Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti meraih gelar pertama pada 2023 ketika menjuarai Hong Kong Terbuka. Gelar ini menjadi pelecut bagi mereka untuk berprestasi pada ajang yang lebih besar.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
HONG KONG, MINGGU — Perjalanan naik turun yang dilalui pada tahun ini memberikan banyak pelajaran bagi Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti hingga akhirnya mereka menjuarai turnamen Hong Kong Terbuka. Gelar pertama pada 2023 itu menjadi hasil positif yang mereka jaga sejak Kejuaraan Dunia dan menjadi pembakar semangat untuk ajang besar lainnya.
Apriyani/Fadia menjadi ganda putri pertama Indonesia yang menjuarai Hong Kong Terbuka BWF World Tour Super 500 setelah di final mengalahkan pemain Malaysia, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan. Pada pertandingan di Hong Kong Coliseum, Minggu (17/9/2023), Apriyani/Fadia menang dengan skor 14-21, 24-22, 21-9.
Selain Apriyani/Fadia, Indonesia juga mendapat gelar juara dari Jonatan Christie yang mengalahkan tunggal putra Jepang, Kenta Nishimoto, 12-21, 22-20, 21-18. Kesempatan Indonesia mendapat tambahan gelar ada di tangan ganda putra muda, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, tetapi mereka kalah dari Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark), 10-21, 24-22, 19-21.
Gelar juara di Hong Kong Terbuka menjadi yang pertama bagi Indonesia setelah selalu gagal dalam lima turnamen BWF World Tour terakhir dan Kejuaraan Dunia. Pemain terakhir yang menjuarai turnamen BWF World Tour adalah Chico Aura Dwi Wardoyo dari Taiwan Terbuka Super 300 pada 20-25 Juni.
Setelah itu, performa pemain-pemain Indonesia menurun, seperti yang dialami Apriyani/Fadia. Mereka pun lega ketika akhirnya bisa keluar dari masa sulit pada tahun ini secara perlahan.
”Saya bersyukur untuk gelar ini, sangat senang sampai sulit untuk berkata-kata. Sekiranya, ini bisa membuat kami terus percaya diri untuk meraih prestasi,” komentar Apriyani.
Kesulitan tak hanya dihadapi Apriyani/Fadia saat melawan Tan/Muralitharan di final. Mereka kehilangan gim pertama dan selalu tertinggal sampai menjelang akhir gim kedua, hingga akhirnya menang setelah bertanding selama 1 jam 13 menit.
Ganda putri Indonesia peringkat kedelapan dunia itu harus menanti hingga bulan kesembilan dan turnamen ke-13 untuk mendapat gelar pertama pada 2023. Jeda antara gelar juara Hong Kong Terbuka dengan sebelumnya, yaitu Singapura Terbuka 2022, berjarak 14 bulan.
Setelah menjalani debut pada Juni 2022 dengan hasil dua kali menjadi juara pada tahun tersebut, Apriyani/Fadia menjalani fase berbeda pada tahun ini. Mereka mulai kesulitan menembus babak-babak akhir turnamen. Ini terjadi karena ganda putri top dunia sudah bisa mengantisipasi permainan cepat Apriyani/Fadia.
Performa menurun menimbulkan dampak psikologis berbeda pada keduanya. Fadia mulai merasakan tekanan besar karena berstatus ganda putri nomor satu Indonesia. Adapun Apriyani, yang lebih senior, harus belajar menuntun Fadia untuk keluar tekanan.
Situasi tersebut, seperti diceritakan Apriyani sebelum tampil dalam Kejuaraan Dunia di Denmark, 21-27 Agustus, membuat dia dan Fadia kesulitan untuk menyatukan visi. ”Pernah ada momen saat kami justru ingin memperlihatkan diri bisa bermain lebih baik dibandingkan partner. Jadi, kami malah bersaing di lapangan,” tutur Apriyani.
Jeda sekitar sebulan antara Indonesia Terbuka dan Jepang Terbuka, pada pertengahan Juni hingga Juli, dimanfaatkan Apriyani/Fadia untuk memperbaiki semua faktor agar bisa konsisten di jajaran elite ganda putri dunia. Pelatih memberikan program latihan fisik dan teknik yang lebih keras dari biasanya, dengan jadwal latihan tiga kali setiap harinya.
Selain itu, Apriyani dan Fadia menata serta menyatukan kembali motivasi. Mereka membuka hati untuk saling memahami karakter masing-masing.
Semua upaya itu diterapkan pada turnamen Jepang dan Australia Terbuka sebagai dua turnamen pertama setelah Indonesia Terbuka. Apriyani dan Fadia memperlihatkan kembali semangat juang yang tinggi meski belum tampak pada hasil karena kalah pada babak pertama di Jepang dan babak kedua di Australia.
Baru dalam Kejuaraan Dunia, peraih medali emas SEA Games Vietnam 2021 itu bisa bertahan hingga ke final. Penghalang mereka menjadi juara adalah solidnya permainan ganda putri nomor satu dunia asal China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.
Kami senang, tapi kami harus tetap haus akan gelar juara, jangan mudah puas. Momentum baik ini harus dipertahankan dengan performa yang konsisten.
Momen Kejuaraan Dunia itu menjadi pemecah kebuntuan Apriyani/Fadia. Mereka mencapai perempat final China Terbuka dan menjuarai Hong Kong Terbuka dalam dua pekan terakhir. ”Kami senang, tapi kami harus tetap haus akan gelar juara, jangan mudah puas. Momentum baik ini harus dipertahankan dengan performa yang konsisten,” tutur Fadia.
Komentar Fadia tersebut menjadi pengingat bagi diri sendiri karena banyak tantangan lebih besar menanti, salah satunya dalam Asia Games Hangzhou 2022 yang akan berlangsung 23 September-8 Oktober.
Kompetisi ganda putri pada persaingan atlet bulu tangkis yang akan berlangsung 28 September-7 Oktober itu tersebut akan lebih ketat. Ini karena pasangan yang absen di Hongkong Terbuka akan turut bersaing. Mereka di antaranya Chen/Jia, Baek Ha-na/Lee So-hee, dan Kim So-yeong/Kong Hee-yong.
Pantang menyerah
Dengan kemenangan yang didapat atas Nishimoto di final, Jonatan pun mendapat dua gelar pada tahun ini. Gelar pertama didapat dari Indonesia Masters, pada Januari.
Seperti Apriyani/Fadia, Jonatan memenangi final setelah kehilangan gim pertama dan tertinggal pada gim kedua. Nishimoto, yang mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting pada semifinal, bahkan tinggal membutuhkan tiga poin saat unggul 18-16 pada gim kedua.
Namun, Jonatan bertahan, termasuk dalam persaingan yang lebih ketat pada gim ketiga. ”Kunci kemenangan saya adalah pantang menyerah karena Nishimoto adalah pemain yang sangat ulet. Ginting yang sudah bermain menyerang dengan bagus pun, tidak bisa menembus pertahanannya,” kata Jonatan.