Ini adalah kesan wartawan dan fotografer ”Kompas” ketika menyaksikan langsung pesta pembukaan Piala Asia 2023.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR, IWAN SETIAWAN
·3 menit baca
Ada momen unik yang membedakan penyelenggaraan Piala Dunia 2022 dengan Piala Asia 2023 di Qatar. Itu adalah jeda segala kegiatan di dalam stadion ketika memasuki waktu azan yang menjadi penanda masuknya waktu shalat.
Pada upacara pembukaan Piala Asia 2023 di Stadion Lusail, Jumat (12/1/2024), seluruh persiapan seremoni dihentikan ketika memasuki azan shalat Maghrib. Di empat layar raksasa di empat sudut tribune tertulis “waktu shalat” sehingga semua sunyi. Lagu yang dinyalakan untuk memeriahkan suasana dihentikan sementara, lalu persiapan para pengisi acara juga berhenti. Mereka hanya berdiri di posisi mereka sebelum bersiap tampil.
Kondisi itu membuat seremoni pembukaan turnamen juga molor hampir setengah jam dari jadwal yang diumumkan sebelumnya pada pukul 17.00 waktu setempat. Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Tsani juga baru tiba di stadion setelah azan berakhir.
Tak hanya itu, pembacaan susunan 11 pemain utama Qatar yang dilakukan pemandu acara di stadion juga sempat dihentikan sementara. Ketika itu, baru lima dari enam pemain inti Qatar yang diumumkan. Tiba-tiba pengumuman dan lagu di stadion terhenti, kemudian di layar besar kembali terpampang keterangan “waktu shalat”.
Kejadian itu tidak pernah terjadi selama 64 pertandingan Piala Dunia 2022. Padahal, jadwal pertandingan ada yang bersingguhan dengan waktu shalat, terutama Ashar, Maghrib, dan Isya.
Adapun dalam situasi normal dalam berbagai kegiatan olahraga dan aktivitas umum lainnya, Qatar memiliki aturan tertulis agar memberlakukan jeda singkat ketika memasuki waktu azan. Kebijakan itu berlaku walaupun suara azan tidak terdengar. Itu yang terjadi di Stadion Lusail karena tidak ada masjid terdekat di sekitar stadion laga final Piala Dunia 2022 itu.
Fotografer berebut kursi
Bagi pewarta foto peliput Piala Asia 2023 harus selalu daftar untuk dapat tiket media yang bisa meliput langsung pertandingan. Ada dua pilihan lokasi di tribune atau di pitch pinggir lapangan. Semua sudah diatur dengan nomor tempat duduk yang ditentukan.
Saat laga Qatar lawan Lebanon, ada dua pewarta foto yang mendapatkan nomor kursi yang sama di tepi lapangan. Satu pewarta foto yang datang duluan dengan santai menempati kursi untuk memotret. Satu lagi yang datang belakangan merasa kursinya dipakai orang lain sehingga sempat mau mengusir yang duduk duluan. Saat dicek, nomor kursi di tiket mereka sama persis. Akhirnya yang terlambat mengalah dengan berdiri di belakang kursi.
Saat ada panitia yang selalu berkeliling mengawasi media, pewarta foto yang berdiri ditegur karena dianggap menyalahi aturan peliputan di lapangan. Namun, setelah ditunjukkan ada dua nomor kursi yang dipegang dua orang berbeda, panitia pun kaget. Karena jatah kursi fotografer sudah penuh, ia pun mengizinkan sang fotografer berdiri.
Dengan beban peralatan foto yang berat, fotografer pun menerima pilihan itu demi bisa memotret langsung di tepi lapangan.