Dua tim dari kota Milan melaju ke perempat final Liga Champions Eropa dengan cara yang identik. Mereka mengamankan kemenangan tipis 1-0 di markas sendiri, kemudian tampil bertahan dengan sangat baik di laga tandang.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
PORTO, RABU — Untuk pertama kali sejak musim 2005-2006, dua tim dari kota Milan, Italia, yaitu Inter Milan dan AC Milan, lolos ke babak perempat final Liga Champions Eropa. Kedua tim yang pernah tenggelam dalam persaingan elite di Eropa itu kini menggeliat berkat filosofi catenaccio, seni sepak bola bertahan khas Italia.
Inter menjadi tim kedua Italia yang lolos ke perempat final seusai menahan tuan rumah Porto, 0-0 (agregat 1-0), di Stadion Do Dragao, Porto, Portugal, Rabu (15/3/2023) dini hari WIB. Sebelumnya, tetangga mereka, Milan, lebih dulu meraih tiket ke fase delapan besar seusai menyingkirkan wakil Inggris, Tottenham Hotspur, juga dengan agregat skor 1-0.
Duo Milan itu melaju ke perempat final dengan cara yang identik. Mereka mengamankan kemenangan tipis 1-0 di markas sendiri, kemudian tampil bertahan dengan sangat baik ketika bermain di kandang lawan. Inter lolos berkat gol Romelu Lukaku di laga pertemuan pertama. Adapun kelolosan Milan berkat sundulan Brahim Diaz.
Sebagai tim asal Italia yang terkenal akan kemampuan bertahannya, Inter dan Milan menerapkan pertahanan gerendel demi mempertahankan keunggulan di pertemuan pertama. Pada laga kemarin, misalnya, Inter bak batu karang yang sulit ditaklukkan para pemain Porto.
Angkernya Do Dragao, yang artinya ’markas naga’, tidak berlaku bagi ”I Nerazzurri”. Meskipun dibombardir oleh 21 tembakan Porto, tujuh di antaranya mengarah ke gawang, benteng Inter tetap berdiri kokoh.
”Ini laga yang sulit dan saya sangat kecewa. Di babak kedua, kami tampil lebih baik dan unggul penguasaan bola serta punya banyak peluang. Saya masih tidak percaya semuanya itu tidak ada yang menjadi gol,” kata Marko Grujic, gelandang Porto, dikutip dari laman UEFA.
Sebagaimana pada pertemuan pertama, Inter melanjutkan performa bertahan yang solid di markas Porto. Menyadari agresifnya Porto di kandangnya itu, Pelatih Inter Milan Simone Inzaghi meminta para pemainnya bermain rapi dan disiplin. Inzaghi menurunkan lima bek di lini pertahanan Inter untuk membatasi ruang gerak para penyerang Porto. Selain itu, ada pergerakan saling mengisi di antara pemain bertahan serta kiper.
Kami bermain sangat baik sebagai tim. Kami begitu menderita di menit-menit akhir, tapi kami mampu menahannya. Porto adalah tim yang bagus, tapi kami lebih baik. (Andre Onana)
Dalam satu momen di pengujung babak kedua, Porto hampir menyamakan kedudukan ketika bek Ivan Marcano mendapatkan bola di dalam kotak penalti Inter. Saat itu, kiper Inter, Andre Onana, sudah keluar dari ”sarangnya” untuk menangkal kemelut. Marcano dengan cepat menendang bola ke sisi gawang yang kosong, ditinggal Onana. Para pendukung Porto hampir bersorak, tetapi Denzel Dumfries dengan sigap menutup alur dan menghalau bola.
Onana gemilang
Onana tampil gemilang di sepanjang pertandingan dengan melakukan enam penyelamatan penting. Berkat Onana, Inter mampu mencatatkan nirbobol dalam dua pertemuan babak gugur di Liga Champions untuk pertama kalinya sejak musim 2009-2010, yaitu terakhir kalinya mereka menjadi juara kompetisi antarklub sepak bola elite Eropa itu. Saat itu sekaligus terakhir kalinya klub asal Italia mampu menjadi ”raja” Eropa.
Para pemain bertahan Inter juga tampil kompak sehingga hampir tidak menyisakan ruang lebar antarlini. ”Kami bermain sangat baik sebagai tim. Kami begitu menderita di menit-menit akhir, tapi kami mampu menahannya. Porto adalah tim yang bagus, tapi kami lebih baik,” kata Onana.
Pertahanan kokoh juga ditunjukkan Milan ketika menahan Spurs di London, Inggris, pekan lalu. Sepanjang musim ini, termasuk babak 16 besar Liga Champions, Inter ataupun Milan sama-sama kerap menggunakan formasi tiga bek tengah dan dua bek sayap. Inzaghi menyukai formasi 3-5-2, sementara Pelatih Milan Stefano Pioli kerap memakai pola 3-4-2-1.
Skema tiga bek tengah dan dua bek sayap menghadirkan keseimbangan, baik saat bertahan maupun menyerang. Pada laga versus Spurs, misalnya, dua bek sayap Milan, yaitu Junior Messias dan Theo Hernandez, bisa menjadi ”tambahan” bek tengah maupun gelandang sayap, menyesuaikan situasi. Lewat pola itu, mereka bisa meredam trisula lini serang Spurs yang dihuni Harry Kane, Dejan Kulusevski, dan Son Heung-min.
Pioli paham bahwa tim atau pemain Italia ibarat memiliki DNA serta karakter bertahan yang luar biasa. Karena itu, ia meminta para pemainnya untuk mengerahkan segalanya demi melaju sejauh mungkin di Liga Champions musim ini dan mengangkat gengsi sepak bola Italia.
”Kami tahu laga-laga nanti akan berat. Saya meminta pemain untuk menunjukkan karakter. Kami tidak pernah menyerah dan sekarang menuai hasilnya,” kata Pioli.
Menurut dia, Liga Italia sedang berkembang ke arah positif. Setelah dua musim tanpa wakil di perempat final, Italia kini setidaknya punya dua wakil di fase itu. Italia bahkan masih bisa menambah satu wakilnya yang lain, yaitu Napoli. Terakhir kalinya babak perempat final Liga Champions diikuti tiga tim Italia adalah pada musim 2005-2006.