Apriyani/Fadia Punya Target Lebih Besar
Final BWF World Tour adalah turnamen besar terakhir bagi Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti pada 2023. Di tengah motivasi untuk tampil baik, mereka harus menjaga kondisi demi Olimpiade Paris 2024.
Untuk dua tahun beruntun, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, lolos ke turnamen Final BWF World Tour. Namun, gangguan cedera, terutama yang dialami Apriyani, membuat mereka harus mengatur performa untuk target yang lebih besar pada 2024.
Apriyani/Fadia menjadi salah satu dari delapan pebulu tangkis ganda putri yang akan bersaing di Hangzhou, China, pada 13-17 Desember. Ajang ini adalah panggung persaingan dengan peserta terbatas, yaitu delapan wakil terbaik dari setiap nomor. Setiap negara pun dibatasi hanya boleh mengirim, maksimal, dua wakil dari masing-masing nomor.
Mereka yang akan tampil dalam turnamen dengan hadiah total Rp 38,7 miliar (naik Rp 15,5 miliar dari 2022) adalah para pemain yang memiliki poin rangking terbaik sepanjang 2023, termasuk juara dunia. Daftar peringkat untuk turnamen di pengujung tahun ini berbeda dengan rangking dunia yang poinnya dihitung selama 48 pekan ke belakang.
Berdasarkan 14 hasil terbaik dari turnamen BWF World Tour 2023, yang dijadikan patokan untuk menyusun rangking Final BWF, Apriyani/Fadia berada di peringkat kesembilan. Namun, mereka bisa lolos ke Hangzhou karena adanya peraturan maksimal dua wakil dari setiap negara untuk per nomor.
Pebulu tangkis ganda putri, Siti Fadia Silva Ramadhanti (kanan) dan Apriyani Rahayu, bergantian berlatih di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (6/12/2023).
Ganda putri ketiga dari China dan dan Jepang yang berada pada posisi delapan besar tak bisa bermain di Hangzhou. Dua tiket tersebut akhirnya menjadi milik pemain terbaik di bawah mereka, yaitu Apriyani/Fadia dan pasangan Thailand, Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai.
Setelah mengejutkan ganda putri top dunia sejak bersaing di ajang BWF pada Juni 2022, perjalanan yang harus dilalui Apriyani/Fadia menjadi lebih berat pada tahun berikutnya. Selain lawan yang makin memahami pola permainan mereka, Apriyani/Fadia berkali-kali terhadang cedera.
Selain lawan yang makin memahami pola permainan mereka, Apriyani/Fadia berkali-kali terhadang cedera.
Mereka sebenarnya menjalani awal musim dengan baik ketika menembus semifinal Malaysia Terbuka Super 1000, tetapi mereka harus menghentikan langkah karena cedera kaki yang dialami Fadia.
Baca juga: Apriyani/Fadia Harus Tetap Haus Gelar
Memasuki bulan ketiga dan seterusnya, Apriyani mengalami deraan cedera bahu kanan, lalu kaki. Total, Apriyani/Fadia empat kali mundur di tengah pertandingan. Selain semifinal Malaysia Terbuka, mereka terpaksa meninggalkan lapangan tanpa menyelesaikan laga di semifinal Swiss Terbuka, babak kedua Asian Games Hangzhou 2022 (yang digelar 2023), dan babak kedua China Masters. Akibat cedera kaki Apriyani pula, mereka batal tampil di Denmark Terbuka dan Kumamoto Masters.
Maka, agak sulit sebenarnya menilai performa ganda putri peringkat ketujuh dunia itu karena kendala cedera. Namun, kehidupan atlet memang tak lepas dari cedera, apa pun cabang olahraga yang ditekuni. Tubuh mereka ditempa program latihan berat dan sistematis, melebihi batas kemampuan masing-masing sejak kecil.
Cedera tersebut sulit dipulihkan dengan optimal karena Apriyani dan kawan-kawan dihadapkan pada jadwal turnamen yang lebih padat pada 2023. Apalagi, turnamen yang digelar pada 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024 berada pada masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Baca juga: Titik Balik Apriyani/Fadia
Mereka harus mendapat poin rangking sebesar mungkin dari setiap turnamen untuk membuka peluang lolos ke Paris. Beberapa pebulu tangkis di pelatnas Cipayung, Jakarta, bercerita, sering kali mereka harus berangkat untuk mengikuti turnamen meski baru tiba di Indonesia pada pekan yang sama. Turnamen yang harus diikuti semakin banyak jika pemain tak bisa mendapatkan hasil baik.
Sekitar sepekan sebelum berangkat ke Hangzhou untuk Final BWF, Apriyani bercerita bahwa cedera kaki kanan (awalnya dari betis, lalu ke lutut) sudah membaik. Faktor yang harus dia kendalikan adalah kekhawatiran cederanya akan kambuh kembali.
Pelatih ganda putri Eng Hian, saat memantau kondisi Apriyani untuk Final BWF menuturkan, cedera peraih medali emas ganda putri Olimpiade Tokyo 2020 (bersama Greysia Polii) itu tidak parah. ”Tetapi, jangan sampai menjadi parah. Jangan sampai mengejar poin besar tapi malah merugikan kondisi Apriyani ke depannya. Prioritas besar adalah Olimpiade 2024, turnamen lain adalah proses untuk mendapat poin rangking,” tutur Eng Hian.
Dengan adanya momen puncak kompetisi olahraga sedunia pada 26 Juli-11 Agustus 2024, Apriyani harus bisa menyeimbangkan antara kepentingan menambah poin dan menjaga kondisi tubuhnya. Puncak penampilan Apriyani/Fadia harus terjadi di Paris 2024.
Baca juga: Apriyani/Fadia Membayar ”Utang” dengan Kemenangan
Untuk Final BWF, dengan berdasarkan pada tipe permainan dan statistik pertemuan selama 2023, ada tiga pasangan yang paling menyulitkan Apriyani/Fadia. Mereka adalah pemain peringkat teratas dan kedua dunia, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan (China) dan Lee So-hee/Baek Ha-na (Korea Selatan), serta pemain Jepang rangking keempat, Nami Matsuyama/Chiharu Shida. Apriyani/Fadia lima kali kalah dari enam pertemuan dengan Chen/Jia (1-5) memiliki statistik pertemuan 1-3 dengan Lee/Baek, dan 1-2 dengan Matsuyama/Shida.
Chen/Jia mempertahankan performa mereka pada level terbaik dibandingkan ganda putri lainnya dalam empat tahun terakhir. Mereka meraih tujuh gelar juara pada 2023, salah satunya dari Kejuaraan Dunia.
Chen/Jia pun unggul dalam pertemuan dengan enam ganda putri lain yang akan bersaing di Final BWF 2023. Maka, mereka seharusnya bisa melewati fase penyisihan dengan menjadi juara grup. Fase awal yang menggunakan format round robin ini akan berlangsung dalam dua grup dengan undian yang akan dilakukan pada 11 Desember. Dua wakil berposisi teratas dari setiap grup berhak tampil di semifinal.
Di antara semua kompetitor, Lee/Baek bisa menjadi lawan terberat Chen/Jia. Mereka dua kali mengalahkan Chen/Jia dari enam pertemuan pada tahun ini, salah satunya saat China bertemu Korea Selatan pada final beregu putri Asian Games Hangzhou 2022. Di hadapan penonton yang hampir semuanya mendukung Chen/Jia, Lee/Baek menang dalam dua gim. Korea Selatan pun meraih medali emas.
Selain wajah-wajah lama, persaingan ganda putri diikuti satu pasangan debutan yang bisa menjadi kuda hitam, yaitu Liu Sheng Shu/Tan Ning (China). Pasangan berusia 19 dan 20 tahun ini menjalani debut di turnamen BWF World Tour pada tahun ini, tetapi membuat gebrakan dengan tujuh kali menembus final. Hasil terbaik mereka adalah ketika menjuarai Perancis Terbuka Super 750 dan salah satu pasangan yang disingkirkan adalah Chen/Jia pada babak kedua.
Hentikan China
Persaingan ganda campuran, yang tak diikuti pemain Indonesia, akan menjadi misi untuk menghentikan pemain China bagi peserta lain. Para kompetitor ganda China berasal dari Jepang, Korea Selatan, Thailand, Malaysia, dan Hong Kong.
Dari 15 penyelenggaraan sejak bernama Final BWF Super Series pada 2008, ganda campuran China delapan kali menjadi juara. Empat di antara delapan gelar itu diraih Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong yang tetap menjadi favorit juara tahun ini. Zheng/Huang, sang juara bertahan, meraih lima gelar juara, tiga di antaranya dari level Super 1000: Malaysia Terbuka, All England, dan Indonesia Terbuka.
Lawan terberat pasangan nomor satu dunia itu adalah rekan senegara, Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping, yang berpasangan sejak Oktober 2022. Dengan tujuh gelar juara, Feng/Huang menempati posisi teratas rangking Final BWF.
Pesaing kuat bagi duo China itu adalah juara Final BWF 2020 dan 2021, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai (Thailand), Yuta Watanabe/Arisa Higasihino (Jepang), dan pemain Korea Selatan yang membuat kejutan dengan menjadi juara dunia, Seo Seung-jae/Chae Yu-jung.