Gregoria Mariska Tunjung mengalami peningkatan performa pada 2023. Kemampuannya akan diuji dalam Final BWF World Tour.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Sejak beranjak dari yunior ke level yang lebih tinggi, Gregoria Mariska Tunjung meraih momen-momen terbaik pada 2023. Dia pun belajar mengatasi ekspektasi tinggi orang lain, termasuk untuk turnamen Final BWF World Tour yang hanya diikuti delapan pemain terbaik sepanjang tahun.
Dalam turnamen di Hangzhou, China, 13-17 Desember, Gregoria akan bersaing dengan tujuh tunggal putri lain yang berpenampilan terbaik selama 2023. Berada di antara para pesaing itu adalah An Se-young (Korea Selatan), Chen Yu Fei (China), dan Tai Tzu Ying (Taiwan). Pemain Jepang, Akane Yamaguchi, yang menjadi bagian dari ”Big Four” tunggal putri bersama An, Chen, dan Tai absen karena cedera.
Dari undian pembagian grup yang akan dilakukan pada 11 Desember, kedelapan pemain akan memulai persaingan dengan format round robin. Dua peringkat teratas dari dua grup akan melanjutkan perjalanan ke semifinal.
Gregoria, yang untuk kedua kali beruntun lolos ke Final BWF, menargetkan bisa mencapai semifinal. Pada Final BWF 2022 di Bangkok, Thailand, dia sebenarnya bermain baik ketika undian menempatkannya dengan tiga jagoan, yaitu An, Yamaguchi, dan Chen. Dengan level performa yang masih berada di bawah mereka, Gregoria bermain tiga gim melawan setiap pemain.
Bekal untuk bersaing di Final BWF kali ini lebih baik. Untuk pertama kalinya, Gregoria menjuarai turnamen BWF World Tour, yaitu di Spanyol Masters Super 300 pada April. Dia menambahnya pada level Super 500 saat bertanding di Kumamoto Masters, pertengahan November.
Pemain berusia 24 tahun itu juga bisa mengalahkan pemain-pemain top dunia, seperti Chen, Yamaguchi, dan Carolina Marin. Peningkatan performa dan hasil ini menempatkannya pada peringkat 10 besar dunia untuk pertama kalinya dan berada di peringkat ketujuh berdasarkan daftar peringkat terakhir BWF pada 5 Desember.
Pemain berusia 24 tahun itu juga bisa mengalahkan pemain-pemain top dunia, seperti Chen, Yamaguchi, dan Carolina Marin.
Pada satu sisi, posisi itu menguntungkan Gregoria karena bisa menjadi pemain unggulan di turnamen. Dengan status itu, dia lebih sering terhindar dari lawan berat di babak pertama.
Namun, juara dunia yunior 2017 itu juga menyadari bahwa pemain lain semakin mewaspadainya. Ini menjadi sisi lain dari performanya yang lebih baik, yaitu tantangan semakin besar.
Bagi Gregoria, yang berkembang lebih terlambat dibandingkan Yamaguchi atau An, hasil yang didapat pada tahun ini cukup bagus. Pelatih tunggal putri pelatnas bulu tangkis, Indra Widjaja, menilai, Gregoria layak tampil di Final BWF karena itu merupakan hasil usahanya sendiri.
Dia telah membuktikan, kerja kerasnya memberi hasil positif. Dengan perjalanan yang dilaluinya pada tahun ini, Gregoria ingin menempati posisi dua terbaik dalam penyisihan grup di Hangzhou agar bisa tampil di semifinal.
Namun, Gregoria tak ingin percaya diri berlebihan. Dia menilai penampilannya selama 2023 dengan skor 7,5 dalam rentang 1-10.
”Karena aku masih kalah di babak pertama. Selama ini, saat performa turun, memang ada kendala fisik yang terasa. Selain itu, pastinya lawan juga bagus,” kata Gregoria.
Setelah mencapai final Malaysia Masters, Mei, dia tak bisa melewati babak kedua dalam tiga turnamen berikutnya.
Indra menilai, level permainan Gregoria sebenarnya sudah setara dengan An dan kawan-kawan. Hanya saja, Gregoria belum bisa menjaga konsistensi level permainan itu, terutama jika dihadapkan pada turnamen beruntun.
”Saat mengikuti turnamen secara beruntun, tidak hanya fisik yang lelah, tetapi mental juga. Rasa jenuh pasti muncul saat ikut turnamen panjang. An Se-young, Akane, dan pemain top lain bisa menjaga mental mereka hingga mainnya konsisten di level atas. Gregoria masih harus belajar untuk menjadi seperti itu,” tutur Indra.
Penasaran An Se-young
Di tengah kemampuan Gregoria yang secara perlahan bisa mengalahkan pemain-pemain top dunia, masih ada rasa penasaran karena dia belum bisa mengalahkan An dan Tai. Gregoria selalu kalah dalam lima pertemuan dengan An dan delapan pertemuan dengan Tai.
Dia masih kalah ulet dengan An yang meraih 10 gelar juara dari 16 kejuaraan pada 2023, termasuk Kejuaraan Dunia. Performanya bagaikan Viktor Axelsen yang mendominasi persaingan tunggal putra pada 2022. Dari 76 pertandingan, An hanya enam kali kalah, yaitu dari Chen, Yamaguchi, dan Wang Zhi Yi.
Tai adalah pemain istimewa karena memiliki pukulan yang sulit ditebak. Pemain yang memiliki gelar doktor dalam bidang pelatihan olahraga ini adalah yang paling berpengalaman di antara peserta lain. Dia tiga kali menjuarai Final BWF dari enam final, termasuk ketika ajang ini bernama Final BWF Super Series pada 2008-2017. Gelar lain didapat pada 2020.
Seandainya pertemuan dengan Tai terjadi di Hangzhou, Gregoria memiliki peluang untuk mengubah delapan kekalahan yang selalu berlangsung straight games. Pemain Taiwan peringkat empat dunia itu tak berada dalam performa terbaik tahun ini dengan hanya menjuarai satu turnamen, yaitu di Taiwan Terbuka.
Dalam dua turnamen terakhir sebelum Final BWF, Tai juga tak tampil maksimal. Dia tak menyelesaikan perempat final lawan Zhang Beiwen di Kumamoto Masters dan ketika menghadapi Zhang Yi Man (China) pada babak kedua China Masters karena cedera.
Namun, siapa pun lawan yang akan bersaing dalam fase penyisihan grup, Gregoria akan mencurahkan fokus pada setiap pertandingan terdekat. Apalagi, format persaingan tersebut bisa ”menjebak” jika pemain lengah. Dengan persaingan yang mempertemukan semua peserta dengan peserta lain dalam satu grup, setiap kemenangan hingga poin yang didapat akan menentukan posisi dalam klasemen.
”Aku harus fokus, termasuk setelah menang atau kalah karena masih ada pertandingan yang harus dijalani. Kalau menang, tidak boleh lengah, kalau kalah harus tetap bisa menikmati pertandingan berikutnya,” tutur Gregoria.