Alcaraz dan Sinner akan menjadi tantangan besar bagi Djokovic di Australia Terbuka. Kedua petenis itu dari Generasi Z.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Dominan di antara petenis putra pada musim kompetisi 2023 dan punya motivasi yang tak pernah hilang untuk mencetak rekor membuat Novak Djokovic masih layak difavoritkan menjadi juara tunggal putra Australia Terbuka. Tantangan besar petenis berusia 36 tahun itu adalah anak-anak muda yang berasal dari Generasi Z.
Djokovic tiba di Melbourne Park, Australia, sebagai tunggal putra nomor satu dunia. Posisi yang menempatkannya sebagai unggulan teratas pada turnamen yang akan berlangsung 14-28 Januari ini sama seperti pada enam edisi lainnya, yaitu 2012, 2013, 2015, 2016, 2019, dan 2021. Pada enam edisi itu, Djokovic menjadi juara.
Petenis Serbia tersebut memiliki empat gelar lainnya dari Melbourne Park meskipun tak menjadi unggulan teratas, salah satunya pada 2023 saat ditempatkan sebagai unggulan keempat di bawah Rafael Nadal, Casper Ruud, dan Stefanos Tsitsipas. Dia memperpanjang rekor juaranya di Australia Terbuka menjadi sepuluh kali.
Tambahan gelar juara dari Perancis dan Amerika Serikat Terbuka membuat Djokovic menjadi tunggal putra dengan trofi juara Grand Slam terbanyak, yaitu 24 trofi. Dia menyamai mantan petenis putri Australia, Margaret Court, sebagai orang yang paling sering menjuarai Grand Slam.
Meski akan memasuki usia 37 tahun pada 2024, Djokovic masih memiliki motivasi untuk memperpanjang daftar gelar juaranya. Dia berambisi mewujudkan target yang gagal dicapai pada 2021, yaitu menjuarai semua Grand Slam yang dilengkapi dengan medali emas Olimpiade.
Pada 2021, Djokovic gagal mendapatkan medali Olimpiade Tokyo 2020, ajang yang penyelenggaraannya mundur setahun karena Covid-19 dan ingin membayarnya di Paris 2024. ”Saya selalu memiliki target tinggi. Itu tidak akan berubah untuk 2024. Saat berada dalam kondisi fit dan performa terbaik, saya bisa menjuarai Grand Slam atau turnamen lainnya. Saya tahu itu dan saya tak takut mengatakannya,” tutur Djokovic.
Upaya pertamanya untuk menjadi petenis dengan gelar juara Grand Slam terbanyak akan dimulai di Australia Terbuka, Grand Slam yang paling sering dijuarainya. Masa persiapannya adalah saat mengikuti ajang pemanasan Piala United di Perth dan Sydney, dua pekan lalu, terganggu cedera pergelangan tangan kanan. Akan tetapi, Djokovic tidak khawatir.
”Saya rasa, saya akan baik-baik saja. Memang, rasa sakit itu ada dampaknya, terutama saat forehand dan servis. Tetapi, saya masih punya waktu untuk pulih,” kata Djokovic yang menjalani laga amal bersama beberapa petenis di Melbourne Park, Kamis.
Jika cedera tersebut tidak menjadi kendala, Djokovic akan menjadi petenis yang paling berbahaya. Tak banyak petenis yang bisa mengalahkannya di ajang Grand Slam, apalagi di final. Hanya ada dua petenis dari angkatan lebih muda yang bisa menaklukkan Djokovic di laga puncak Grand Slam, yaitu Daniil Medvedev pada final Amerika Serikat Terbuka 2021 dan Carlos Alcaraz pada Wimbledon 2023.
Untuk menjuarai Grand Slam, seorang petenis harus memiliki kemampuan spesial dan Jannik memiliki itu. Saya kira, dia siap menjuarai Grand Slam.
Alcaraz akan menjadi salah satu tantangan terbesar Djokovic dalam mempertahankan gelar juara. Petenis Spanyol berusia 20 tahun tersebut menjadi petenis Gen Z (kelahiran 1997-2012) paling sukses dengan dua gelar juara Grand Slam, yaitu dari Amerika Serikat Terbuka 2022 dan Wimbledon 2023. Dia akan memiliki tambahan motivasi setelah absen pada 2023 karena cedera.
Namun, pilihan Alcaraz untuk tidak mengikuti turnamen pemanasan sebelum Australia Terbuka 2024 meninggalkan misteri tentang kondisinya. Penampilan terakhir petenis peringkat kedua dunia itu adalah saat bertanding dalam pertandingan ekshibisi melawan Djokovic di Arab Saudi, akhir Desember. Alcaraz menang dengan skor 4-6, 6-4, 6-4.
Saat itu, Alcaraz menuturkan, sebagai petenis, dia tumbuh dengan menyaksikan Djokovic. Maka, berada dalam satu lapangan dengan ayah dari dua anak itu selalu menjadi momen luar biasa. Alcaraz bahkan bisa mengalahkan Djokovic pada pertemuan pertama mereka yang terjadi di semifinal Madrid Masters 2022.
Momen terbaiknya datang saat menang di final Wimbledon 2023. Akan tetapi, setelah itu, dia selalu kalah dari Djokovic dalam dua pertemuan yang berlangsung di lapangan keras, jenis lapangan yang sama seperti Melbourne Park.
Sinner bintang baru
Selain Alcaraz, yang performanya melambung dalam dua tahun terakhir, Jannik Sinner juga menjadi petenis yang untuk pertama kalinya patut diperhitungkan sebagai lawan sulit oleh Djokovic di arena Grand Slam. Perkembangan petenis Italia berusia 22 tahun itu sedikit terlambat dibandingkan Alcaraz, tetapi dia memiliki performa baik pada empat bulan terakhir 2023.
Sinner meraih dua gelar juara dari tiga final dan mengantarkan negaranya menjadi tim terbaik kejuaraan beregu putra Piala Davis. Hasil itu ditambah dengan gelar ATP Masters 1000 pertama yang didapatnya di Kanada Masters. Catatan lainnya yang bisa menjadi bekalnya bersaing di Melbourne Park adalah dua kemenangan atas Djokovic dari tiga pertemuan. Hal itu terjadi pada turnamen Final ATP World Tour di Italia pada November 2023 dan Piala Davis di Spanyol, sebulan kemudian.
Untuk menambah kelebihan dalam permainan solid di baseline, Sinner mempertajam servisnya agar bisa menambah variasi permainan, seperti dengan servis dan voli. ”Untuk menjuarai Grand Slam, seorang petenis harus memiliki kemampuan spesial dan Jannik memiliki itu. Saya kira, dia siap menjuarai Grand Slam. Pada 2024? Mengapa tidak?” ujar Alex Corretja, mantan petenis Spanyol yang menjadi analis untuk Eurosport.
Sejak debutnya di arena Grand Slam pada 2019, hasil terbaik Sinner adalah ketika mencapai semifinal Wimbledon 2023. Adapun di Australia Terbuka, dia mencapai perempat final pada 2022.
Momen-momen terbaik pada 2023 bisa membawa Sinner melangkah lebih jauh di Melbourne Park. Akan tetapi, dia harus bisa melewati Djokovic (Sinner dan Djokovic berpeluang bertemu di semifinal) sebagai penguasa ”Melbourne Park”.