Rafael Nadal absen di Monte Carlo Masters, turnamen tenis lapangan tanah liat yang 11 kali dijuarainya. Tanpa ”raja lapangan tanah liat”, Novak Djokovic dan Stefanos Tsitsipas menjadi yang paling favorit untuk juara.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Monte Carlo Masters, turnamen ATP Masters 1000 pembuka di lapangan tanah liat, tidak diikuti Rafael Nadal untuk dua tahun beruntun. Seiring kian redupnya performa ”raja lapangan tanah liat” itu, peluang juara mengerucut hanya pada dua petenis, yaitu Stefanos Tsitsipas dan Novak Djokovic.
Nadal absen pada turnamen yang berlangsung 9-14 April itu karena cedera pinggul yang dialami ketika tampil pada Grand Slam Australia Terbuka, Januari. Dia gagal mempertahankan gelar setelah disingkirkan MacKenzie McDonald pada babak kedua.
Setelah melewatkan dua turnamen ATP Masters 1000, Indian Wells dan Miami, petenis yang saat ini berperingkat ke-14 dunia itu berencana kembali bersaing di lapangan tanah liat yang menjadi zona nyamannya. Ketika absen di Indian Wells dan Miami, Nadal pun berlatih di lapangan tanah liat akademi tenis miliknya di Mallorca, Spanyol.
Namun, cedera yang dialami di Melbourne Park pada awal tahun lebih parah dari perkiraan. Otot yang menghubungkan pinggul dan paha kirinya robek hingga membuat Nadal sulit bergerak dengan leluasa.
Lima hari sebelum Monte Carlo Masters dimulai, dia mengumumkan batal tampil karena belum memungkinkan untuk bermain dengan performa level tinggi. Nadal pun tak hadir di Monte Carlo selama dua musim beruntun setelah terakhir kali kalah dari Andrey Rublev pada perempat final 2021.
Sebelum melewatkan Monte Carlos Masters 2022, Nadal hanya absen di turnamen itu pada 2004. Di antara periode tersebut, dia meraih 11 gelar juara dari 12 final. Satu-satunya kekalahan di laga puncak dialami dari Djokovic pada 2013.
Djokovic pula yang pada tahun ini menjadi salah satu kandidat juara. Motivasinya kian besar karena mendapat hasil buruk pada enam penyelenggaraan terakhir. Setelah juara pada 2015, hasil terbaiknya adalah perempat final pada 2017 dan 2019.
”Sudah beberapa tahun saya tak bermain baik di sini. Semoga, tahun ini, saya bisa memulai persaingan di lapangan tanah liat dengan lebih baik dan bisa membangun performa yang lebih baik untuk tampil di Paris. Semua tahu target besar saya di lapangan tanah liat adalah Perancis Terbuka,” kata Djokovic.
Antusiasme petenis Serbia itu juga berada pada level tinggi setelah tidak bisa bertanding di Indian Wells dan Miami. Djokovic tak bisa memasuki Amerika Serikat karena tak pernah menerima vaksin Covid-19. Maka, meski Monte Carlo Masters akan menjadi turnamen pertamanya sejak ATP 500 Dubai, pada Februari, petenis nomor satu dunia itu pantas ditempatkan sebagai salah satu favorit juara karena memiliki persentase kemenangan tinggi di lapangan tanah liat pada 2022.
Cedera dan kelelahan
Djokovic memiliki 77,8 persen kemenangan, sama seperti petenis Inggris, Cameron Norrie, yang kalah dari Francisco Cerundolo (Argentina), 3-6, 4-6, pada babak pertama, Senin (10/4/2023). Di atas mereka ada Jannik Sinner (78,9 persen), Tsitsipas (81), Nadal (83,3), dan Carlos Alcaraz (85,3). Seperti Nadal, Alcaraz absen di Monte Carlo karena cedera lengan kiri dan tulang punggung. Dia kelelahan setelah tampil pada empat turnamen dengan hasil dua gelar dari tiga final, ditambah satu semifinal.
Tanpa Nadal dan Alcaraz, pesaing kuat Djokovic berdasarkan performa di tanah liat pada 2022 serta perjalanan di Monte Carlo adalah Tsitsipas. Petenis Yunani ini akan tampil dengan status juara dalam dua tahun terakhir. Persentase kemenangannya di Monte Carlo sejak debut pada 2018 adalah 86 persen.
Pukulan sekeras apa pun tak bisa diharapkan menghasilkan winner. Yang harus kita lakukan adalah bersabar untuk tidak banyak membuat kesalahan.
Tsitsipas antusias menyambut musim kompetisi lapangan tanah liat setelah tersingkir pada babak kedua Indian Wells Masters dan babak keempat Miami Masters. ”Kompetisi di tanah liat adalah yang paling menarik sepanjang tahun dan dimulai di Monte Carlo, turnamen favorit saya,” ujar petenis yang ditempatkan sebagai unggulan kedua tersebut.
Antusiasme Tsitsipas tak hanya didasarkan pada gelar yang didapatnya dari Monte Carlo pada 2021 dan 2022. Final Perancis Terbuka 2021 di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris, menjadi final pertamanya di arena Grand Slam. Dari ajang besar, seperti Grand Slam, ATP Master 1000, dan Final ATP, Tsitsipas memiliki persentase kemenangan tertinggi di lapangan tanah liat, yaitu 75 persen. Di jenis lapangan lainn, yaitu lapangan keras, kemenangannya mencapai 66 persen, sementara di lapangan rumput hanya 59 persen.
”Saya menyukai ketika harus melakukan analisis taktik di lapangan tanah liat. Banyak strategi yang terlibat bermain di sana. Pukulan sekeras apa pun tak bisa diharapkan menghasilkan winner. Yang harus kita lakukan adalah bersabar untuk tidak banyak membuat kesalahan,” tutur Tsitsipas yang belum mendapatkan gelar juara pada tahun ini.
Menjadi bagian dari delapan unggulan teratas, Tsitsipas, yang menjadi unggulan kedua, akan memulai persaingan sejak babak kedua. Calon lawannya adalah Benjamin Bonzi atau Bernabe Zapata Miralles.
Setelah mencapai final Australia Terbuka, lalu mendapat hasil buruk pada ajang-ajang berikutnya, Tsitsipas merasa bugar untuk bersaing di Monte Carlo County Club. Memiliki tempat tinggal di ibu kota Monako tersebut, dia selalu mendapat dukungan dari komunitas Yunani di sana. (AFP)