Meski masih di peringkat kedua dunia, Iga Swiatek berpeluang menjadi yang teratas akhir 2023 dengan lolos ke semifinal turnamen Final WTA di Cancun, Meksiko.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
CANCUN, RABU — Kemenangan atas juara Grand Slam Amerika Serikat Terbuka, Cori ”Coco” Gauff, menjaga dua peluang yang dimiliki Iga Swiatek menjelang akhir musim kompetisi 2023. Swiatek berpeluang menjuarai turnamen Final WTA untuk pertama kalinya, sekaligus menjadi petenis tunggal putri nomor satu dunia pada akhir tahun.
Swiatek bisa menjuarai WTA Final, yang belum pernah dilakukannya, setelah menjadi petenis pertama dari Grup Chetumal yang lolos ke semifinal. Kepastian lolosnya petenis Polandia ini ditentukan melalui kemenangan atas Coco dengan skor 6-0, 7-5 di Cancun, Meksiko, pada Rabu (1/11/2023) sore waktu setempat atau Kamis pagi waktu Indonesia. Pada pertandingan lain di grup yang sama, Ons Jabeur menang atas Marketa Vondrousova 6-4, 6-3.
Hasil pada laga kedua dari empat petenis tersebut menempatkan Swiatek pada urutan teratas klasemen sementara, diikuti Coco dan Jabeur, masing-masing, dengan sekali menang dan sekali kalah. Adapun Vondrousova, yang selalu kalah dalam dua pertandingan, berada di urutan keempat.
Apa pun hasil Swiatek melawan Jabeur pada Jumat tak akan mengubah posisinya di dua peringkat teratas grup sebagai syarat lolos ke semifinal. Sementara satu tiket semifinal lainnya bisa menjadi milik Coco atau Jabeur.
Dari persaingan empat petenis lain di Grup Bacalar, Jessica Pegula menjadi petenis pertama yang lolos ke semifinal. Dua petenis yang akan berhadapan pada pertandingan Kamis (Jumat pagi waktu Indonesia), Aryna Sabalenka dan Elena Rybakina, akan memperebutkan status semifinalis lain dari Grup Bacalar.
Final WTA, yang merupakan turnamen besar di pengujung musim kompetisi, diikuti delapan wakil, masing-masing di tunggal dan ganda putri. Mereka bersaing dalam dua grup dengan format round robin untuk menentukan dua petenis peringkat teratas yang berhak tampil di semifinal.
Selain memperebutkan gelar juara, Swiatek dan Sabalenka bersaing untuk menjadi petenis nomor satu dunia pada akhir 2023 melalui turnamen dengan hadiah total Rp 142,8 miliar tersebut. Jika juara, Swiatek bisa mendapatkan status tersebut seperti pada 2022. Akan tetapi, posisinya akan bergantung pada hasil yang didapat Sabalenka.
Berbeda dengan delapan dari sembilan pertemuan sebelumnya, persaingan Swiatek dengan Coco di Cancun menjadi perjumpaan dua juara Grand Slam. Swiatek memiliki empat gelar yang diawali dengan menjadi juara di Perancis Terbuka 2020. Sementara Coco adalah juara AS Terbuka 2023.
Setelah memenangi set pertama dengan mudah, Swiatek mendapat perlawanan lebih ketat dari Coco. Petenis AS berusia 19 tahun itu mematahkan servis Swiatek lebih dulu hingga unggul 4-2. Coco mempertahankan servisnya pada gim keenam setelah bersaing selama 12 menit pada gim tersebut.
Saya senang bisa keluar dari masalah pada gim terakhir. Mungkin, kuncinya adalah tetap percaya diri dan tidak fokus pada skor.
Coco pun mendapat kesempatan untuk memperpanjang pertandingan menjadi tiga set saat mendapat kesempatan serving for the set pada keunggulan 5-4. Akan tetapi, servis yang menjadi kelemahan Coco muncul pada momen yang tak diharapkan.
Dia membuat empat double fault secara beruntun hingga skor menjadi 5-5. Coco membanting raket sesaat setelah bola dari servisnya tak menyeberangi net. Sambil berjalan ke kursi, dia melempar raket untuk menggantinya.
Upaya penggantian raket itu tak membuahkan hasil. Swiatek menang dengan memenangi tiga gim secara beruntun.
Namun, ada kesamaan pada penampilan kedua petenis itu. Mereka kesulitan bermain dengan kondisi angin kencang. Coco membuat 31 unforced error, jauh lebih sedikit dibandingkan dengan enam winner-nya. Adapun Swiatek membuat 11 winner, hanya setengah dari unforced error-nya.
”Saya senang bisa keluar dari masalah pada gim terakhir. Mungkin, kuncinya adalah tetap percaya diri dan tidak fokus pada skor. Saya berusaha tetap fokus pada cara bermain seperti yang diterapkan pada gim pertama,” tutur Swiatek.
Pada turnamen tenis putra dalam ATP Masters 1000 Paris, unggulan teratas, Novak Djokovic, memelihara peluang untuk mempertahankan posisinya sebagai petenis nomor satu dunia akhir 2023. Dia melaju ke babak ketiga dengan mengalahkan Tomas Martin Etcheverry 6-3, 6-2.
Djokovic bersaing dengan Carlos Alcaraz dan Daniil Medvedev, petenis ranking kedua dan ketiga dunia, untuk menempati puncak peringkat dunia pada akhir tahun. Petenis Serbia itu memiliki peluang terbesar karena Alcaraz dan Medvedev tersingkir pada babak kedua. Medvedev kalah dari Grigor Dimitrov 3-6, 7-6 (4), 6-7 (2), pada Rabu, adapun Alcaraz disingkirkan petenis kualifikasi, Roman Safiullin, sehari sebelumnya.
Penampilan di Paris menjadi yang pertama bagi Djokovic setelah membela Serbia pada kejuaraan beregu putra, Piala Davis, pertengahan September.
”Orang-orang di sekeliling bercerita bahayanya tak bermain selama beberapa pekan. Saya menyadari itu. Saya gugup ketika memasuki lapangan. Meski punya banyak pengalaman, saya harus beradaptasi pada atmosfer baru di setiap pertandingan,” kata Djokovic yang akan berhadapan dengan Tallon Griekspoor pada babak ketiga. (AFP/Reuters)