Jannik Sinner adalah petenis muda Italia yang memiliki performa baik di lapangan tanah liat. Namun, untuk lolos ke perempat final ATP Masters 1000 Monte Carlo, dia harus menggagalkan ”match point” lawan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
MONTE CARLO, KAMIS — Menjadi salah satu petenis dengan kemenangan terbaik dalam turnamen lapangan tanah liat pada 2022, Jannik Sinner membuktikan bahwa dia layak diperhitungkan sebagai kompetitor tangguh dalam turnamen ATP Masters 1000 Monte Carlo. Sinner menggagalkan match point lawan untuk mendapat tempat pada perempat final.
Tampil di hadapan penonton di Lapangan Rainier III Monte Carlo County Club, Monako, Kamis (13/4/2023), Sinner berhadapan dengan Hubert Hurkacz pada babak ketiga. Dalam tiga pertemuan sebelumnya yang berlangsung di lapangan keras, Sinner tertinggal 1-2 dari semifinalis Wimbledon 2021 tersebut.
Ketika mereka untuk pertama kalinya bersaing di lapangan tanah liat, Sinner sebenarnya mendapat keuntungan. Petenis Italia berusia 21 tahun itu termasuk salah satu petenis tangguh di tanah liat.
Dia menempati posisi keempat petenis terbaik di lapangan berkarakter lambat tersebut pada musim 2022. Persentase kemenangan sebesar 78,9 persen hanya kalah dari Stefanos Tsitsipas (81 persen), Rafael Nadal (83,3), dan Carlos Alcaraz (85,3).
Namun, tantangan yang dihadapi Sinner dari Hurkacz ternyata tak berbeda jauh seperti ketika mereka berjumpa di lapangan keras. Sinner kehilangan set pertama, lalu berhadapan dengan match point Hurkacz pada posisi 5-6 tiebreak set kedua.
Dengan energi tambahan dari penonton, yaitu orang Italia yang tinggal di Monte Carlo, Sinner meraih tiga poin beruntun untuk merebut set kedua. Di hadapan salah satu penonton spesial yang merupakan mantan sprinter, Usain Bolt, Sinner mendominasi set penentuan dan menang dengan skor 3-6, 7-6 (6), 6-1. Petenis peringkat kedelapan dunia itu melangkah ke perempat final untuk dua kali beruntun di Monte Carlo.
Saya menjalani laga yang sangat sulit. Saya sudah mengantisipasi akan kesulitan menemukan ritme permainan saat melawan Hubert.
”Saya menjalani laga yang sangat sulit. Saya sudah mengantisipasi akan kesulitan menemukan ritme permainan saat melawan Hubert,” ujar Sinner dalam laman resmi ATP.
Faktor utama yang membuat Sinner kesulitan menemukan ritme permainan yang tepat adalah servis keras Hurkacz pada set pertama dan kedua. Servis pertama petenis Polandia itu memiliki kecepatan rata-rata 212 km/jam dengan kecepatan tertinggi 234 km/jam. Adapun servis tercepat Sinner adalah 213 km/jam dengan rata-rata 186 km/jam.
Dengan servis lawan seperti itu, Sinner sulit mengembalikan bola hingga tak bisa mengembangkan pola main sesuai keinginannya. Petenis yang telah mencapai perempat final di semua Grand Slam ini bertipe baseliner yang bisa menahan reli cukup lama, lalu menyerang dari area belakang lapangan.
”Hubert juga mendapat match point. Meski demikian, kondisi seperti itu sebenarnya tetap menjadi peluang bagi kedua pihak. Saya senang bisa memenanginya dan di hadapan penonton yang merupakan orang-orang Italia,” tutur finalis ATP Masters 1000 Miami, pada Maret itu.
Sinner akan membutuhkan kembali energi tambahan dari penonton saat menjalani perempat final, apalagi, jika berhadapan dengan petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic. Petenis Serbia itu memperebutkan tempat di perempat final dengan petenis Italia lainnya, Lorenzo Musetti, pada babak ketiga yang berlangsung Kamis tengah malam waktu Indonesia.
Sinner selalu kalah dari Djokovic pada dua pertemuan, salah satunya pada babak kedua Monte Carlo Masters 2021. Adapun dalam persaingan dengan Musetti, Sinner unggul ketika mereka bertemu di ATP 250 Antwerp.
Tiket perempat final juga didapat Tsitsipas. Juara Monte Carlo Masters 2021 dan 2022 itu mengalahkan Nicholas Jarry, 6-3, 6-4, dan akan melawan Taylor Fritz atau Jiri Lehecka pada babak delapan besar.
Petenis lain yang memiliki reputasi bermain baik di tanah liat, Casper Ruud, gagal melangkah lebih jauh. Dia disingkirkan petenis kualifikasi, Jan-Lennard Struff, 1-6, 6-7 (6).
Ruud sebenarnya tiba di Monte Carlo dengan kepercayaan diri tinggi setelah menjuarai turnamen tanah liat lainnya, ATP 250 Estoril, pekan lalu. Namun, dia kesulitan beradaptasi dengan kondisi di lapangan yang berangin cukup kencang.
Muguruza-Martinez Berpisah
Dua kali juara Grand Slam tunggal putri, Garbine Muguruza, tak lagi bekerja sama dengan pelatihnya, Conchita Martinez. Perpisahan tersebut diumumkan Martinez, yang merupakan mantan petenis Spanyol, pada Rabu atau sepekan setelah Muguruza mengumumkan bahwa dia akan memperpanjang masa istirahat dari turnamen.
Juara Perancis Terbuka 2016 dan Wimbledon 2017 itu tak mengikuti turnamen sejak bermain di WTA 250 Lyon, akhir Januari. Muguruza selalu kalah pada babak pertama dalam empat turnamen tahun ini.
Performa buruk ini menjadi lanjutan dari masa suramnya pada 2022. Musim lalu, Muguruza hanya menang 12 kali dari 29 pertandingan pada 17 turnamen. Mantan petenis nomor satu dunia itu, kini berada di posisi ke-131 dalam daftar peringkat.
”Garbine dan saya setuju untuk mengakhiri kerja sama. Kami mengalami tahun-tahun yang fantastis, mendapat pengalaman menyenangkan yang penuh emosi di dalam dan luar lapangan. Saya senang bisa bekerja sama dengannya,” ujar Martinez.
Awal kerja sama mereka dimulai pada 2017 ketika Martinez menjadi pelatih paruh waktu bagi Muguruza. Dia membangkitkan kepercayaan diri petenis yang saat ini berusia 29 tahun tersebut ketika menjuarai Wimbledon 2017, saat pelatih Muguruza yang sebenarnya, Sam Sumyk, tak bisa mendampingi.
Setelah itu, perjalanan Muguruza dalam turnamen profesional naik-turun. Dia tak mendapat gelar juara dari ajang besar hingga menjuarai WTA 1000 Dubai dan Final WTA 2021. Namun, setelah itu, performanya kembali turun sejak 2022 hingga saat ini. (AFP/REUTERS)