Putaran Kereta Luncur Inter Milan yang Belum Berhenti
Grafik bak kereta luncur Inter Milan belum jua berhenti. Itu membuat ”Si Ular Besar” tertinggal jauh dari pemuncak klasemen Serie A Napoli dan terancam tergusur dari empat besar atau zona tiket ke Liga Champions.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·6 menit baca
LA SPEZIA, SABTU — Grafik bak kereta luncur Inter Milan belum berhenti. Setelah bangkit dengan kemenangan 2-0 atas tim tamu Lecce pada pekan ke-25 untuk mengobati kekalahan 0-1 dari tuan rumah Bologna pada pekan ke-24, ”Si Ular Besar” kembali terjun bebas karena tumbang 1-2 dari tuan rumah Spezia pada pekan ke-26 Serie A Liga Italia, Sabtu (11/3/2023). Kekalahan itu membuat posisi Inter di empat besar terancam.
”Ini adalah malam buruk. Kami memberikan segalanya untuk menang. Kami mungkin hanya kehilangan sedikit kepercayaan diri dan keunggulan klinis di babak pertama. Saya bertanggung jawab untuk kekalahan ini, tetapi para pemain telah memberikan segalanya malam ini,” ujar pelatih Inter, Simone Inzaghi, kepada DAZN dilansir Football-Italia.
Penampilan tidak konsisten itu sudah dialami Inter sejak awal musim. Dari pekan pertama hingga kedelapan, ”I Nerazzurri” alias ”Si Hitam-Biru” meluncur naik-turun dengan begitu drastis. Setelah menuai dua kemenangan beruntun, mereka kalah 1-3 dari tuan rumah Lazio pada pekan ketiga.
Inter sempat bangkit dengan kemenangan 3-1 atas tim tamu Cremonese pada pekan keempat sebelum kembali terbenam karena kalah 2-3 dari tuan rumah AC Milan pada kelima. Mereka bangkit lagi dengan kemenangan 1-0 atas tuan rumah Torino pada pekan kelima tetapi terbenam lebih dalam pada dua laga selanjutnya, yakni kalah 1-3 dari tuan rumah Udinese pada pekan ketujuh dan kalah 1-2 dari tim tamu AS Roma pada pekan kedelapan.
Setelah fase fluktuatif itu, performa Inter lebih stabil dari pekan kesembilan hingga ke-16. Dalam periode itu, ”La Beneamata” alias ”Yang Tersayang” membukukan tujuh kemenangan dan cuma sekali kalah, yakni 0-2, dari tuan rumah Juventus pada pekan ke-13. Salah satu kemenangan terbaik mereka, yaitu 1-0, atas pemuncak klasemen Napoli pada pekan ke-16. Hasil itu sekaligus menjadi kekalahan perdana Napoli di Serie A musim ini.
Akan tetapi, sehabis kemenangan sensasional atas Napoli, Inter mulai terperangkap kembali dalam kereta luncur yang melaju tak tentu. Dari pekan ke-17 sampai ke-26, ”Si Ular Besar” menang lima kali, imbang dua kali, dan kalah tiga kali. Hasil yang kurang optimal itu membuat mereka harus merelakan Napoli unggul 15 poin di puncak klasemen dan di ambang scudetto alias juara Serie A. ”Si Keledai Kecil” berpeluang semakin menjauh kalau menang atas tim tamu Atalanta, Minggu (12/3/2023).
Bahkan, Inter terancam terpental dari empat besar atau zona Liga Champions musim depan. Kekalahan dari Spezia menyebabkan mereka tertahan di urutan kedua dengan 50 poin dari 26 laga. Mereka berpotensi digusur tiga pesaing di bawahnya yang belum menjalani laga pekan ke-26, yakni Lazio di peringkat ketiga dengan 48 poin serta AS Roma di tempat keempat dan AC Milan di tempat kelima yang sama-sama mengumpulkan 47 poin.
Inter mendapatkan angin segar di awal pertandingan yang berlangsung di Stadion Alberto Picco tersebut. Mereka mendapatkan hadiah penalti di menit kesembilan seusai akselerasi bek Danilo D’Ambrosio dihentikan bek Spezio Mattia Caldara dengan tekel keras dari arah samping.
Wasit Livio Marinelli sempat mengecek rekaman VAR untuk memastikan bahwa pelanggaran itu layak diganjar penalti. Baru di menit ke-12, wasit yakin memberikan Inter tendangan dua belas pas. Sayangnya, saat penalti dilakukan di menit ke-14, penyerang Lautaro Martinez yang menjadi algojo gagal menyarangkan bola ke gawang. Tendangannya yang mengarah ke arah kanan gawang bisa ditepis kiper Spezia Bartlomiej Dragowski.
Setelah itu, laga berlangsung dengan tempo sedang dan kedua tim cenderung tidak melahirkan peluang yang benar-benar berbahaya. Kendati demikian, baru semenit babak kedua dimulai, Inter kembali mendapatkan angin segar. Kali ini, Martinez mampu membukukan gol dengan sundulan seusai menerima umpan dari pemain sayap Matteo Darmian dari dalam kotak penalti.
Saya bertanggung jawab untuk kekalahan ini, tetapi para pemain telah memberikan segalanya malam ini.
Bola tandukan itu mengarah ke sudut kiri bawah gawang yang tidak bisa dijangkau Dragowski. Namun, selang beberapa detik, wasit justru menganulir gol tersebut. Wasit mendapatkan informasi dari teknologi kecerdasan buatan bahwa penyerang Inter, Romelu Lukaku, lebih dahulu berada di posisi offside sebelum serangan yang berbuah gol Martinez tersebut.
Inter tenggelam dalam penderitaan ketika Spezia malah bisa mencuri gol melalui pemain pengganti, gelandang Daniel Maldini di menit ke-55. Gol itu berawal dari umpan lambung jauh Dragowski yang diterima penyerang M’Bala Nzola di lini depan. Walau dikawal dua pemain bertahan Inter, yakni Francesco Acerbi dan D’Ambrosio, Nzola bisa melindungi bola hingga masuk ke dalam kotak penalti.
Tak lama, Nzola memberikan umpan tarik kepada Maldini yang berlari dari arah belakang. Anak dari legenda AC Milan Paolo Maldini itu pun langsung menyambut bola dengan tendangan keras yang meluncur datar ke sudut kiri bawah gawang yang tidak bisa dijangkau kiper Inter Samir Handanovic.
”Saya telah lama menunggu momen seperti ini, mencetak gol menghadapi tim yang kuat dan kami semua menikmatinya. Tetapi, yang jauh lebih penting adalah tim mendapatkan poin penuh,” ungkap Maldini, yang menyamai capaian ayahnya mengemas gol ke gawang Inter di Serie A pada November 1994.
Tertinggal 0-1 membuat Inter tampil sporadis mengurung pertahanan Spezia. Meski sulit menembus pertahanan lawan, Inter akhirnya bisa bernapas lega karena mendapatkan hadiah penalti kedua di menit ke-82 seusai pemain pengganti, sayap kanan Denzel Dumfries yang akan menerima bola, dijatuhkan pemain pengganti Spezia, bek Salva Ferrer.
Kali ini, Lukaku yang mengambil kesempatan sebagai algojo dan mampu menunaikan tugas dengan sempurna di menit ke-83. Tendangan kerasnya yang meluncur datar ke sudut kanan bawah gawang berhasil mengecoh Dragowski yang bergerak ke sudut kiri bawah gawang.
Euforia sekejap
Akan tetapi, euforia kebangkitan Inter tak bertahan lama. Pada menit ke-85, ganti Spezia yang mendapatkan penalti setelah pemain pengganti, gelandang Viktor Kovalenko yang akan menerima bola, dijatuhkan Dumfries.
Nzola yang menjadi algojo tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membawa timnya kembali unggul atas Inter di menit ke-87. Tendangan Nzola yang pelan sebenarnya sudah terbaca oleh Handanovic tetapi bola yang mengarah ke sudut kanan atas itu terlalu tinggi di atas jangkauan tangannya.
Setelah itu, Spezia langsung parkir bus dan bertahan dengan sangat displin. Inter pun frustasi tidak bisa menembus tembok pertahanan hingga pluit panjang tanda pertandingan berakhir. Hasil itu menjadi kekalahan kedelapan Inter di Serie A musim ini, antara lain enam kekalahan dalam laga tandang. ”Kami akan mengevaluasi kekalahan yang meyakitkan ini karena kami harus terus berjalan (masih ada 12 laga tersisa),” ucap Inzaghi.
Tiga poin itu memang tidak mengubah posisi Spezia di urutan ke-17. Namun, ”Si Elang Kecil” bisa memperlebar jarak dari zona degradasi. Kini, mereka mengoleksi 24 poin dari 26 laga atau berjarak enam poin di atas Hellas Verona di peringkat ke-18 yang baru memainkan 25 laga.
”Saya mengucapkan selamat kepada para pemain atas penampilan hari ini. Kami menderita di babak pertama dan kemudian mengubah beberapa hal untuk menemukan keseimbangan yang lebih baik. Kami beralih ke pertahanan empat bek di babak kedua dan tim bertahan lebih baik, lebih sedikit menderita di bawah tekanan. Kami berjuang keras menghadapi lawan berkualitas seperti Inter, bereaksi dengan baik untuk menyamakan kedudukan dan percaya sampai akhir,” kata pelatih Spezia, Leonardo Semplici, kepada DAZN.