Semifinal Grand Slam untuk Aldila
Tersingkir pada babak ketiga ganda putri, Aldila Sutjiadi membayar kekecewaannya dengan lolos ke semifinal ganda campuran Perancis Terbuka. Bersama Matwe Middelkoop, Aldila membuka peluang lolos ke final Grand Slam.
PARIS, SELASA — Setelah tersingkir pada babak ketiga ganda putri Perancis Terbuka dengan diskualifikasi, Aldila Sutjiadi mendapat hasil yang lebih baik pada ganda campuran. Untuk pertama kalinya, petenis putri Indonesia itu akan tampil pada semifinal Grand Slam.
Partisipasinya dalam nomor ganda campuran Perancis Terbuka ini menjadi debut Aldila di panggung Grand Slam. Dia mendapatkan tiket tersebut berkat performanya yang meningkat hingga poin rankingnya memungkinkan untuk tampil pada dua nomor di Roland Garros, Paris, Perancis, pada tahun ini.
Baca juga: Aldila/Kato Menuntut Keadilan
Pada ganda putri, Aldila berpasangan dengan Miyu Kato, petenis Jepang yang menjadi partnernya sejak debut di Grand Slam pada Australia Terbuka 2022. Adapun dalam persaingan ganda campuran, Aldila berpasangan dengan petenis Belanda, Matwe Middelkoop.
Aldila/Kato mendapat hasil pahit karena diskualifikasi pada babak ketiga saat berhadapan dengan Marie Bouzkova/Sara Sorribes Tormo (Ceko/Spanyol). Diskualifikasi diterima setelah Kato dinyatakan melakukan pelanggaran karena bola yang hendak diberikan kepada ball kids justru mengenai leher anak tersebut. Meski tak bermaksud mencederai, sikap itu dinilai sebagai pelanggaran berat hingga mereka didiskualifikasi.
Namun, dukungan justru mengalir untuk Aldila/Kato karena Bouzkova/Sorribes Tormo, yang akhirnya tersingkir pada perempat final, Selasa (6/6/2023), bersikap tak sportif. Saat wasit dan penyelia turnamen berdiskusi di antara mereka, Bouzkova dan Tormo berkali-kali menyela sambil mengatakan, ”Anak itu menangis”, dengan bahasa tubuh yang menekan. Bouzkova pun sempat menyebut bahwa ball kids itu berdarah meski mereka tidak melihat kejadian tersebut.
Dukungan datang dari petenis, mantan petenis, dan jurnalis tenis internasional. Banyak dari mereka, bahkan, menyarankan Aldila/Kato melakukan banding, apalagi Kato akan kehilangan poin ranking dan hadiah dari penampilannya di ganda putri.
Baca juga: Diskualifikasi Menghentikan Perjalanan Aldila Sutjiadi di Perancis Terbuka
Aldila dan Kato pun mendapat sambutan hangat penonton ketika mereka bertanding di ganda campuran dengan partner masing-masing. Mereka, bahkan, akan bertemu pada semifinal setelah memenangi laga delapan besar.
Pada perempat final, Selasa, Aldila/Middelkoop mengalahkan Hao Ching Chan/Fabrice Martin (Taiwan/Perancis) 7-5, 6-2. Adapun Kato/Tim Puetz menang atas pasangan Brasil, Luisa Stefani/Rafael Matos, 7-6(5), 6-2 sehari sebelumnya. Kedua pasangan itu berstatus non-unggulan, begitu pula dengan semifinalis lainnya, Gabriela Dabrowski/Nathaniel Lammons (Kanada/AS).
Sabalenka atasi tekanan
Status sebagai petenis Belarus membuat Aryna Sabalenka tak dihargai oleh lawannya dari Ukraina saat tampil di Perancis Terbuka. Namun, Sabalenka melewati tekanan itu dan akan tampil pada semifinal di Roland Garros untuk pertama kalinya.
Sikap tak sportif lawan itu dihadapinya ketika bertanding melawan petenis Ukraina yang tak mau bersalaman dengannya setelah selesai laga. Momen pertama saat lawan tak mau bersalaman dengannya dialami setelah mengalahkan Marta Kostyuk pada babak pertama.
Baca juga: Babak Baru Aldila Sutjiadi di Roland Garros
Kostyuk langsung bersalaman dengan wasit, tak menghiraukan Sabalenka yang mendekati net untuk bersalaman dengannya. Sorakan dengan nada mengolok dari penonton pun terdengar ketika Kostyuk meninggalkan lapangan.
Sabalenka kembali mengalami momen itu setelah menyingkirkan petenis Ukraina lainnya, Elina Svitolina, pada perempat final di Lapangan Philippe Chatrier, Selasa. Setelah menang dengan skor 6-4, 6-4, Sabalenka menunggu Svitolina di net. Lagi-lagi, lawannya langsung bersalaman dengan wasit dan disoraki penonton saat keluar dari lapangan.
Kedua momen itu terjadi sebagai dampak dari serangan Rusia, yang dibantu Belarus, pada Ukraina, sejak Februari 2022. Menjelang 16 bulan setelah awal peristiwa itu, dampaknya masih terasa di arena tenis profesional.
Petenis Belarus dan Rusia pernah dilarang bertanding dalam berbagai turnamen, termasuk di Wimbledon 2022. Setelah itu, mereka diizinkan berkompetisi, tetapi tanpa nama negara dan benderanya.
Baca juga: Rybakina Mundur, “Big Three” Tunggal Putri Berkurang
Keputusan itu membuat petenis Ukraina tak puas hingga mereka melakukan protes dengan cara sendiri. Di Roland Garros, Kostyuk dan Svitolina memilih tak bersalaman dengan petenis Belarus dan Rusia.
Tak ada satu pun di dunia ini yang mendukung perang, termasuk atlet Rusia dan Belarus. Bagaimana mungkin kami mendukung perang. Tak ada orang, yaitu orang-orang normal, yang mendukung perang.
Setelah mengalahkan Kostyuk, Sabalenka menuturkan sikapnya terhadap konflik Rusia dan Belarus dengan Ukraina saat konferensi pers. ”Tak ada satu pun di dunia ini yang mendukung perang, termasuk atlet Rusia dan Belarus. Bagaimana mungkin kami mendukung perang. Tak ada orang, yaitu orang-orang normal, yang mendukung perang,” katanya.
Oleh karena selalu ditanya sikapnya tentang perang dan politik oleh jurnalis, Sabalenka memilih tak menghadiri konferensi pers karena situasi itu mengganggu mentalnya. Panitia mendukung sikap Sabalenka, hingga wawancara pun hanya dilakukan dengan pembawa acara di lapangan, sesaat setelah pertandingan, dan dengan tim media dari panitia penyelenggara.
Meski sempat terganggu dengan ”panasnya” hubungan antara petenis Rusia dan Belarus dengan Ukraina, Sabalenka berusaha fokus pada setiap pertandingan. Saat melawan Svitolina, yang kembali bertanding setelah melahirkan pada Oktober 2022, Sabalenka mengatakan bahwa dia hanya berusaha fokus pada penampilannya, termasuk ketika tantangan bertambah dengan kencangnya angin.
Baca juga: Antusiasme Swiatek Hadapi Tantangan Baru
Saat diwawancara mantan petenis, Alex Corretja, Sabalenka selalu menjawabnya dengan tertawa sebagai tanda rasa bahagianya. ”Saya tahu, Anda menunggu Novak (Djokovic) yang akan bermain di sini. Namun, saya merasa, Anda tetap mendukung saya. Terima kasih telah datang mendukung saya,” tutur Sabalenka.
Tunggal putri peringkat kedua dunia itu memang pantas bergembira karena lolos untuk pertama kalinya ke semifinal Perancis Terbuka. Selama ini, hasil dari turnamen di lapangan tanah liat tersebut menjadi yang terburuk dari semua Grand Slam. Sejak 2017 hingga 2022, dia tak pernah melewati babak ketiga.
Dengan semifinal yang akan dijalani melawan Karolina Muchova, Sabalenka mencapai semifinal di semua Grand Slam. Tahun ini, dia meraih gelar pertama dari panggung persaingan tertinggi di arena tenis profesional dengan menjuarai Australia Terbuka.
Baca juga: Swiatek-Sabalenka, Rivalitas Baru Tunggal Putri
Semifinalis lain dari tunggal putri akan ditentukan pada perempat final yang berlangsung Rabu, yaitu antara Iga Swiatek melawan Cori ”Coco” Gauff dan Ons Jabeur melawan Beatriz Hadad Maia. Pertemuan Swiatek dan Coco merupakan ulangan final Perancis Terbuka 2022 yang dimenangi Swiatek dengan skor 6-1, 6-3.
”Saya harus melihat lagi video final tahun lalu karena setelah itu, saya tidak bertanding melawan Iga di tanah liat. Namun, saya selalu menanti laga melawan dia, terutama di turnamen ini karena saya pikir, saya bisa bermain lebih baik dibandingkan tahun lalu,” tutur Coco dalam laman resmi WTA. (AFP)