Wimbledon tidak lepas dari ”aktor” di belakang layar yang berperan penting dalam penyelenggaraan Grand Slam itu. Mereka adalah tim delapan orang yang mendistribusikan bola ke setiap lapangan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Banyak petugas yang berperan di sejumlah bagian penyelenggaraan Grand Slam Wimbledon. Salah satu peran itu adalah menyediakan bola. Tim di belakang layar ini turut menjadi ”tim sukses” di balik turnamen tenis tertua di dunia tersebut.
Melalui layar di ruangan yang menjadi bagian dari Lapangan Utama di All England Club, London, Inggris, Andy Chevalier mengawasi laga-laga di 18 lapangan. Di ruangan tersebut terdapat pula rak tempat menyimpan bola.
Chevalier memerhatikan setiap live score, menghitung jumlah gim dalam kelipatan sembilan. Dalam tenis profesional, sembilan adalah jumlah gim yang diperlukan untuk melakukan penggantian bola. Hanya pada penggantian pertama, bola baru digunakan seusai gim ketujuh mengingat bola dipakai sejak pemanasan. Pada saat bola harus diganti, wasit selalu mengumumkan new ball, please.
Suara itulah yang kerap menjadi perhatian Chevalier dan timnya. Chevalier adalah Manajer Distribusi Bola, jabatan yang menjadi bagian dari susunan kepanitiaan Wimbledon sejak 2022. Dia menggantikan manajer sebelumnya, Brian Mardling, yang telah sepuluh tahun bertugas. Mardling menggantikan sosok lain yang juga menjadi manajer distribusi bola selama sepuluh tahun.
Sebelum menduduki jabatan manajer, Chevalier bertugas pada tim yang sama sejak 2018. Dia bekerja untuk Wimbledon selama sebulan, dimulai sekitar dua pekan sebelum turnamen dimulai. Pada tahun ini, Wimbledon berlangsung pada 3-16 Juli.
Tugas pertamanya adalah menerima pengiriman bola dan menyiapkannya untuk turnamen. Sejak 1902, Wimbledon disponsori Slazenger untuk urusan bola. Jenama itu menjadi sponsor terlama untuk Wimbledon, turnamen tenis yang digelar sejak 1877.
Selain Chevalier, ada delapan orang di dalam timnya. Tugas utama mereka adalah memastikan bola selalu tersedia di lapangan laga, lapangan latihan, di bawah kursi wasit, termasuk di kantor wasit.
”Sudah banyak waktu yang saya pakai untuk mengawasi skor agar bisa memastikan petenis memiliki bola baru yang cukup. Saya mengawasi angka 5-4 di satu lapangan, lalu 6-3 di lapangan lainnya,” kata Chevalier dikutip laman resmi Wimbledon.
Seperti yang dia ceritakan dalam laman Business Insider, tugas tim distribusi bola dimulai pukul 08.45 setiap harinya. Sementara laga paling awal dimulai pada pukul 11.00. Mereka mendistribusikan bola ke setiap tempat.
Untuk setiap lapangan, anggota tim mengantarkan 21 kaleng bola (setiap kaleng berisi tiga bola) yang dibawa di dalam tas berwarna hijau, lalu disimpan di belakang kursi wasit. Total, disediakan 58.000 bola selama penyelenggaraan Wimbledon.
Setelah bola diganti dalam setiap sembilan gim, bola itu diantarkan ke kantor distribusi oleh kapten yang bertugas di setiap lapangan. Bola ini diganti dengan yang baru sebanyak dua kaleng karena hanya dibutuhkan enam bola pada setiap sembilan gim.
Diceritakan Chevalier, sebanyak 350 bola dikumpulkan setiap dua jam per hari. Bola-bola itu disortir, dilihat mana yang sudah dipakai dalam tiga gim, lima gim, atau tujuh gim. ”Kami menyebutnya ‘3,5,7’ dan menyimpan bola-bola itu di rak dengan tanda angka tersebut,” tutur pria yang berprofesi sebagai aktor dan pengisi suara itu.
Wimbledon adalah produksi yang besar. Pendistribusian bola menjadi tugas tidak terlihat. Kami tim di belakang layar yang turut memastikan penonton bisa menikmati setiap laga.
Untuk membedakan bola dalam tiga angka itu, mereka meremasnya. Teknik ini dilakukan untuk memastikan bola masih memiliki tekanan yang baik. Bola dengan tekanan yang masih baik lalu dimasukkan kembali ke kaleng untuk dipakai lagi. Bola yang dipakai lebih lama bisa dibedakan pula dari munculnya bulu di sekitar permukaannya. Adapun bola baru permukaannya lebih halus.
Sebanyak satu hingga dua kaleng bola dengan tanda ”3,5,7” tersebut disimpan di bawah kursi wasit sebagai cadangan. Bola-bola ini akan digunakan seandainya ada bola yang dipukul petenis dan melambung ke luar lapangan.
Kantor wasit di All England Club juga memisahkan bola yang sudah dipakai saat pertandingan ditunda karena hujan. Bola yang digunakan beberapa saat sebelum hujan akan dipakai kembali saat pertandingan dilanjutkan. Namun, bola yang dipakai untuk pemanasan saat kembali ke lapangan ini adalah jenis bola yang berbeda, yaitu yang bertanda “”5” (bola yang sudah digunakan dalam lima gim).
Chevalier juga menjelaskan, semua bola yang digunakan selama Wimbledon akan dikembalikan ke kantornya. Petugas memasukkan kembali bola-bola ke dalam kaleng dan menjualnya. Hasil dari penjualan itu, biasanya berjumlah 15.000 pounds (Rp 292 juta) per tahun, disumbangkan untuk kegiatan sosial melalui Yayasan Wimbledon.
Pertandingan panjang
Jumlah bola yang diperlukan dalam setiap laga berbeda, tergantung dari banyaknya gim dan lamanya waktu. Laga John Isner versus Nicolas Mahut pada babak pertama 2010, yang berlangsung selama 11 jam 5 menit dalam 183 gim, menghabiskan 42 kaleng (126 bola). Laga yang dimenangi Isner dengan skor 6-4, 3-6, 6-7 (9), 7-6 (3), 70-68, itu berlangsung selama tiga hari karena selalu terganggu hujan.
Laga yang panjang inilah yang harus mendapat perhatian lebih. Tim terbantu sejak sistem tie break 12-12 dipakai di Wimbledon pada 2019. Penggunaan bola berkurang. Jumlah 18 kaleng menjadi yang terbanyak saat pertandingan berlangsung lima set dan 10 kaleng untuk tiga set.
”Wimbledon adalah produksi yang besar. Pendistribusian bola menjadi tugas tidak terlihat. Kami tim di belakang layar yang turut memastikan penonton bisa menikmati setiap laga,” ujar Chevalier.