Ons Jabeur dan Marketa Vondrousova Belajar dari Kekalahan
Ons Jabeur dan Marketa Vondrousova, yang akan berhadapan pada final tunggal putri Wimbledon, memiliki pengalaman kalah di final Grand Slam lain. Pelajaran dari kekalahan itu akan menjadi bekal untuk hasil lebih baik.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
LONDON, JUMAT — Ons Jabeur dan Marketa Vondrousova memiliki pengalaman yang sama sebelum berhadapan pada final tunggal putri Wimbledon 2023. Mereka belajar dari kekalahan di final Grand Slam untuk hasil yang lebih baik pada turnamen tenis paling prestisius tersebut.
Kedua petenis akan berhadapan dalam laga yang memperebutkan trofi berbentuk piringan, Venus Rosewater, di Lapangan Utama All England Club, London, Inggris, Sabtu (15/7/2023). Salah satu di antara mereka akan masuk ke dalam daftar juara Wimbledon untuk pertama kalinya.
Adapun dua tiket final tunggal putra diperebutkan pada semifinal yang berlangsung Jumat (14/7/2023) malam hingga Sabtu dini hari waktu Indonesia. Novak Djokovic meraih tiket ke final setelah mengalahkan Jannik Sinner, 6-3, 6-4, 7-6 (4) pada semifinal, sementara Carlos Alcaraz melawan Daniil Medvedev.
Jabeur hampir masuk ke dalam daftar tersebut pada 2022 ketika lolos ke final. Dia menjadi petenis putri Afrika dan bangsa Arab pertama yang bisa menembus final Grand Slam ketika berhadapan dengan Elena Rybakina pada tahun lalu. Namun, impian petenis Tunisia itu untuk menjuarai Wimbledon tak terwujud karena kalah dari Rybakina.
Kesempatan lain untuk menjuarai Grand Slam datang berselang dua bulan setelah itu ketika menembus final Amerika Serikat Terbuka. Jabeur kembali gagal memenanginya, kali ini, saat berhadapan dengan petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek.
Setelah berada performa baik pada 2022, Jabeur hampir kehilangan harapan ketika performanya tak konsisten pada tahun ini. Apalagi, dia terganggu cedera kaki, seperti pada lutut dan engkel.
Cedera mengajarkan saya menjadi lebih sabar untuk menerima apa pun yang terjadi karena itu ada di luar kontrol. Namun, adakalanya pula saya tidak sabar karena saya adalah orang yang keras terhadap diri sendiri. Pada akhirnya, kekuatan mental membantu saya melaluinya dan bisa mencapai tahap ini.
”Cedera mengajarkan saya menjadi lebih sabar untuk menerima apa pun yang terjadi karena itu ada di luar kontrol. Namun, adakalanya pula saya tidak sabar karena saya adalah orang yang keras terhadap diri sendiri. Pada akhirnya, kekuatan mental membantu saya melaluinya dan bisa mencapai tahap ini,” tutur Jabeur.
Ketangguhan mental itu pulalah yang membuatnya bisa memenangi tantangan sulit pada perempat final dan semifinal. Pada perempat final, dia berhadapan dengan Rybakina dan melawan juara Australia Terbuka, Aryna Sabalenka, dalam semifinal. Jabeur memenanginya, masing-masing, dalam laga tiga set selama lebih dari dua jam.
”Diri saya yang versi lama mungkin kalah dalam dua pertandingan itu. Saya senang bisa memenanginya berkat kekuatan mental. Saya yakin, jika kita tak siap secara fisik, kita bisa tetap menang jika bermental tangguh,” ujar petenis ranking keenam dunia itu.
Jabeur juga akan membawa pengalaman final Wimbledon dan AS Terbuka ke lapangan All England Club untuk mendapat hasil berbeda dibandingkan kedua final itu. ”Saya selalu yakin akan menjuarai Grand Slam. Tetapi terkadang muncul keraguan apakah itu akan terjadi atau tidak. Saya belajar dari final Wimbledon dan AS Terbuka dan akan memberikan yang terbaik,” ujar Jabeur.
Petenis berusia 28 tahun itu memiliki bekal lain, yaitu dukungan dari penggemarnya di Tunisia. Jabeur bagai memiliki pelatih mental ketika mereka selalu memberi semangat, apa pun hasil yang dia dapat.
Seperti Jabeur, Vondrousova akan membawa pelajaran dari kekalahan pada final Grand Slam yang dijalani di Perancis Terbuka 2019. Saat itu, Vondrousova kalah dari Ashleigh Barty.
”Final Perancis Terbuka menjadi final pertama saya di Grand Slam dan saya masih muda. Itu menjadi tekanan besar bagi saya. Dengan bertambahnya pengalaman dan usia, saya berharap bisa meraih hasil lebih baik,” kata petenis berusia 24 tahun tersebut.
Dengan ranking ke-42 dunia, Vondrousova menjadi tunggal putri dengan ranking terendah kedua yang bisa tampil di final Wimbledon. Hanya Serena Williams yang memiliki ranking lebih rendah, yaitu ke-181, ketika lolos ke final 2018. Serena, yang dalam pencarian gelar Grand Slam ke-24, kalah dari Angelique Kerber.
Final dalam turnamen tenis paling prestisius ini akan dijalani setelah Vondrousova absen di All England Club pada 2022. Saat itu, dia hadir di London, tetapi untuk memberi dukungan pada sesama petenis Ceko yang juga sahabatnya, Miriam Kolodziejova, yang tampil pada babak kualifikasi untuk pertama kalinya.
Vondrousova tak bermain karena dia baru menjalani operasi pergelangan tangan kiri, tangan yang digunakannya untuk bermain tenis. Selain menyemangati Kolodziejova, Vondrousova dan saudaranya hanya menjadi menjadi turis di London.
”Kami mengunjungi London Eye, mengunjungi beberapa restoran, dan belanja. Jadi, saat saya berpikir lagi akan tampil di final Wimbledon tahun ini, rasanya melampaui mimpi terliar saya. Apalagi, saya tak banyak bermain di lapangan rumput,” katanya.
Masalah pada pergelangan tangan itu membuatnya harus dua kali menjalani operasi dan absen dari turnamen selama enam bulan. Maka, perjalanannya di Wimbledon kali ini sangat luar biasa untuknya.
Kolodziejova, sahabat yang juga menjadi partnernya pada ganda putri di Wimbledon tahun ini, bahkan rela melepaskan kesempatan mereka tampil pada babak ketiga. ”Saat saya mencapai semifinal tunggal, dia bilang, saya tidak usah bermain di ganda karena itu akan menambah beban saya. Kami adalah sahabat, dia tidak kecewa dengan keputusan itu. Kami saling mendukung,” katanya.
Dukungan juga datang dari petenis Ceko lain, salah satunya dari juara Perancis Terbuka 2021, Barbora Krejcikova, yang juga bermain di Wimbledon. ”Saya juga berkomunikasi dengan Karolina (Muchova). Kami berasal dari klub yang sama. Kami saling memberi semangat,” kata Vondrousova yang menangis saat Muchova kalah pada final Perancis Terbuka, sebulan lalu, dari Swiatek.
Ceko memang dikenal sebagai negara yang memiliki banyak petenis putri profesional. Negara itu menjuarai kejuaraan beregu putri, Piala Billie Jean King, sebanyak enam kali dari 11 penyelenggaraan terakhir.
Jika bisa mengalahkan Jabeur, Vondrousova akan menjadi tunggal putri kelahiran Ceko berikutnya yang menjuarai Wimbledon setelah Petra Kvitova, Jana Novotna, dan Martina Navratilova. (AP/AFP/REUTERS)