Iga Swiatek mengukuhkan diri sebagai petenis tunggal putri terbaik 2023 setelah menjuarai turnamen Final WTA di Cancun.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
Perjalanan Iga Swiatek dalam kompetisi tenis profesional tahun ini tak semulus 2022 ketika dia meraih delapan gelar juara. Namun, ketangguhan mental dan kerja sama yang solid dalam tim membawanya berdiri lebih tinggi dibandingkan petenis lain pada akhir musim kompetisi 2023.
Pada awal tahun, hasil babak keempat Grand Slam Australia Terbuka lebih buruk dibandingkan ketika dia mencapai semifinal pada 2022. Setelah itu, Swiatek gagal mempertahankan gelar juara dari WTA 1000 Dubai dan Indian Wells. Dia pun absen di Miami, turnamen level WTA 1000 lainnya yang dijuarai pada tahun lalu.
Dari empat gelar WTA 1000 yang didapat pada 2022, kali ini petenis Polandia itu hanya mendapat satu trofi juara, yaitu dari Beijing. WTA 1000 adalah turnamen untuk petenis putri profesional dengan level tinggi. Hanya turnamen Final WTA, dengan peserta delapan petenis terbaik, yang berada di atas WTA 1000.
Di ajang Grand Slam, Swiatek bisa mempertahankan gelar Perancis Terbuka, tetapi tak bisa melakukannya di Amerika Serikat Terbuka. Dia disingkirkan Jelena Ostapkenko pada babak keempat.
Namun, motivasinya tak surut meski kehilangan beberapa gelar juara di turnamen besar. Setelah AS Terbuka, Swiatek 12 kali menang dari 13 pertandingan. Sebanyak 11 dari kemenangan itu didapat dengan straight sets.
Selain dari WTA 1000 Beijing, kemenangan itu menghasilkan gelar Final WTA bagi petenis berusia 22 tahun tersebut. Tahun ini, turnamen penutup musim kompetisi itu berlangsung di Cancun, Meksiko, pada 29 Oktober-6 November.
Final WTA seharusnya berlangsung hingga 5 November, tetapi diperpanjang sehari akibat banyak pertandingan ditunda karena cuaca. Stadion temporer, The Estadio Paradisus, dibangun hanya sekitar 500 meter dari Laut Karibia pada satu sisi dan Laguna Nicupte pada sisi lain. Bermain di stadion berkapasitas 4.000 penonton itu bagai bermain tenis di tengah badai karena angin kencang dan hujan deras, apalagi tempat itu tak memiliki atap.
Meski demikian, Swiatek bisa mengatasi tantangan lebih baik dibandingkan tujuh tunggal putri lain yang berperforma terbaik sepanjang tahun ini. Dia memenangi tiga pertandingan penyisihan grup, semifinal, dan final dengan straight set.
Dalam tiga kemenangan, petenis Polandia itu membuat skor bagel, yaitu 6-0, salah satunya saat melawan Jessica Pegula di final, Senin (6/11/2023) sore waktu setempat atau Selasa dini hari waktu Indonesia. Swiatek menang dengan skor 6-1, 6-0.
Kemenangan tersebut tak hanya membuat Swiatek menjuarai Final WTA untuk pertama kalinya, dia juga dipastikan menjadi petenis nomor satu dunia pada akhir tahun ini, naik dari peringkat kedua. Swiatek mengungguli Aryna Sabalenka yang bisa bertahan di puncak peringkat seandainya Swiatek kalah dari Pegula di final.
Swiatek, yang menjadi petenis nomor satu dunia sejak April 2022, digeser Sabalenka ke urutan kedua sejak 11 September 2023 atau setelah Swiatek tersingkir pada babak keempat AS Terbuka. Di sisi lain, Sabalenka naik ke posisi teratas berkat penampilan konsisten pada ajang besar dengan mencapai semifinal pada semua Grand Slam yang menghasilkan gelar juara Australia Terbuka.
Meski peluang kembali ke puncak peringkat lebih tipis dibandingkan Sabalenka dalam mempertahankan posisinya, Swiatek bisa melakukannya. Dia mendapatkannya dengan mengarahkan fokus melalui jalan lain, yaitu berusaha menunjukkan performa terbaik pada setiap pertandingan di Cancun.
Pemilik empat gelar juara Grand Slam itu berusaha bersabar meski faktor cuaca membuat dia dan semua petenis lebih banyak melakukan kesalahan. Penggemar Rafael Nadal itu mengalahkan tiga petenis juara Grand Slam pada tahun ini, yaitu Cori ”Coco” Gauff (juara AS Terbuka) dan Marketa Vondrousova (Wimbledon) pada penyisihan grup, serta Sabalenka (Australia Terbuka) di semifinal.
Dia membawa kepercayaan diri berkat kemenangan itu, sekaligus sikap waspada ketika memasuki lapangan untuk melawan Pegula. Petenis AS ini berada pada performa terbaik di Cancun dengan hasil tak terkalahkan sejak penyisihan grup. Selain itu, Swiatek juga dua kali kalah dari tiga pertemuan dengan Pegula pada tahun ini.
Akan tetapi, dengan pergerakan kaki yang cepat dan permainan yang agresif dari baseline, Swiatek mematahkan servis Pegula pada gim keempat set pertama hingga unggul 3-1. Swiatek mempertahankan momentum permainannya hingga set kedua yang membuat Pegula kesulitan untuk mengimbanginya. Swiatek menang setelah bertanding selama 59 menit.
Saya mendapat dukungan yang sangat besar dari tim dan saya yakin, kami bisa mendapatkan banyak hasil baik jika terus bekerja keras.
”Saya dan tim banyak mengalami naik-turun pada tahun ini, tetapi yang ini, tentu menjadi momen saat naik. Saya mendapat dukungan yang sangat besar dari tim dan saya yakin, kami bisa mendapatkan banyak hasil baik jika terus bekerja keras,” tutur Swiatek, yang menjadi juara Final WTA termuda sejak Petra Kvitova juara pada 2011. Saat itu, Kvitova juara pada usia 21 tahun.
Setiap kali diwawancara setelah pertandingan, Swiatek selalu menggunakan kata ”kami” untuk mengganti ”saya”. Menurutnya, semua prestasi yang didapat adalah hasil kerja keras dia dan tim pendukungnya, seperti pelatih fisik dan teknik, serta psikolog.
Keberadaan mereka pula yang membuatnya bangkit setelah kehilangan status sebagai petenis nomor satu dunia. Swiatek mengakui bahwa dia selalu memikirkan hal itu. Maka, kesempatan bermain di Final WTA dinilainya sebagai peluang untuk menunjukkan ketahanan mental menghadapi semua momen yang telah dilewati. Apalagi, tantangan bermain di Cancun berlipat dengan adanya faktor cuaca yang tak dapat dikendalikan.
Atas solidnya penampilan Swiatek, Pegula pun memujinya. ”Iga bermain sangat solid. Dia ‘menghancurkan’ lawannya seperti hari ini. Itu menandakan bahwa Iga sangat menginginkan berada pada ranking tertinggi,” komentar Pegula yang juga bermain pada ganda putri bersama Coco.
Meski lebih banyak tergelincir pada perjalanan tahun ini dibandingkan 2022, Swiatek menunjukkan kelebihannya dari para kompetitornya, yaitu ketangguhan mental. Dia pun bisa berdiri lagi di posisi paling tinggi pada akhir 2023. (AP/AFP)