Sukses di Lapangan Keras, Tantangan Tanah Liat Menanti Daniil Medvedev
Empat gelar juara dari lima final menjadi tanda kesuksesan Daniil Medvedev di turnamen tenis lapangan keras dalam dua bulan terakhir. Setelah ini, dia harus bersiap dengan transisi untuk bermain di lapangan tanah liat.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Empat gelar juara dari lima final beruntun di turnamen lapangan keras didapat Daniil Medvedev dalam tiga bulan terakhir. Setelah mengawali musim kompetisi 2023 dengan baik, kini tantangan sesungguhnya akan dihadapi Medvedev, yaitu turnamen tenis di lapangan tanah liat.
Gelar keempat didapat dari turnamen ATP Masters 1000 Miami setelah mengalahkan Jannik Sinner, 7-5, 6-3, pada final di Stadion Hard Rock, Miami, Florida, Amerika Serikat, Minggu (2/4/2023) siang waktu setempat atau Senin dini hari waktu Indonesia.
Trofi pertama dari Miami menambah yang telah didapat Medvedev dari ATP 500 Dubai, ATP 250 Doha, dan ATP 500 Rotterdam sejak Februari. Dia juga mencapai final Indian Wells Masters, dua pekan lalu, tetapi kalah dari Carlos Alcaraz, yang disingkirkan Sinner di semifinal Miami Masters.
Dengan 29 kali menang dan tiga kali kalah, Medvedev meraih hasil terbaik pada awal musim sepanjang kariernya. Pada 2019, dia membuat pencapaian serupa dengan tiga kali juara dari enam final beruntun. Namun, performa konsisten itu didapatnya menjelang akhir musim.
Lapangan keras memang menjadi zona nyaman bagi juara Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2021 itu. ”Meski saya juga bisa bermain baik di lapangan rumput dan tanah liat, saya merasa bisa bergerak lebih baik di lapangan keras. Di lapangan keras, saat tidak bisa bermain dengan performa terbaik pun, saya masih bisa menang. Itu bedanya dengan di lapangan lain,” ujar Medvedev yang saat ini memiliki lima gelar juara dari turnamen ATP Masters 1000.
Kenyamanan Medvedev bermain di lapangan keras dibandingkan dengan di lapangan lain bisa terlihat dari statistik kemenangan. Dari penampilan di arena Grand Slam, ATP Masters 1000, Final ATP, Olimpiade, dan Piala Davis, dia memiliki persentase kemenangan 75 persen saat kejuaraan digelar di lapangan keras. Angka itu adalah yang terbesar jika dibandingkan dengan di lapangan rumput (66 persen) dan lapangan tanah liat (44 persen).
Meski posturnya terlihat kurus, Medvedev memiliki groundstroke keras hingga bisa menyerang dengan nyaman dari baseline. Ini menjadi modal besar ketika bermain di lapangan berkarakter cepat, yaitu lapangan keras dan rumput.
Meski demikian, ada karakter spesifik dari lapangan rumput yang belum bisa dikuasai Medvedev. Berbeda dengan lapangan keras dengan permukaan rata, lapangan rumput memiliki kontur berbeda pada beberapa bagian. Apalagi, meski dirawat dan digunting untuk mencapai ketinggian tertentu, rumput tumbuh secara alami setiap harinya. Pantulan bola di lapangan rumput pun terkadang sulit ditebak.
Meski saya juga bisa bermain baik di lapangan rumput dan tanah liat, saya merasa bisa bergerak lebih baik di lapangan keras. Di lapangan keras, saat tidak bisa bermain dengan performa terbaik pun, saya masih bisa menang.
Di Grand Slam Wimbledon, yang digelar di lapangan rumput All England Club, London, Inggris, hasil terbaik Medvedev adalah babak keempat pada 2021. Tahun ini, Medvedev dan rekan-rekannya dari Rusia serta petenis Belarus bisa bertanding kembali di Wimbledon setelah ada larangan pada 2022. Panitia melarang keikutsertaan petenis kedua negara itu pada tahun lalu terkait dengan adanya serangan Rusia ke Ukraina.
Karakter spesifik ada pula di lapangan tanah liat. Lapangan yang permukaan teratasnya terbuat dari tumbukan bata ini memiliki karakter lain, yaitu memantulkan bola dengan pelan dan tinggi hingga dibutuhkan kemampuan bermain yang lebih spesifik.
Groundstroke keras seperti yang dimiliki Medvedev biasanya tak akan berpengaruh besar di tanah liat. Dengan pantulan bola yang pelan, lebih dibutuhkan kesabaran untuk bermain dalam reli panjang dan kecerdikan dalam memilih jenis pukulan.
Sebelum mencapai perempat final pada 2021, Medvedev tak pernah bisa bermain dengan baik di lapangan tanah liat Roland Garros, Paris, tempat pelaksanaan Perancis Terbuka. Sejak debut pada 2017, dia tak bisa melewati babak pertama.
Di turnamen tanah liat level ATP Masters 1000, Medvedev sebenarnya pernah mencapai semifinal Monte Carlos 2019, tetapi setelah itu dia selalu absen di sana hingga direncanakan tampil kembali pada tahun ini. Pada dua turnamen tanah liat lain yang selevel, yaitu Madrid dan Roma Masters, hasil terbaiknya adalah babak ketiga di Madrid pada dua tahun lalu.
Tahun ini, Medvedev akan memulai persaingan di lapangan tanah liat di Monte Carlo Masters, 9-16 April. Dia tak memiliki banyak waktu untuk bersiap tampil di sana. Petenis berusia 27 tahun itu lebih membutuhkan waktu untuk beristirahat setelah selalu lolos ke final dalam lima turnamen terakhir. Medvedev bahkan tiba di Miami dalam kondisi kelelahan.
”Saya pasti akan bersiap meski tak memiliki banyak waktu. Kita lihat nanti hasilnya akan seperti apa,” katanya dalam laman resmi ATP. (AFP)