Piala Asia 2023, Ujian Kemanjuran Program Naturalisasi
Kehadiran pemain naturalisasi menumbuhkan asa hadirnya prestasi bagi Indonesia di Piala Asia 2023.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dengan kondisi pembinaan sepak bola saat ini dan ekspektasi terlampau besar dari pendukung, naturalisasi pemain adalah sebuah keniscayaan untuk meningkatkan kualitas tim dan permainan tim nasional Indonesia dalam waktu singkat. Tantangan besar ada di pundak Pelatih Shin Tae-yong untuk menyatukan skuad ”Garuda” di tengah sejumlah perbedaan.
Piala Asia 2023 adalah turnamen mayor level kontinental pertama yang dijalani Indonesia dengan menggunakan pemain naturalisasi. Sebanyak delapan dari 26 pemain yang dibawa Shin memiliki darah campuran Indonesia dengan bangsa Eropa, yaitu Belanda, Spanyol, dan Inggris.
Skuad yang dilengkapi pemain keturunan itu membuat Shin dan PSSI sepakat memasang target menembus babak 16 besar. Untuk itu, Indonesia harus mampu meraup minimal empat poin dari tiga laga Grup D Qatar 2023 melawan Irak, Vietnam, dan Jepang. Jika mampu memenuhi ambisi itu, maka itu akan menjadi catatan perdana Garuda lolos dari fase grup Piala Asia dalam lima kali partisipasi.
Hamdan Hamedan, staf ahli Departemen Diaspora Kementerian Pemuda dan Olahraga, menjelaskan, para pemain diaspora yang membela timnas Indonesia saat ini dihadirkan untuk membantu meningkatkan kualitas dan mengejar prestasi.
Para pemain itu, lanjut Hamdan, telah memenuhi tiga kriteria naturalisasi sesuai Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga Nomor 10 Tahun 2023 tentang Tata Cara Pemberian Rekomendasi dan Usulan Pemberian Kewarganegaraan, yaitu keturunan Indonesia, bukti prestasi signifikan di tingkat internasional, serta batasan usia antara 18 hingga 30 tahun.
”Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa atlet yang dinaturalisasi berdarah Indonesia serta memiliki kualitas tinggi sehingga dapat meningkatkan prestasi di bidang olahraganya. Proses naturalisasi hanya diperuntukkan untuk mewakili timnas, bukan lagi demi kepentingan klub,” ujar Hamdan, Senin (8/1/2024), di Jakarta.
Sejatinya Peter Withe, Pelatih Indonesia periode 2004-2007, sempat memberikan lampu hijau bagi rencana program naturalisasi pemain untuk membentuk tim Piala Asia 2007. Rencana naturalisasi itu dicanangkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di bawah kendali Nurdin Halid.
Namun, rencana itu menguap seiring dipecatnya Withe sebelum Piala Asia 2007. Program naturalisasi besar-besaran dari Brasil juga sempat mengemuka di era Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan dalam pembentukan tim untuk Piala Dunia U-20 2020, awal 2019 lalu.
Dari sisi kuantitas, jumlah delapan pemain itu setara dengan total pemain keturunan Indonesia-Belanda yang mengisi skuad Hindia Belanda di Piala Dunia Perancis 1938. Skuad keturunan Indonesia-Belanda di tim Hindia Belanda itu setara 47 persen dari 17 pemain yang dibawa Pelatih JC Mastenbroek. Adapun pemain keturunan di skuad Piala Asia 2023 berkuota 31 persen dari total 26 pemain yang telah didaftarkan ke Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), 4 Januari lalu.
Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian mengungkapkan, persetujuan DPR terhadap naturalisasi didasari target jangka pendek untuk membangun prestasi persepakbolaan Indonesia di kancah internasional. Selama 2023, badan legislatif menyetujui rekomendasi kewarganegaraan RI kepada lima pemain keturunan, yaitu Ivar Jenner, Rafael Struick, Justin Hubner, Jay Noah Idzes, dan Nathan Romejo Tjoe-A-On.
”Dalam memberikan rekomendasi itu, Komisi X DPR mendorong pemerintah dan PSSI agar memperhatikan seluruh catatan dan rekomendasi kami sebagai langkah untuk membangun prestasi olahraga yang berkesinambungan,” ujar Hetifah.
Di tengah menyetujui rekomendasi, Komisi X DPR dalam setiap pemberian rekomendasi itu juga menitikberatkan pada pembenahan pembinaan sepak bola sebagai langkah jangka panjang untuk membentuk timnas yang kuat dan berprestasi.
Wajib kompak
Meski telah mendapat suntikan pemain naturalisasi, Shin tetap harus bekerja untuk menyatukan skuad dan koordinasi antarpemain. Masalah komunikasi seiring terbatasnya kemampuan bahasa Inggris pemain tulen Indonesia membuat proses pembentukan tim memerlukan waktu.
Usaha itu telah dilakukan staf pelatih timnas dengan menyatukan pemain dalam satu meja yang sama di sesi makan bersama, lalu mencampur pemain pada barisan di sesi latihan. Meski begitu, pada agenda bebas, menyaksikan pemain lokal dan naturalisasi melakukan kegiatan bersama amat jarang terjadi.
Jordi Amat, bek tengah naturalisasi Indonesia, diberi tugas besar untuk menjadi deputi Shin di lapangan hijau. Amat bersama Marc Klok dan Asnawi Mangkualam adalah tiga kapten Indonesia di Piala Asia 2023.
Eks pemain tim U-17 Spanyol itu, yang kini berkarier di Liga Malaysia bersama Johor Darul Ta’zim, menuturkan, skuad Indonesia wajib kompak untuk mengejar target di Qatar 2023. Ia pun optimistis skuad Garuda yang merupakan skuad termuda di Piala Asia 2023 bisa bersaing di fase grup.
Kami harus bersama-sama setiap saat, terutama dalam momen di pertandingan. Kami harus kompak bertahan dan lebih percaya diri lagi untuk saling mendukung ketika menyerang.
”Kami harus bersama-sama setiap saat, terutama dalam momen di pertandingan. Kami harus kompak bertahan dan lebih percaya diri lagi untuk saling mendukung ketika menyerang. Saya yakin kepercayaan diri tim ini akan meningkat, sebab kami harus meningkatkan level permainan kami untuk bersaing di kompetisi ini,” ucap Amat.
Asisten pelatih Indonesia di Piala Asia 2007, Syamsuddin Umar, menilai kehadiran pemain keturunan memberikan kontribusi besar bagi permainan Indonesia. Tetapi, ia mengingatkan, demi membenahi performa diperlukan komunikasi dan chemistry antarpemain yang lebih cair.
”Mungkin pemain naturalisasi belum lancar bahasa Indonesia, sebaliknya pemain lokal pun tidak berkomunikasi dengan bahasa Inggris, tetapi sepak bola memiliki bahasa, baik lisan atau melalui gestur, yang jelas untuk menerangkan rencana dan strategi di dalam satu tim. Itu yang perlu dipahami oleh semua pemain agar harmonisasi di dalam tim tumbuh,” kata Syamsuddin.