Fajar Alfian/Muhamamad Rian Ardianto lagi-lagi tersingkir pada penampilan pertama turnamen. Setelah Kejuaraan Dunia di Denmark, dua pekan lalu, kali ini, mereka tersingkir pada langkah awal di China Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
CHANGZHOU, SELASA - Setelah empat bulan periode kualifikasi Olimpiade Paris 2024 berjalan, performa Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto mengkhawatirkan dalam dua ajang besar terakhir. Ini menjadi alarm bahaya karena mereka akan menghadapi tekanan makin berat mendekati Olimpiade.
Fajar/Rian tersingkir pada babak pertama turnamen China Terbuka BWF World Tour Super 1000 di Changzhou Olympic Sports Centre, Selasa (5/9/2023). Mereka menjadi salah satu peserta yang harus menjalani big match babak pertama karena bertemu Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen yang menjadi finalis Kejuaraan Dunia di Denmark, 21-27 Agustus.
Label pertandingan berat pada babak pertama sebenarnya tak hanya dialami Fajar/Rian, lawan pun demikian. Pasangan Denmark berperingkat kesembilan dunia itu mendapat hasil turnamen lebih buruk dari Fajar/Rian sebelum Kejuaraan Dunia. Apalagi, Fajar/Rian memiliki posisi lebih tinggi dalam daftar ranking dunia, yaitu urutan teratas.
Sejak awal tahun, Astrup/Rasmussen lebih sering tersingkir pada babak pertama atau kedua sebelum menjadi juara Eropa, lalu menjuarai Kanada Masters, pada Juli. Sementara, Fajar/Rian memperoleh dua gelar juara dari turnamen Super 1000, yaitu Malaysia Terbuka dan All England. Namun, performa Fajar/Rian tak sesolid dan seagresif pada tiga bulan pertama tahun ini.
Puncak dari penurunan performa itu terjadi ketika mereka tersingkir pada babak kedua Kejuaraan Dunia setelah dikalahkan Lee Jhe Huei/Yang Po Hsuan (Taiwan) dalam dua gim. Padahal, itu menjadi penampilan pertama Fajar/Rian setelah mendapat bye di babak pertama.
Dua pekan berselang, performa mereka tak juga membaik. Astrup/Rasmussen mengalahkan Fajar/Rian dengan skor 19-21, 19-21. Di raut wajah, terlihat rasa tak percaya diri mereka, apalagi setelah membuat kesalahan. Dengan hasil itu, Fajar/Rian pun tak bisa memenangi satu gim pun dalam dua kejuaraan terakhir mereka.
Pelatih ganda putra Aryono Miranat, yang mendampingi di lapangan, menilai, turunnya kepercayaan diri menjadi problem yang dihadapi Fajar/Rian dan sebagian besar ganda putra Indonesia lainnya pada saat ini. Di lapangan, faktor itu berpengaruh pada pukulan-pukulan yang tak akurat.
Rian tak ingin dinilai kalau dia kurang percaya diri. “Kami mencoba bermain lepas, tanpa memikirkan hal lain. Hanya saja, saat bermain tadi, kami tidak bisa keluar dari tekanan lawan dan kurang sabar,” tutur Rian.
Sementara, Fajar menyadari dampak dari performa mereka yang menurun dan harus segera mendapatkan solusinya. “Faktor non teknis harus kami evaluasi. Beberapa kali kalah di babak pertama pasti membuat lawan lebih percaya diri untuk bertemu kami,” kata Fajar.
Upaya untuk bangkit itu bisa dipraktikkan pada turnamen terdekat setelah China Terbuka, yaitu Hongkong Terbuka pada 12-17 September. Selain Fajar/Rian, turnamen berlevel Super 500 itu, juga, menjadi kesempatan pemain Indonesia lainnya yang tersingkir pada babak pertama di China.
Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin kalah dari pasangan tuan rumah, Liang Wei Keng/Wang Chang, 15-21, 18-21. Ini juga termasuk “laga panas” babak pertama karena Leo/Daniel berperingkat ke-11 dunia dan Liang/Wang di posisi ketiga.
Mereka adalah bintang muda yang bersaing sejak masa yunior. Leo/Daniel menjadi juara dunia yunior 2019 dengan mengalahkan Wang yang saat itu berpasangan dengan Di Zijian. Namun, ketika naik kelas dari yunior, prestasi Wang lebih melesat, apalagi setelah dipasangkan dengan Liang sejak 2022.
Gregoria Mariska Tunjung juga tersingkir pada babak pertama. Perempat finalis Kejuaraan Dunia yang ditempatkan sebagai unggulan kedelapan ini tak bisa mengimbangi kecepatan permainan Nguyen Thuy Linh (Vietnam) hingga kalah 15-21, 14-21.
Wakil Indonesia yang harus menjalani big match pada babak pertama dan menang adalah Jonatan Christie. Dia mengalahkan wakil tuan rumah, Weng Hong Yang, yang mendapat dukungan penonton di stadion dengan skor 22-20, 19-21, 21-10.
Sebelum pertandingan itu, Jonatan tertinggal 1-2. Salah satu kekalahan terjadi dengan telak pada babak pertama All England, 6-21, 11-21. Namun, setelah itu, pemain Indonesia peringkat kesembilan dunia itu menang dalam dua pertemuan berikutnya, termasuk di China Terbuka.
Rekannya, Anthony Sinisuka Ginting, akan menghadapi tantangan tak kalah berat pada babak pertama, Rabu. Anthony akan menghadapi Kanta Tsuneyama yang “hanya” berperingkat ke-17. Tetapi, tunggal putra Indonesia ranking kedua dunia itu kalah dua gim pada pertemuan terakhir, yaitu pada babak pertama Jepang Terbuka, dua bulan lalu.
Pertandingan itu, juga, akan menjadi tes bagi Anthony untuk bersikap tegar setelah ibundanya meninggal dunia pada 9 Agustus. Setelah mengundurkan diri dari Kejuaraan Dunia, China Terbuka menjadi turnamen pertama Anthony sejak awal Agustus.