Delapan petenis putri terbaik akan bersaing memperebutkan gelar juara turnamen akhir tahun Final WTA. Dua di antaranya, Sabalenka dan Swiatek, juga akan berebut status petenis nomor satu dunia akhir tahun.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
CANCUN, MINGGU — Final WTA 2023, turnamen yang hanya diikuti petenis-petenis putri terbaik sepanjang musim, akan menjadi panggung perebutan gelar juara sekaligus pemuncak ranking dunia pada akhir tahun. Di antara delapan petenis terbaik tunggal putri, Aryna Sabalenka dan Iga Swiatek memiliki dua peluang itu.
Sabalenka, yang tampil konsisten pada empat Grand Slam tahun ini, berada di puncak peringkat dunia sejak 11 September untuk menggeser posisi Swiatek ke urutan kedua. Namun, kedua petenis masih bisa bertukar tempat melalui persaingan Final WTA di Cancun, Meksiko, 29 Oktober-5 November.
Turnamen yang digelar sejak 1972 ini adalah ajang penutup musim yang hanya diikuti petenis terbaik dari turnamen WTA Tour pada musim yang bersangkutan. Persaingan diikuti delapan tunggal putri dan delapan pasang ganda putri yang dimulai dengan format round robin pada penyisihan yang dibagi dalam dua grup. Mereka yang menempati peringkat dua teratas setiap grup berhak tampil di semifinal dengan sistem silang, yaitu juara grup bertemu peringkat kedua dari grup berbeda.
Di Cancun, Sabalenka bersaing dengan Elena Rybakina, Jessica Pegula, dan Maria Sakkari di Grup Bacalar. Sementara empat petenis lain, yaitu Swiatek, Cori ”Coco” Gauff, Ons Jabeur, dan Marketta Vondrousova, akan bersaing di Grup Chetumal. Swiatek, Coco, dan Vondrousova adalah juara Grand Slam Perancis Terbuka, Amerika Serikat Terbuka, dan Wimbledon pada 2023. Adapun Australia Terbuka dijuarai Aryna Sabalenka.
Selain menjuarai Australia Terbuka, Sabalenka bermain solid pada tiga Grand Slam lain dengan hasil minimal semifinal, yaitu di Perancis Terbuka dan Wimbledon. Di AS Terbuka, petenis Belarus ini mencapai final, tetapi kalah dari Coco. Dia tiba di Cancun dengan keunggulan 630 poin atas Swiatek di peringkat kedua.
Swiatek, pemilik empat gelar Grand Slam, sebenarnya bermain tak terlalu buruk pada tahun ini. Namun, petenis berusia 22 tahun ini memang tak sedominan pada 2022 ketika meraih delapan gelar juara, dua di antaranya dari Grand Slam Perancis Terbuka dan AS Terbuka. Dia pun turun dari puncak peringkat dunia yang ditempatinya sejak 4 April 2022.
Meski demikian, petenis Polandia tersebut masih memiliki kesempatan merebut kembali posisinya dan menjadi petenis nomor satu dunia akhir tahun walaupun peluangnya lebih kecil dibandingkan dengan Sabalenka.
Swiatek harus, minimal, mencapai final jika ingin mengakhiri musim ini di posisi teratas ranking dunia, seperti yang dilakukannya pada 2022. Akan tetapi, dia bisa tetap berada di peringkat kedua meski memenuhi syarat itu jika Sabalenka menang sekali dari tiga pertandingan penyisihan grup.
Bagi Sabalenka, berada di posisi teratas ranking dunia akhir tahun akan memiliki makna yang lebih dalam dibandingkan ”sekadar” menjadi petenis nomor satu dunia. Status nomor satu dunia akhir tahun memang memiliki gengsi yang lebih tinggi bagi petenis profesional karena itu menggambarkan performa mereka sepanjang tahun.
Mengakhiri musim dengan menjadi petenis nomor satu dunia dan berusaha berada di sana selama mungkin menjadi target saya.
”Mengakhiri musim dengan menjadi petenis nomor satu dunia dan berusaha berada di sana selama mungkin menjadi target saya,” kata Sabalenka yang menjuarai tiga turnamen pada 2023.
Perjalanan petenis Belarus itu untuk mewujudkan targetnya akan dimulai dengan pertandingan melawan Sakkari pada Minggu pukul 18.00 waktu Cancun atau Senin (30/10/2023) pukul 06.00 WIB. Sabalenka unggul 6-3 atas Sakkari, termasuk pada dua pertemuan tahun ini di semifinal WTA 1000 Indian Wells dan Madrid.
Sebelum laga tersebut akan berlangsung persaingan antara Rybakina dan Pegula. Pegula mengatakan, keberadaan Sabalenka dan Rybakina di grup yang sama dengannya menjadi tantangan besar karena kedua petenis tersebut memiliki pukulan keras yang konsisten sejak servis.
Berdasarkan pengalaman pada 2022, Swiatek mengungkapkan bahwa tantangan dalam setiap pertandingan tak mudah untuk diatasi. Meski mendominasi persaingan pada tahun lalu, dia tersingkir di semifinal setelah dikalahkan Sabalenka pada Final WTA.
”Saya harus fokus pada diri sendiri dan cepat beradaptasi dengan kondisi di sini,” ujar Swiatek dalam laman resmi WTA. Petenis yang datang ke Cancun dengan lima gelar pada tahun ini tersebut akan menjalani laga pertama melawan Vondrousova pada Selasa pagi waktu Indonesia.
Selain Final WTA, digelar pula ajang tutup tahun serupa untuk petenis-petenis terbaik yang berada satu level di bawah peserta Final WTA, yaitu Trofi WTA Elite. Turnamen ini diselenggarakan di Zhuhai, China, 24-29 Oktober.
Petenis Indonesia, Aldila Sutjiadi, menjadi salah satu peserta pada nomor ganda bersama partnernya, Miyu Kato (Jepang). Setelah menang dua kali dan menjadi juara grup, Aldila/Kato akan menjalani final melawan Beatriz Hadad Maia/Veronika Kudermetova, Minggu malam. (AFP)