Sengatan kebangkitan Inter Milan memaksa Benfica merasakan kekalahan perdana di Liga Champions Eropa musim ini. Ironisnya, kekalahan itu justru terjadi di hadapan pendukung Benfica.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
LISABON, RABU — Setelah melalui enam laga tanpa kemenangan, Inter Milan mampu bangkit pada momentum yang tepat di pertemuan pertama perempat final Liga Champions Eropa menghadapi Benfica di Stadion Da Luz, Lisabon, Portugal, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB. Gelontoran gol dari Nicolo Barella dan Romelu Lukaku membawa Inter menang 2-0 sekaligus menyajikan kekalahan pertama Benfica di Liga Champions musim ini.
Inter yang tidak diunggulkan membalikkan semua prediksi dan secara mulus memberikan noda pertama bagi Benfica. Pasalnya, sebulan belakangan Inter sedang didera tren buruk karena gagal mencetak satu pun kemenangan dalam enam laga terakhir di semua kompetisi. ”I Nerazzurri” juga kurang produktif dengan hanya mampu mencetak tiga gol serta kebobolan enam gol di tiga laga tersebut.
Situasi itu berbanding terbalik dengan Benfica yang di enam laga sebelumnya menorehkan lima kemenangan dan satu kekalahan. Tim besutan pelatih Roger Schmidt itu hanya kalah di pertandingan sebelumnya melawan Porto menjelang bertemu Inter. Sebagaimana kekalahan dari Inter, Benfica juga takluk 1-2 dari Porto di hadapan pendukungnya sendiri.
Setelah hasil buruk kontra Porto itu, tuah Stadion Da Luz seakan tidak bersinar lagi untuk Benfica. Walau bermain di tengah intimidasi suporter Benfica, para pemain Inter justru tampil lebih baik dibandingkan dengan laga-laga sebelumnya. Mereka bermain tenang dan membangun serangan dari belakang lewat operan-operan pendek. Kendati ada pressing ketat dari pemain Benfica, para pemain Inter tidak buru-buru melepaskan operan panjang ke depan.
Gelandang Inter, Marcelo Brozovic, berperan penting dalam mengatasi pressing tinggi Benfica. Ia secara aktif bergerak di depan kedua bek tengah untuk memberikan opsi operan sekaligus memecah upaya tekanan merebut bola yang datang dari dua pemain depan Benfica.
”Kami sangat cerdas dan kami tahu cara memainkan permainan seperti ini. Kami datang ke sini untuk menang, kami berjuang keras dan kami saling membantu di setiap bagian lapangan. Sekarang kami harus menikmati kemenangan ini, tetapi kami tahu bahwa kami membutuhkan permainan hebat lainnya untuk mencapai semifinal,” ujar gelandang Inter, Henrikh Mkhitaryan, dikutip dari laman resmi UEFA.
Tingginya garis pertahanan Benfica, dalam beberapa momen, bahkan sampai membuat penyerang Inter, Edin Dzeko dan Lautaro Martinez, sampai turun jauh ke belakang untuk membantu pertahanan. Di sisi lain, para pemain Benfica bisa dengan cepat bertransisi dari menyerang ke bertahan sehingga menyulitkan pemain Inter merangsek ke sepertiga akhir pertahanan.
Secara keseluruhan, Benfica begitu dominan di babak pertama dengan menciptakan satu tembakan tepat sasaran. Inter memang lebih banyak menguasai bola dengan persentase mencapai 53 persen, tetapi lebih sering berputar-putar karena Benfica piawai menutup ruang kosong. Alhasil, tiada peluang berbahaya yang diciptakan para pemain Inter di babak pertama.
Meskipun didikte Benfica sejak awal laga, Inter tampil berbeda kali ini dibandingkan dengan laga-laga sebelumnya. Di laga ini para pemain Inter tampil lebih agresif dalam bertahan. Mereka banyak bergerak untuk bertahan secara unit. Hal ini tidak tampak saat Inter menelan hasil buruk di enam laga sebelumnya.
Pergerakan penyerang Benfica yang sedang naik daun, Goncalo Ramos, coba dibatasi dengan pengawalan dua orang pemain. Gelandang Inter, Federico Dimarco, juga tampil luar biasa dengan sukses meredam pengatur serangan Benfica, Joao Maria. Di laga kali ini, Maria kesulitan melepaskan umpan-umpan progresif yang biasanya menjadi makanan empuk Ramos.
Bermain di bawah tekanan, Inter akhirnya bisa memecah kebuntuan melalui Nicolo Barella di menit ke-50 seusai memaksimalkan umpan silang Alessandro Bastoni. Gol berawal dari transisi cepat Inter saat menyerang. Ada empat pemain Inter yang merangsek ke kotak penalti Benfica. Di sisi lain, bek dan gelandang Benfica terlambat turun menutup serbuan empat pemain Inter sehingga menciptakan situasi duel empat penyerang dengan tiga bek.
Gol ini menjadi sangat spesial bagi Barella. Selain membuka keunggulan timnya, menurut catatan Opta, ini adalah gol pertama yang dicetak Barella untuk Inter melalui sundulan kepala. Selain itu, gol ini merupakan yang ketujuh bagi Barella di semua kompetisi musim ini. Jumlah itu menjadi koleksi gol terbanyak sepanjang karier Barella dalam waktu satu musim kompetisi.
Para pemain memainkan pertandingan hebat melawan tim yang sangat kuat dan di stadion yang sulit dengan atmosfer yang luar biasa. Namun, kami tahu bahwa ini baru babak pertama karena Benfica menunjukkan mereka dapat memainkan pertandingan hebat di mana pun musim ini.
”Para pemain memainkan pertandingan hebat melawan tim yang sangat kuat dan di stadion yang sulit dengan atmosfer yang luar biasa. Namun, kami tahu bahwa ini baru babak pertama karena Benfica menunjukkan mereka dapat memainkan pertandingan hebat di mana pun musim ini. Kami akan membutuhkan penampilan hebat lainnya untuk mencapai semifinal,” kata Pelatih Inter Simone Inzaghi.
Benfica meningkatkan agresivitas serangan seusai tertinggal. Peluang emas diperoleh Benfica di menit ke-55 melalui Ramos saat terjadi kemelut di depan gawang Inter. Namun, Ramos yang tinggal menyodorkan bola gagal mencetak gol karena mendapat gangguan yang begitu keras dari bek Inter.
Sial bagi Benfica, Inter justru mampu memperlebar keunggulan menjadi 2-0 lewat sepakan penalti penyerang Romelu Lukaku di menit ke-82. Wasit memberikan hadiah penalti setelah menyaksikan video pembantu wasit (VAR) yang memperlihatkan bola umpang silang pemain Inter menyentuh tangan Maria di dalam kotak penalti Benfica.
Dengan sisa sisa tenaga, para pemain Benfica berusaha mencetak gol balasan. Hanya saja penyelesaian akhir yang tidak akurat membuat beberapa peluang menjadi terbuang sia-sia.
Benfica memang tampil kurang klinis di laga ini yang tecermin dari angka expected goal (xG) mereka yang mencapai 1,67, tapi gagal menyarangkan satu pun gol. Sementara Inter lebih efektif dengan mampu mencetak dua gol dari angka xG mereka yang mencapai 1,59, atau lebih rendah dari Benfica.
Hal itu bisa terjadi karena para pemain belakang Inter juga tampil disiplin dengan segera menutup ruang kosong yang menyulitkan pemain Benfica mengirim umpan-umpan berbahaya. Selain itu, kiper Inter, Andre Onana, juga tampil heroik dengan mencatatkan dua penyelamatan penting. Salah satu penyelamatan gemilang Onana terjadi saat berhasil menggagalkan peluang emas Ramos beberapa detik sebelum laga usai.
”Itu adalah pertandingan yang tidak biasa, ini hasil yang tidak adil. Babak pertama seimbang dan gol menentukan seperti apa babak kedua. Mereka akhirnya mencetak dua gol dengan cara yang sama. Kami siap untuk bek sayap datang ke pos belakang, tetapi Inter juga memiliki kualitas pemain mereka,” kata bek Benfica, Antonio Silva.
Dengan kemenangan 2-0 atas Benfica ini, Inter semakin dekat menuju semifinal pertama mereka sejak 2010. Pada pertemuan kedua nanti, Inter hanya membutuhkan hasil imbang untuk menyegel tiket semifinal. Bila berhasil lolos, Inter akan berhadapan dengan tim Italia lainnya, yaitu AC Milan atau Napoli, yang saling jegal di pertandingan lainnya.