Musibah yang Memotivasi Palestina dan Jepang di Piala Asia
Motivasi besar meliputi Palestina dan Jepang untuk mengakhiri duka di negara mereka lewat performa apik di Piala Asia.
Sepak bola sudah dikenal memiliki pesan yang amat universal. Pada Februari 1979, Pele bisa menghentikan perang saudara yang berkecamuk di Nigeria karena menjalani laga ekshibisi dalam program tur ke Afrika bersama klubnya, Santos. Di Piala Asia 2023, Palestina dan Jepang menjadikan musibah di dalam negeri sebagai motivasi untuk menghapus lara saudara setanah air mereka.
Seperti diketahui, warga Palestina di Gaza mengalami penderitaan sejak pertempuran antara Israel dengan Hamas, 7 Oktober 2023, yang belum berkesudahan hingga saat ini. Kondisi itu membuat 26 pemain tim nasional Palestina datang ke Piala Asia 2023 dengan semangat berlipat-lipat, bahkan melebihi dua edisi partisipasi sebelumnya, Australia 2015 dan Uni Emirat Arab 2019.
Baca juga : Menuju Tonggak Anyar Sepak Bola Asia
Meski begitu, skuad Palestina sepakat bahwa mereka enggan mengeluarkan berbagai pernyataan bernuansa politik selama bertarung di Qatar 2023. Sebaliknya, mereka ingin menghadirkan kebahagiaan bagi seluruh rakyat Palestina, baik di Gaza maupun di seluruh dunia, dengan penampilan mereka di Piala Asia.
Kami akan memberikan performa terbaik di setiap pertandingan. Air mata dan penderitaan warga Palestina melecut semangat kami untuk menciptakan sejarah di turnamen ini.
”Kami akan memberikan performa terbaik di setiap pertandingan. Air mata dan penderitaan warga Palestina melecut semangat kami untuk menciptakan sejarah di turnamen ini,” ucap bek sekaligus kapten Palestina, Mushab al-Battat, pada konferensi pers jelang laga melawan Iran, Sabtu (13/1/2024), di Doha, Qatar.
Pada upacara pembukaan Piala Asia 2023 di Stadion Lusail, kota Lusail, Jumat (12/1/2024), Al-Battat juga menjadi penampil istimewa. Sebab, kehadirannya tidak diprediksi sebelumnya. Ia hadir bersama kapten Qatar, Hassan al-Haydous. Dalam kesempatan itu, Al-Battat memastikan skuad Palestina akan tampil dengan sungguh-sungguh untuk menunjukkan kebanggaan mewakili tanah air mereka.
Satu barometer utama bagi Palestina untuk membuat semua warga negara dan pendukung mereka merasakan kebahagiaan adalah mengejar kemenangan perdana di ajang Piala Asia. Pada dua kesempatan tampil di putaran final Piala Asia sebelumnya, Palestina selalu tersisih di fase grup tanpa menghasilkan satu pun kemenangan.
Baca juga : Kian Dekat ”Perang”, Indonesia Darurat Berbenah
Setelah mampu meraup tiga poin, mereka mematok target lain untuk menembus babak 16 besar. Al-Battat mengakui, persaingan di Grup C tidak mudah karena mereka akan menghadapi Iran, Uni Emirat Arab, dan Hong Kong. Namun, ia yakin spirit besar rekan setimnya, meski dalam situasi tidak ideal, adalah modal untuk bersaing di babak penyisihan.
Dukungan publik Qatar
Terlebih lagi, lanjut pemain berusia 30 tahun itu, Palestina merasa bermain di kandang sendiri selama di Qatar. Hal itu didasari dukungan besar publik Qatar kepada Palestina. Bendera Palestina bisa dengan mudah ditemukan di sudut-sudut kota Doha dan Lusail. Tidak hanya bendera berbentuk kain, tetapi beberapa gedung pencakar langit juga menayangkan bendera elektronik.
Antusiasme itu juga terlihat pada sesi konferensi pers Palestina yang dipenuhi wartawan. Konferensi pers Palestina adalah sesi yang paling ramai didatangi wartawan jelang pertandingan pertama Piala Asia 2023.
”Dukungan Qatari (warga Qatar) sangat berarti bagi kami. Mereka memberikan kami suntikan moral untuk merasa nyaman di sini sehingga kami bisa fokus mempersiapkan diri sebaik mungkin di setiap laga,” kata Al-Battat.
Baca juga : Piala Asia 2023, Ujian Kemanjuran Program Naturalisasi
Pelatih Palestina Makram Daboub menilai, skuadnya telah menjalani masa persiapan yang amat baik. Di tengah situasi tidak menentu di negeri sendiri, pemain Palestina telah menjalani dua laga uji coba di Doha yang bisa meningkatkan kepercayaan diri mereka. Pada dua gim itu, Palestina tumbang, 0-1, oleh Uzbekistan, 7 Januari, kemudian menahan salah satu calon kuat juara, Arab Saudi, 0-0, pada 9 Januari lalu.
”Pemain amat bersemangat untuk memberikan penampilan terbaik dalam karier mereka. Semoga hasil akhir juga sejalan dengan usaha keras kami,” kata Daboub yang berasal dari Tunisia.
Bencana alam
Sementara itu, Jepang datang ke Qatar dengan ambisi untuk kembali mengulang prestasi di Piala Asia Qatar 2011 untuk menjadi juara. Pelatih Jepang Hajime Moriyasu mengungkapkan, kampiun Asia yang mereka targetkan tidak hanya untuk kebanggaan pemain dan fans sepak bola, tetapi untuk menyemangati jutaan warga Jepang yang terdampak gempa bumi di Semenanjung Noto, Prefektur Ishikawa, 1 Januari lalu.
”Banyak orang yang masih merasakan penderitaan akibat gempa di Semenanjung Noto. Jadi, saya pikir performa kami bisa menyemangati warga Jepang yang sedang berduka. Semoga penampilan kami di sepak bola bisa menghibur mereka,” ujar Moriyasu dalam konferensi pers jelang menghadapi Vietnam.
Baca juga : Semua Berhenti Saat Waktu Shalat
Dalam bencana alam itu, sekitar 250 orang meninggal, ribuan mengalami luka-luka, serta puluhan korban lainnya masih dinyatakan hilang. Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) juga memberikan pernyataan resmi ikut berbelasungkawa atas musibah itu, 3 Januari lalu.
Wataru Endo, gelandang bertahan dan kapten Jepang, setuju dengan sang pelatih. Pemain Liverpool itu mengungkapkan, skuad Jepang merasakan empati atas musibah itu. Kondisi itu membuat semua pemain memiliki motivasi ekstra untuk semakin bekerja keras memenuhi target meraih juara Asia kelima.
”Kami sepakat dengan pelatih bahwa peristiwa tragis nan menyedihkan itu membuat kami tidak ingin membuat warga Jepang semakin kecewa. Penampilan kami harus menjadi alasan mereka bisa kembali tersenyum,” ujar Endo.
Untuk mengejar gelar juara Piala Asia, Jepang akan berhadapan dengan Vietnam, Irak, dan Indonesia di Grup D. Jika merujuk kualitas individu pemain dan hasil pertandingan terkini, skuad ”Samurai Biru” tidak akan kesulitan mengakhiri babak penyisihan dengan koleksi poin sempurna atau sembilan poin.
Dalam sejarah Piala Asia, Irak pernah tampil spektakuler untuk menjadi juara di Piala Asia 2007 dengan bekal semangat besar untuk menghapus duka warga mereka yang tengah dalam situasi berperang. Mampukah Palestina atau Jepang mengulangi itu?