Indonesia kehabisan wakil pada turnamen bulu tangkis China Terbuka. Jonatan Christie, satu-satunya wakil Indonesia pada semifinal, kalah dari Viktor Axelsen.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
CHANGZHOU, SABTU — Jonatan Christie mendapat tiga kesempatan bertemu Viktor Axelsen pada 2023, tetapi belum bisa mengalahkan pebulu tangkis tunggal putra nomor satu dunia itu. Dalam tiga pertemuan tersebut, Jonatan baru bisa mengimbangi permainan Axelsen masing-masing pada satu gim.
Hal itu pula yang terjadi saat Jonatan berhadapan dengan Axelsen pada semifinal turnamen China Terbuka. Di Changzhou Olympic Sports, Sabtu (9/9/2023), Jonatan kalah dengan skor 17-21, 14-21. Dengan kekalahan tersebut, Indonesia pun tak memiliki lagi wakil pada turnamen berlevel BWF World Tour Super 1000 itu.
Persaingan Jonatan dan Axelsen di Changzhou menjadi pertemuan ketiga pada tahun ini dan Jonatan selalu kalah dalam dua gim. Persamaan lainnya, tunggal putra nomor dua Indonesia itu hanya bisa menyaingi Axelsen pada satu gim.
Jonatan kalah pada semifinal India Terbuka Super 750, Januari, dengan skor 6-21, 12-21. Setelah itu, dia kalah pada final Jepang Terbuka Super 750, Juli, 7-21, 18-21.
Dari hasil-hasil tersebut, terutama di Jepang Terbuka, pelatih tunggal putra pelatnas bulu tangkis Irwansyah menilai, Jonatan tidak bisa mempertahankan pola main yang sudah benar. Pemain peringkat kesembilan dunia tersebut beberapa kali mengubah cara main meski tidak dibutuhkan.
Di Changzhou, Jonatan bisa mengimbangi Axelsen pada gim pertama. Selisih skor di antara mereka lebih sering hanya satu poin, sebelum Axelsen akhirnya unggul cepat pada poin-poin akhir.
Harusnya saya bisa memanfaatkan gim pertama, tetapi saya justru banyak membuat kesalahan. Viktor dapat poin mudah karena saya kurang sabar. Padahal, kalau melawan Viktor, satu poin itu sangat berharga. Itu pelajaran bagi saya kalau bertemu dia lagi.
”Harusnya saya bisa memanfaatkan gim pertama, tetapi saya justru banyak membuat kesalahan. Viktor dapat poin mudah karena saya kurang sabar. Padahal, kalau melawan Viktor, satu poin itu sangat berharga. Itu pelajaran bagi saya kalau bertemu dia lagi,” komentar Jonatan. Mereka berpeluang bertemu lagi pada perempat final Hong Kong Terbuka, pekan depan.
Hasil yang didapat skuad Indonesia di China Terbuka ini berbeda dengan pemain-pemain Korea Selatan, Jepang, dan tuan rumah yang bisa memanfaatkan kesempatan mendapat poin peringkat tinggi pada masa kualifikasi Olimpiade Paris 2024 ini. Periode pengumpulan poin tersebut berlangsung pada 1 Mei 2023 hingga 28 April 2024.
China, misalnya, menempatkan Lu Guang Zu, yang menjadi lawan Axelsen pada final tunggal putra, dan ganda putri, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Chen/Jia mencapai final ini setelah menjadi juara dunia, dua pekan lalu.
Ganda campuran, Seo Seung-jae/Chae Yu-jung (Korea Selatan), juga mendapat kesempatan mendapat gelar setelah menjadi juara dunia. Mereka akan berhadapan dengan pemain Perancis, Thom Gicquel/Delphine Delrue.
Juara dunia asal Korea Selatan lainnya, An Se-young, membuka peluang meraih gelar kesembilan tahun ini. Tunggal putri nomor satu dunia itu akan berhadapan dengan salah satu rival beratnya, Akane Yamaguchi (Jepang).
Kurang percaya diri
Pelatih ganda putra pelatnas bulu tangkis Indonesia Aryono Miranat memberi penilaian terhadap penampilan Fajar Alfian dan kawan-kawan secara umum selama tampil di China Terbuka. Nomor yang selama ini menjadi andalan bulu tangkis Indonesia tersebut turut terpuruk bersama nomor lain, termasuk di China.
Dari lima pasangan, tiga di antaranya tersingkir pada babak pertama. Mereka adalah Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dan pasangan nomor satu dunia, Fajar/Muhammad Rian Ardianto.
Hasil terbaik nomor ini di China adalah perempat final yang dicapai satu pasangan, yaitu Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri. Itu pun dicapai setelah mengalahkan rekan latihan mereka di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan.
Aryono menggarisbawahi faktor kepercayaan diri pemain yang membuat performa mereka menurun. ”Sebab, konsistensi permainan itu bisa muncul jika pemain dalam kondisi percaya diri,” kata Aryono.
Selain tampil tanpa kepercayaan diri yang menjadi kekurangan secara umum pada skuad ganda putra Indonesia, setiap pasangan memiliki kekurangan masing-masing. Leo/Daniel, misalnya, dinilai kurang ngotot setiap kali bertanding. Adapun Pramudya/Yeremia harus memperbaiki sisi komunikasi.
”Semangat juang Bagas/Fikri mulai muncul lagi. Namun, mereka harus lebih konsisten dalam sisi permainan. Fikri harus lebih bisa menguasai area depan dan Bagas, dengan pukulan kerasnya, bisa menjadi senjata di belakang. Di sisi lain, unforced error mereka juga harus dikurangi,” tutur Aryono.
Khusus untuk Fajar/Rian, menurunnya kerpercayaan diri mereka terkait dengan performa yang menurun sejak pertengahan tahun. Aryono juga menilai, mereka tak bisa menanggung beban sebagai ganda putra nomor satu dunia.
”Saya akan coba membangkitkan mental bertanding mereka. Jiwa tidak mau kalahnya harus keluar lagi,” kata Aryono.