Di tengah capaian Lionel Messi dan Aitana Bonmati, panggung Ballon d’Or 2023 menunjukkan ironi sepak bola putri. Jadwal bentrok hingga pemilihan Novak Djokovic seolah mencederai spirit kesetaraan yang ingin dihadirkan.
Oleh
REBIYYAH SALASAH
·6 menit baca
Panggung malam penganugerahan Ballon d’Or 2023 sejatinya adalah panggung apresiasi bagi pesepak bola terbaik dunia, termasuk penyerang Inter Miami, Lionel Messi; dan gelandang Barcelona Femeni, Aitana Bonmati. Messi meraih Ballon d’Or kedelapannya, adapun Bonmati menyabet Ballon d’Or Feminin pertamanya. Ironisnya, malam penghargaan itu juga menunjukkan bahwa belum ada keberpihakan pada sepak bola putri.
Dua jebolan akademi Barcelona, Lionel Messi dan Aitana Bonmati, menyabet trofi Ballon d’Or di Teater Chatelet, Paris, Perancis, Selasa (31/10/2023) dini hari WIB. Nama Messi tentu bukan nama baru dalam daftar peraih penghargaan pesepak bola terbaik dunia ini. Pemain berjulukan ”La Pulga” ini mendominasi penghargaan itu dengan memenanginya sebanyak delapan kali.
Sementara untuk penghargaan bagi pesepak bola putri yang baru digelar lima edisi, hanya Alexia Putellas yang berhasil meraih Ballon d’Or Feminin lebih dari sekali (edisi 2021 dan 2022). Adapun Ballon d’Or Feminin 2023 menjadi milik Aitana Bonmati yang merupakan rekan setim Putellas di Barcelona dan timnas Spanyol.
Penampilan apik Bonmati pada musim 2022-2023 mengantarkannya meraih penghargaan tersebut. Gelandang berusia 25 tahun ini membawa Barcelona menjuarai Liga F, Supercopa de Espana Femenina, dan Liga Champions Eropa Putri. Dalam 37 laga sepanjang musim, ia mencetak 15 gol dan 19 asis.
Bersama timnas Spanyol, penampilan Bonmati juga tak kalah gemilang. Bonmati turut membawa Spanyol juara Piala Dunia Putri untuk pertama kalinya. Aksi impresifnya dengan tiga gol dan dua asis membuka jalan Spanyol ke final.
Penghargaan Ballon d’Or Feminin layak diberikan kepada Bonmati bukan hanya karena kerja kerasnya di lapangan, melainkan juga resiliensinya saat situasi tidak menyenangkan. Bonmati, seperti pesepak bola timnas Spanyol lainnya, bertahan di tengah kasus seksisme, yaitu Luis Rubiales yang mencium Jenni Hermoso. Mereka juga bertahan dari drama dengan Asosiasi Sepak Bola Spanyol (RFEF) yang terjadi setelahnya.
Maka, idealnya, penghargaan Ballon d’Or menjadi perayaan bersama atas kerja keras mereka. Penghargaan itu juga menjadi momentum untuk mengingatkan perjuangan akan kesetaraan dalam sepak bola, seperti yang Bonmati lakukan dalam pidatonya.
”Selamat kepada seluruh nominasi. Semuanya adalah pesepak bola hebat dan inspiratif. Sebagai panutan, kita mempunyai tanggung jawab di dalam dan di luar lapangan. Kita harus menjadi lebih dari sekadar atlet. Teruslah menjadi contoh dan terus berjuang untuk dunia yang lebih baik, damai, dan lebih setara,” ujar Bonmati dalam pernyataannya setelah meraih Ballon d’Or.
Masalahnya, panggung Ballon d’Or justru seolah mencederai spirit awalnya sendiri. Pada 2018, majalan France Football memutuskan untuk memberikan penghargaan juga bagi pesepak bola putri. Pemimpin redaksi majalah tersebut saat itu, Pascal Ferre, mengatakan, sepak bola putri patut mendapat penghormatan yang sama seperti sepak bola putra.
Polemik Djokovic
Pemilihan petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, sebagai orang yang mengumumkan peraih Ballon d’Or Feminin menjadi salah satu sebabnya. Di media sosial, warganet beramai-ramai mempertanyakan alasan di balik penunjukan Djokovic.
Setelah Djokovic mengumumkan nama Bonmati dan sang pemain naik ke atas panggung, tidak ada trofi yang menyambutnya.
David Beckham, yang membacakan pengumuman Ballon d’Or milik Messi, adalah pilihan yang masuk akal. Bukan hanya karena Beckham adalah salah satu wajah sepak bola paling terkenal, melainkan juga karena hubungan pribadinya dengan Messi yang bermain di Inter Miami. Beckham adalah salah satu pemilik Inter Miami.
Sementara Djokovic bukan sosok yang berkecimpung langsung di dunia sepak bola, terutama sepak bola putri. Selain itu, pada 2016, Djokovic juga pernah mengutarakan pernyataan kontroversial tentang kesetaraan gaji laki-laki dan perempuan. Menurut Djokovic, petenis putra harus berjuang untuk mendapatkan lebih banyak hadiah dan penghargaan.
”Sebab, statistik menunjukkan, lebih banyak penonton pada pertandingan tenis putra. Itulah salah satu alasan mengapa petenis putra harus mendapatkan hadiah lebih banyak. Perempuan harus berjuang untuk apa yang mereka pikir pantas mereka dapatkan dan kami harus berjuang untuk apa yang kami pikir pantas kita dapatkan,” tutur Djokovic, dikutip dari The Guardian.
Petenis Serbia, Novak Djokovid, dalam final Amerika Terbuka, 10 September 2023.
Djokovic memang langsung membuat klarifikasi setelahnya. Namun, pernyataannya itu telanjur menuai kontroversi. Terlepas dari itu, pemilihan Djokovic seolah menjadi katalis bahwa malam penganugerahan Ballon d’Or masih belum menunjukkan keberpihakannya pada perempuan.
Jadwal yang bentrok
Pelaksanaan Ballon d’Or, misalnya, bertepatan dengan jeda internasional sepak bola putri. Alhasil, hanya tujuh dari 30 nominasi pemain putri yang hadir. Bonmati dan rekan setimnya di timnas Spanyol, Salma Paralluelo, dan Patri Guijarro, bisa datang setelah tim menyesuaikan jadwal latihan. Namun, mereka juga harus bergegas kembali karena harus berlaga melawan Swiss di Liga Nasional Eropa Putri pada keesokan harinya.
Tidak seperti para pemain timnas Spanyol, pemain-pemain timnas Inggris terpaksa tidak bisa datang karena harus mempersiapkan diri untuk laga versus Belgia di Liga Nasional Putri. Gelandang timnas Inggris, Georgia Stanway, secara terang-terangan mengutarakan kekecewaannya karena jadwal malam penganugerahan itu tidak mengakomodasi jadwal pesepak bola putri.
”Anda tidak pernah tahu kapan akan terpilih untuk penghargaan seperti ini lagi. Jadi, akan sangat menyenangkan untuk menikmati pengalaman itu dan berada di sana seperti bintang di antara para bintang lain. Jika itu direncanakan sedikit lebih baik, maka akan lebih mudah bagi para pesepak bola putri untuk hadir di sana,” tutur Stanway, yang masuk nominasi.
Pelatih Timnas Putri Inggris Sarina Wiegman juga menyarankan agar acara itu diatur dengan baik agar lebih banyak pesepak bola hadir. Apalagi, para pemain sudah bekerja keras sehingga layak untuk bisa datang ke acara tersebut.
Pemain timnas Inggris, Georgia Stanway (kiri), berusaha merebut bola dari pemain timnas Spanyol, Jenni Hermoso, dalam final Piala Dunia Putri 2023 di Stadion Australia, Sidney, Australia, 20 Agustus 2023.
Selain itu, hanya ada satu kategori penghargaan untuk pesepak bola putri di Ballon d'Or. Padahal, untuk pesepak bola putra, ada trofi Ballon d’Or untuk pesepak bola terbaik, trofi Kopa untuk pemain terbaik di bawah usia 21 tahun, trofi Yashin untuk penjaga gawang terbaik, dan trofi Gerd Mueller untuk striker terbaik.
Untuk satu-satunya penghargaan yang diberikan kepada pesepak bola putri itu pun pemenangnya tidak bisa langsung mendapatkan trofi tersebut. Setelah Djokovic mengumumkan nama Bonmati dan sang pemain naik ke atas panggung, tidak ada trofi yang menyambutnya. Bonmati lantas menarik mikrofon dan bersiap memberikan pidato atas penghargaan untuk kerja kerasnya—meski trofi belum ia terima.
Setelah beberapa detik yang canggung berlalu, barulah seorang pria muncul dari belakang panggung dengan trofi bola emas. Bonmati lantas diminta untuk maju ke tengah panggung dan mengangkat trofi tersebut.
”Ballon d’Or Feminin adalah hadiah yang baru dibuat pada tahun 2018 dan kami masih berjuang untuk memberikan perhatian luas dan legitimasi nyata” kata Pemimpin Redaksi France Football Vincent Garcia dikutip dari The Mirror.
Namun, apa yang terjadi pada malam Ballon d’Or 2023 sebenarnya bukan kali pertama. Setiap edisi, pemandangannya nyaris selalu sama. Penghargaan Ballon d’Or Feminin edisi pertama bahkan menuai kontroversi dan tuduhan seksisme. Pasalnya, peraih trofi, Ada Hegerberg, diminta untuk ”twerk” secara live di atas panggung oleh pembawa acara, DJ Martin Solveig. Hegerberg menyesalkan hal itu karena menurutnya Solveig bisa meminta atau menanyakan hal lain, terutama berkaitan dengan Ballon d’Or dan sepak bola.
Maka, jika Ballon d’Or sebagai acara penghargaan paling tinggi untuk pesepak bola elite saja belum menampilkan wajah kesetaraan, bagaimana dengan acara atau kegiatan lain di bawahnya?