Periode Ujian Akhir PP PBSI
Performa bulu tangkis Indonesia menurun pada 2023. Kinerja PP PBSI dinanti untuk meraih medali Olimpiade Paris 2024.
Tahun terakhir masa kerja PP PBSI adalah masa ujian bagi kinerja mereka selama tiga tahun sebelumnya. Kerja pengurus 2020-2024, yang sering diterpa prahara, terutama pada 2023, akan dinilai melalui ajang besar Olimpiade Paris 2024 dan apa yang mereka wariskan setelah itu untuk pengurus berikutnya.
Ujian itu sebenarnya sudah dijalani atlet dan pelatih ketika kualifikasi Olimpiade Paris 2024 dimulai pada 1 Mei 2023. Periode pengumpulan poin ranking ini akan berlangsung hingga 28 April 2024 dan hasil persaingan selama masa kualifikasi akan terlihat dalam daftar ranking yang akan dikeluarkan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) pada 30 April 2024.
Daftar ranking tersebut akan menentukan perwakilan setiap negara untuk masing-masing nomor. Jumlah maksimal setiap negara adalah dua wakil dari setiap nomor.
Baca juga : Refleksi Indonesia Ada di Final BWF
Ketika atlet menjalani persaingan dalam atmosfer berbeda sejak 1 Mei, tak ada program berbeda dari pengurus untuk meningkatkan performa dan hasil yang diperoleh atlet dalam setiap turnamen. Sebaliknya, kekuatan bulu tangkis Indonesia semakin tenggelam, kalah dari negara lain, seperti China, Jepang, dan Korea Selatan.
Dari 29 turnamen BWF World Tour level Super 300, 500, 750, dan 1000, Indonesia hanya mendapat 13 gelar juara dari total 145 gelar yang diperebutkan. China menjadi negara terkuat dengan 45 gelar, diikuti Korea Selatan dengan 24 gelar juara, dan Jepang 20.
China memiliki Chen Qing Chen/Jia Yi Fan yang mendominasi persaingan ganda putri serta dua ganda campuran yang menguasai persaingan level tinggi, yaitu Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dan Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping. Huang Dong Ping, yang meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama Wang Yi Lyu, tak harus menunggu lama untuk menjadi bagian dari ganda campuran elite dunia bersama Feng sejak mereka berpasangan pada Oktober 2022. Pada debut pada turnamen Denmark Terbuka Super 750, Feng/Huang menembus final.
Jepang memiliki kekuatan utama pada tunggal putri melalui Akane Yamaguchi dan tiga ganda putri yang menempati peringkat sepuluh besar dunia. Adapun Korea Selatan yang memiliki tunggal putri nomor satu dunia, An Se-young, menggebrak persaingan ganda putra dan campuran ketika Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae dan Seo/Chae Yu-jung menjadi juara dunia kedua nomor itu.
Indonesia memiliki pemain-pemain yang menempati peringkat sepuluh besar dalam empat nomor, kecuali pada ganda campuran. Namun, di antara mereka yang masuk jajaran sepuluh besar tersebut, tak ada yang menonjol dibandingkan pemain negara lain.
Baca juga : Drama Tunggal Putra di Final BWF
Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting masih kesulitan untuk mengalahkan tunggal putra nomor satu dunia, Viktor Axelsen. Ketika peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 masih menjadi tantangan terbesar, tunggal putra Indonesia peringkat keempat dan kelima dunia itu mendapat tantangan baru dari skuad muda berusia 21-22 tahun, yaitu Kodai Naraoka, Li Shi Feng, dan Kunlavut Vitidsarn. Ini masih ditambah dengan pemain lama yang bangkit kembali pada 2023, yaitu Shi Yu Qi dan Anders Antonsen.
Tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung, berkembang pesat dengan meraih gelar juara Spanyol Masters Super 300 dan Kumamoto Masters dan berada pada peringkat dunia ketujuh pada akhir 2023. Namun, Gregoria belum bisa konsisten bermain pada level tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan empat pemain terbaik, An, Yamaguchi, Chen Yu Fei, dan Tai Tzu Ying.
Pada ganda putri, ada Apriyani Rahayu yang akan menjadi andalan di Paris 2024 bersama Siti Fadia Silva Ramadhanti setelah meraih emas di Tokyo 2020 saat berpasangan dengan Greysia Polii. Apriyani dan Fadia beradaptasi dengan cepat untuk menembus persaingan top dunia sejak debut pada Juni 2022.
Tantangan yang sebenarnya akhirnya mulai tampak pada 2023 ketika para pesaing semakin paham dengan karakter permainan mereka. Selain itu, cedera kaki Apriyani membuat mereka tiga kali mengundurkan diri saat bertanding.
Nomor ganda putra dan campuran, yang masih menjadi andalan Indonesia di Tokyo 2020 meski akhirnya gagal meraih medali, kini berada dalam kondisi sulit. Sejak Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pensiun dan performa Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti menurun hingga tak dipanggil lagi ke pelatnas, belum ada pasangan Indonesia yang bisa masuk kategori ganda campuran top dunia.
Baca juga : Kalah ”Sudden Death”, Perjalanan Apriyani/Fadia Berakhir
Kemampuan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, dan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja berada di bawah pasangan China, Jepang, dan Korea Selatan.
Kondisi mengkhawatirkan juga berada di ganda putra, sektor yang biasanya selalu diandalkan ”Merah Putih” untuk meraih gelar juara dalam turnamen individu atau meraih angka pada kejuaraan beregu. Reputasi Indonesia sebagai kekuatan utama ganda putra dunia perlahan menghilang pada 2023.
Pada awal tahun, Indonesia masih memiliki Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan sebagai ganda putra ranking teratas dan kedua dunia. Indonesia selalu diwakili enam pasangan dalam turnamen BWF World Tour dengan setidaknya tiga pasangan berstatus unggulan.
Namun, mereka disalip negara lain ketika performa Fajar/Rian dan Hendra/Ahsan menurun, sedangkan tiga pasangan di bawah mereka belum bisa konsisten bersaing di level elite. Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri bisa bermain sangat baik dalam satu turnamen, tetapi tersingkir pada babak pertama dalam turnamen lain.
Menjelang akhir tahun, kekuatan ganda putra Indonesia kembali berkurang dengan mundurnya Pramudya Kusumawardana dari pelatnas karena akan fokus untuk melanjutkan pendidikan. Pramudya/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan pernah menunjukkan potensi ketika menjadi juara Asia 2022, tetapi kesulitan bangkit setelah Yeremia mengalami cedera lutut hingga absen dari turnamen selama enam bulan sejak Juni 2022.
Baca juga : Apriyani/Fadia Punya Target Lebih Besar
Pelatih ganda putra Aryono Miranat pun membentuk duet baru dengan memasangkan Yeremia dengan Rahmat Hidayat, pemain yang naik ke pelatnas utama pada 2023. Sementara pasangan Rahmat, yaitu Rayhan Nur Fadillah, harus menanti kelanjutan kariernya, terutama setelah PP PBSI berbicara dengan pasangan senior, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Dinamika yang terjadi sepanjang tahun membuat Indonesia tinggal memiliki empat ganda putra yang bisa bersaing pada turnamen level Super 500 ke atas. Penggemar bulu tangkis Indonesia pun kehilangan momen ketika bisa menikmati all Indonesian final ganda putra pada banyak turnamen 2022 hingga hal itu terakhir kali terjadi pada All England 2023.
Kelompok kerja Olimpiade
Menurunnya performa bulu tangkis Indonesia berdasarkan indikator jumlah gelar juara yang jauh di bawah negara lain dan ditambah untuk pertama kalinya tak dapat meraih medali pada Asian Games, yaitu di Hangzhou 2022, membuat kinerja PP PBSI menjadi sorotan penggemar bulu tangkis Indonesia. Fans bulu tangkis di Indonesia yang disebut ”badminton lovers” (BL) semakin kritis memberikan pendapat, apalagi ketika Olimpiade Paris 2024 semakin dekat, sementara ”tim sukses” untuk ajang tersebut baru dibentuk.
Kepengurusan di bawah kepemimpinan Ketua Umum Agung Firman Sampurna, Ketua Harian Alex Tirta yang memimpin keseharian roda organisasi, dan Sekretaris Jenderal Fadil Imran ini baru membentuk kelompok kerja (pokja) untuk membantu atlet dan pelatih pada masa kualifikasi Olimpiade menjelang akhir 2023. Tim yang dipimpin Fadil ini bahkan baru akan bekerja pada 4 Januari 2024.
Padahal, pokja Olimpiade biasanya dibentuk pada tahun dimulainya kualifikasi atau setahun sebelum penyelenggaraan Olimpiade. Tim dengan orang-orang yang khusus membantu pemain prioritas untuk Olimpiade ini bekerja dengan target bertahap.
Baca juga : Gregoria ”Versi Baru” di Antara Pemain Top Dunia
Setahun sebelum Olimpiade, mereka bekerja untuk membantu meloloskan atlet sebanyak mungkin ke ajang multicabang empat tahunan itu. Ketika masa kualifikasi selesai, tugas para ahli di bidang teknis, fisik, mental, kesehatan, dan lain-lainnya itu berubah, yaitu membantu pemain untuk mencapai puncak penampilan di Olimpiade. Orang-orang terbaik dari tim tersebut juga dilibatkan ketika tiba saatnya atlet bersaing di Olimpiade untuk meraih medali.
Maka dari itu, orang-orang yang dipilih untuk tim tersebut seharusnya adalah mereka yang berpengalaman, tahu kondisi lapangan, dan benar-benar memahami seluk beluk kebutuhan atlet hingga hal terkecil.
Pokja untuk Olimpiade Paris 2024, kata Fadil, melibatkan para peraih medali Olimpiade, seperti Susy Susanti, Liliyana Natsir, Candra Wijaya, dan Greysia Polii, meski ada pula nama Armand Darmadji, putra dari Alex, yang disebut-sebut akan menjadi manajer. Hubungan Alex dan Armand, yang sering menjadi ketua panitia penyelenggara turnamen bulu tangkis, menjadi hal lain yang disoroti komunitas bulu tangkis Indonesia.
Meski demikian, PP PBSI belum mengumumkan secara resmi semua anggota pokja karena acara konferensi pers yang pernah dijanjikan pada media dibatalkan sendiri oleh mereka.
Penempatan orang yang tepat dalam pokja hanya untuk Indonesia (bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu) bukan omong kosong. Olimpiade adalah kompetisi olahraga tertinggi di dunia yang digelar empat tahun sekali. Untuk ”sekadar” lolos pun memerlukan upaya yang teramat keras.
Baca juga : Berebut Takhta Axelsen
Terkait dengan hal ini, PP PBSI harus segera memutuskan indikator pemilihan atlet yang akan didaftarkan, apalagi dengan adanya pemain berstatus non-pelatnas yang memiliki peluang bisa tampil di Paris 2024. Sesuai peraturan BWF, setiap negara bisa memiliki maksimal dua wakil untuk per nomor jika memenuhi syarat ranking yang ditetapkan. Akan tetapi, memilih atlet yang didaftarkan menjadi hak setiap federasi bulu tangkis.
Untuk itu, kesepakatan di antara PBSI dengan Hendra/Ahsan dan PB Djarum sebagai pihak yang memfasilitasi Dejan/Gloria harus dibuat sejak awal dengan tujuan yang sama : demi Indonesia.
Saat ini ada dua wakil non pelatnas yang memiliki kesempatan bisa bersaing di Paris 2024, yaitu Hendra/Ahsan dan Dejan/Gloria. Pada akhir 2023, Hendra/Ahsan menempati ranking ke-13 daftar peringkat kualifikasi Olimpiade, sementara Dejan/Gloria di urutan ke-16 ganda campuran.
Ketika sektor ganda campuran dipimpin pelatih Herry Iman Pierngadi dan ganda campuran oleh Richard Mainaky, mereka selalu menetapkan posisi dalam daftar ranking sebagai indikator untuk memilih pemain karena itu menjadi ukuran paling objektif.
Pokja Olimpiade juga harus memahami adanya kebutuhan atlet yang berbeda, baik per sektor maupun per orang, untuk mencapai puncak performa di Olimpiade. Untuk itu, penanganan kebutuhan mereka pun harus dilakukan secara personal.
Baca juga : Nama Calon Pimpinan PP PBSI Mulai Disuarakan
Seperti dikatakan pelatih ganda putri Eng Hian, yang mengantarkan Greysia/Apriyani meraih emas Olimpiade Tokyo 2020, dia akan meminta penanganan khusus bagi atlet prioritas utama ke Olimpiade, dalam hal ini untuk Apriyani/Fadia di ganda putri.
Kalau satu orang ditugaskan untuk menangani semua, tidak akan maksimal.
“Saya akan minta terapis, pelatih fisik, dan psikolog khusus untuk perorangan. Ini agar perhatian pada setiap atlet prioritas Olimpiade lebih maksimal, sesuai kebutuhan masing-masing. Kalau satu orang ditugaskan untuk menangani semua, tidak akan maksimal,” katanya.
Pelatih ganda putra Aryono Miranat ingin agar atlet prioritas Olimpiade yang memiliki kendala cedera bisa ditangani hingga benar-benar pulih. Dia pun akan meminta kebebasan untuk memilih turnamen, apalagi saat atlet membutuhkan turnamen tambahan untuk menambah poin ranking.
”Biasanya, pemain mengikuti dua atau tiga turnamen beruntun. Itu adalah jumlah maksimal untuk menghindarkan mereka dari cedera. Tetapi, jika dibutuhkan turnamen tambahan, saya akan minta agar PBSI memberi izin,” tuturnya.
Dengan pengalaman yang dimiliki pelatih dalam mendampingi atlet ke beberapa Olimpiade, PP PBSI harus memberi kewenangan penuh pada mereka untuk menyusun sendiri dan menjalankan program. Adapun tugas PP PBSI adalah membantu memenuhi kebutuhan itu, demi Indonesia.