Sehari menjelang berlangsungnya turnamen, pada Sabtu, Djokovic menuturkan bahwa dia tak punya ekspektasi besar pada awal musim persaingan di lapangan tanah liat. Dia baru berusaha membangun permainannya di lapangan itu bersama Nenad Zimonjic, mantan petenis Serbia spesialis ganda yang akan masuk dalam tim pelatih. Mereka berlatih bersama di Monte Carlo Country Club, tempat akan berlangsungnya Monte Carlo Masters.
“Saat ini, saya sedang membangun permainan untuk tanah liat. Ekspektasi di Monte Carlo tidak terlalu besar. Saya ingin puncak penampilan saya ada di Paris,” kata Djokovic.
Di antara generasi muda yang telah lahir menjadi kompetitor kuat Djokovic, Sinner dan Alcaraz menjadi yang paling tangguh. Sinner, bahkan, menjadi petenis terbaik dalam triwulan pertama 2024 dengan tiga gelar juara dari empat turnamen, yaitu Australia Terbuka, ATP 500 Rotterdam, dan Miami Masters. Dia menggeser Alcaraz, juara Indian Wells Masters, dalam daftar peringkat dunia, dari posisi ketiga menjadi kedua. Dari 23 pertandingan yang dijalani pada tahun ini, Sinner hanya kalah sekali, yaitu dari Alcaraz pada semifinal di Indian Wells.
Baca juga: Sinner Juara dan Menggeser Alcaraz
Namun, Sinner tak ingin jumawa dengan prestasinya itu. Petenis Italia berusia 22 tahun ini berpendapat, persaingan di lapangan tanah liat adalah persaingan yang bebeda. Dia pun tak ingin menyebut ekspektasi apapun.
Meski baru memiliki satu gelar juara dari turnamen tanah liat, dibandingkan 12 gelar dari lapangan keras, statistik petenis yang berkarakter tenang itu di lapangan tanah liat tak begitu buruk. Persentase kemenangannya di tanah liat sejak 2019 adalah 68 persen, lebih baik dibandingkan 60 persen kemenangan di lapangan rumput.
Tes Untuk Alcaraz
Performa Alcaraz pada tahun ini tak sebaik Sinner. Setelah tersingkir pada perempat final Australia Terbuka dan semifinal ATP 250 Buenos Aires, kepercayaan dirinya kembali tumbuh ketika bisa mempertahankan gelar juara Indian Wells Masters.
Sebagai petenis Spanyol, yang tumbuh di lapangan tanah liat, kemampuan Alcaraz di lapangan berkarakter lambat itu menjadikannya sebagai salah satu favorit juara di Monte Carlo. Persentase kemenangannya dalam turnamen ATP Tour di lapangan tanah liat adalah 80 persen dengan hasil terbaik juara Madrid Masters 2022 dan 2023, serta semifinalis Perancis Terbuka 2023.
Baca juga: Jannik Sinner Makin Tajam
Namun, ada satu hal yang bisa menjadi pengganjal Alcaraz di Monte Carlo. Pengalamannya bermain di lapangan yang berada di tepi Laut Mediterania itu tak banyak. Dalam debut pada 2022, Alcaraz kalah pada babak kedua dari Sebastian Korda. Setahun berikutnya, Alcaraz absen karena tidak berada dalam kondisi fit setelah mencapai semifinal Miami Masters.
Performanya di lapangan tanah liat secara umum, serta absennya Nadal karena cedera punggung, membuat Alcaraz akan menjadi sorotan publik Spanyol. Dengan dua gelar juara Grand Slam dan pernah menjadi petenis nomor satu dunia pada usia 20 tahun, Alcaraz menjadi calon terbaik penerus Nadal.
Dia, bahkan, telah membidik gelar juara Perancis Terbuka sebagai target besarnya di musim persaingan tanah liat. “Roland Garros adalah turnamen spesial untuk petenis Spanyol karena apa yang telah dicapai Rafa. Bagi saya, tentu sangat luar biasa jika bisa memenanginya, meski hanya sekali. Saya akan mencobanya,” tutur Alcaraz saat menerima penghargaan dalam acara National Sports Award di Spanyol pada 4 April.
Baca juga: Singkirkan Alcaraz, Grigor Dimitrov Gagalkan Persaingan Empat Besar di Miami
Alcaraz menyebut, setelah mencapai perempat final pada 2022 dan semifinal pada 2023, targetnya pada tahun ini adalah bisa tampil di final atau juara. Dia pun sangat antusias begitu persaingan tenis berganti ke lapangan tanah liat. (AFP/REUTERS)