Kompetisi sepak bola terbaik di Indonesia kembali digelar, Sabtu ini. Harapan untuk perbaikan mutu Liga 1 hadir berkat jadwal yang pasti hingga komitmen nyata pembenahan kualitas wasit.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — BRI Liga 1 musim 2023-2024 bakal menjadi tonggak baru dalam perjalanan kompetisi sepak bola kasta tertinggi di Tanah Air. Penentuan jadwal pertandingan yang sudah pasti sejak awal menjadi bekal untuk mewujudkan pelaksanaan liga yang ideal.
Laga Bali United, juara Liga 1 edisi 2019 dan 2021-2022, menghadapi PSS Sleman di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Sabtu (1/7/2023) pukul 15.00 WIB, membuka tirai persaingan menuju gelar kampiun Indonesia. Sementara itu, juara bertahan PSM Makassar memulai kompetisi dengan menghadapi Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (3/7/2023) pukul 19.00 WIB.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir menjadikan pelaksanaan kompetisi domestik sebagai salah satu stimulus untuk meningkatkan prestasi tim nasional Indonesia di kancah internasional. Oleh karena itu, pada Liga 1 2023-2024, yang merupakan Liga 1 edisi perdana di masa kepemimpinannya, Erick menginginkan gebrakan besar, terutama terkait jadwal.
Di mulai musim ini, kami ingin mengembalikan Liga Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara. Untuk itu, kami harus membenahi jadwal, perangkat pertandingan, hingga kualitas kompetisi demi menambah daya tarik dan menaikkan nilai Liga 1.
”Di mulai musim ini, kami ingin mengembalikan Liga Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara. Untuk itu, kami harus membenahi jadwal, perangkat pertandingan, hingga kualitas kompetisi demi menambah daya tarik dan menaikkan nilai Liga 1,” ucap Erick, awal pekan ini, di Jakarta.
Sisi positif yang paling signifikan pada edisi keenam Liga 1 terlihat pada penentuan jadwal kompetisi. PSSI dan PT LIB telah menentukan durasi pelaksanaan 34 pekan kompetisi yang dimulai 1 Juli 2023 hingga 28 April 2024.
Itu merupakan hal yang langka bagi liga di Indonesia yang selama ini jadwal pertandingan bisa berubah sewaktu-waktu. Sebanyak sembilan laga di tiap pekan juga berjalan hanya tiga hari. Mayoritas pertandingan berjalan pada Jumat hingga Minggu dengan waktu sepak mula pukul 15.00 dan 19.00 WIB.
Tidak hanya sekedar penentuan jadwal yang telah final sejak awal, PSSI dan PT LIB juga telah menyesuaikan agenda internasional yang melibatkan timnas. Untuk pertama kali dalam sejarah Liga Indonesia sejak penyatuan Perserikatan dan Galatama pada musim 1994-1995, kompetisi akan menerapkan masa jeda dengan menyesuaikan kalender laga internasional FIFA.
Terdapat empat periode laga internasional FIFA yang menyebabkan kompetisi akan berhenti demi memberikan kesempatan pemain terbaik bergabung dengan tim ”Garuda”. Periode itu ialah pada pekan pertama September dan Oktober 2023, lalu pekan kedua November 2023 dan Maret 2024.
Selain itu, kompetisi akan berhenti selama 47 hari ketika Piala Asia 2023 berlangsung pada Januari hingga Februari 2024. Jeda kompetisi terpanjang lainnya akan tercipta selama 16 hari seiring pelaksanaan Pemilu 2024, pada 14 Februari 2024.
Di luar jadwal itu, Direktur Operasional PT LIB Asep Saputra memastikan, 306 laga yang hadir selama 34 pekan babak reguler akan berjalan sesuai dengan rencana. Perubahan kecil, tambahnya, berpeluang tercipta untuk dua tim yang membela Indonesia di kompetisi antarklub Asia, yakni Bali United dan PSM.
”Jadwal yang telah kami susun dan diserahkan kepada klub telah menyesuaikan agenda timnas serta agenda keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) Polri. Jadwal Bali dan PSM berpeluang mengalami sedikit perubahan karena akan menyesuaikan jadwal dari AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia),” ujar Asep.
Format baru
PT LIB menerapkan format baru untuk Liga 1 2023-2024. Penentuan tim juara dan peraih tiket ke kompetisi Asia ditentukan melalui seri championship yang diambil dari empat tim terbaik di babak reguler.
Empat tim itu akan menjalani laga semifinal dan final yang dijalankan dengan sistem kandang-tandang. Babak penentuan itu akan berlangsung pada 4 Mei hingga 28 Mei 2024.
Kehadiran format baru disambut antusias oleh semua peserta Liga 1 musim ini. Klub-klub yang mengejar trofi juara harus melakukan penyesuaian seiring penobatan kampiun tidak didasari hasil akhir seri reguler setelah menjalani 34 laga.
”Fokus kami adalah masuk ke empat besar. Setelah itu, kami baru memikirkan semifinal dan final yang akan menyajikan pertandingan lebih menarik,” kata Stefano ”Teco” Cugurra, juru taktik Bali.
Pelatih Persebaya Aji Santoso juga tidak segan menargetkan timnya untuk bisa merebut tiket ke seri championship. Di musim lalu, Persebaya mengakhiri musim di peringkat keenam dengan berjarak 13 poin dari PSM.
”Saya ingin melengkapi karier saya untuk mengantarkan Persebaya menjadi juara ketika menjadi pemain dan pelatih,” ucap Aji tentang misi pribadinya di musim 2023-2024. Sebagai pemain, Aji mengantarkan Persebaya juara Liga Indonesia edisi 1996-1997.
Syamsuddin Umar, eks Pelatih PSM, menuturkan, tim-tim yang mengejar trofi juara harus menerapkan strategi yang tepat. Ia menilai, seri championship di musim ini serupa dengan konsep delapan besar di awal pelaksanaan Liga Indonesia yang dimulai pada 1994-1995.
”Pelatih harus pintar mengatur susunan pemain dan taktik. Sebab, nuansa dan bobot pertandingan di kompetisi reguler dan empat besar nanti akan berbeda,” kata Syamsuddin yang mengantarkan PSM juara Liga Perserikatan 1991-1992 dan Liga Indonesia 1999-2000.
Pembenahan wasit
Selain itu, PSSI juga secara serius menyeleksi perangkat pertandingan terbaik untuk menjadi wasit dan asisten wasit pada kompetisi musim ini. Dari hasil pelatihan dan seleksi yang dibantu instruktur wasit dari Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA), PSSI melakukan penilaian terhadap 55 wasit utama.
Hasilnya, terdapat 18 wasit utama yang lolos persyaratan untuk memimpin Liga 1. Erick menuturkan, setiap wasit Liga 1 akan mendapat jatah memimpin 17 pertandingan.
”Saya berharap semua pihak sama-sama berkomitmen penuh untuk meningkatkan sepak bola Indonesia. Untuk mengurangi polemik, kami berikan wasit pembekalan dan memperhatikan kesejahteraan mereka,” kata Erick.
Lebih lanjut, Erick, yang juga menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara, bertekad agar Liga 1 2023-2024 menjadi awal bagi kehadiran kompetisi yang bersih, terutama dari isu adanya mafia sepak bola atau pengaturan skor.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Marhali menilai, problem darurat sepak bola Indonesia berada di sektor pengadil lapangan. Akmal menyatakan, pembenahan dan penyegaran yang tengah dilakukan PSSI perlu dibarengi pula dengan langkah revolusioner untuk perbaikan mutu kompetisi.
”Langkah yang telah dilakukan Pak Erick harus didukung oleh semua pemangku kepentingan sepak bola nasional. Wasit juga perlu berikrar untuk tidak tergiur memainkan sisi non-teknis dalam memimpin laga. Hukuman seberat-beratnya harus dijatuhkan kepada wasit yang terbukti melakukan penyelewengan,” ujar Akmal.